26. Get Out of the Trap

660 112 9
                                    

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Hortun malam itu tidak dijaga begitu ketat. Semua penjagaan terfokuskan pada area luar istana demi mencari kembali dua buronan yang kabur. Tanpa mereka sadari, para buronan itu telah mengendap-endap masuk melalui jalan-jalan pintas, terowongan-terowongan rahasia, hingga akhirnya sampai di ruangan asri bernuansa hijau tersebut.

"Tapi sebelum itu, berjanjilah." Iyris menatap tajam kearah lelaki berjubah dengan iris hijau keruh tersebut. "Berjanjilah kalau kau akan melepaskan semua Elf yang terkurung di sini."

Jazel menempelkan kedua jarinya di atas bibir, lalu turun pada dada, kemudian mengangkatnya ke langit. "Aku berjanji."

Iyris masih terdiam, menatap Jazel tidak percaya. Orang itu sepertinya amat cerdik, tapi juga licik. Kecerdikan itu jauh lebih berbahaya dari orang yang memiliki kekuatan besar.

Melihat kecurigaan Iyris, Jazel menghela napas kasar, memutar bola matanya malas. "Di tempat asalku, jika sudah mengangkat jari ke langit, berarti mereka tidak akan pernah mengingkari janjinya." Jazel berusaha meyakinkan Iyris.

Walau begitu, Iyris masih bimbang. Ia menatap bergantian Arboriv di depannya dan pisau kecil di tangannya. Jika memang benar darahnya bisa mengakhiri Arboriv, berarti ia juga bisa mengakhiri bangsa Damion, karena pohon itulah yang membuat bangsa Damion jauh lebih kuat dari bangsa lain hingga dapat membangun kekaisaran, dan memperbudak.

Menggenggam erat pisau di tangannya dengan penuh keyakinan, Iyris menarik cepat pisau tersebut keluar dari genggamannya hingga darah mengalir bak sungai, membasahi akar Arboriv yang psnjang dan tebal hingga mencuat dari tanah. Iyris terus menekan telapak tangannya, membiarkan tetes-tetes darahnya membasahi akar Arboriv.

Beberapa detik, tidak ada yang terjadi. Semua orang di dalam Hortun saling tatap. Namun, tidak dengan Jake. Lelaki itu tidak nampak bingung atau terkejut sedikitpun. Ia hanya menatap lurus pohon besar di depannya.

"Sepertinya informasi yang kau berikan itu gadungan, Yang Mulia," ujar Jazel dengan nada penuh ejekan. Senyum dengan lesung pipi itu semakin membuatnya terlihat mengesalkan.

Halsten tidak mempedulikan celotehan Jazel. Lelaki itu mendekat pada Iyris, menghentikan perempuan itu yang masih saja mengeratkan genggaman tangannya. Darahnya sudah menggenang di bawah kakinya.

"Hei, hentikan." Halsten meraih tangan Iyris dengan tangannya yang terbalut sarung tangan kulit hitam. Ia berusaha membuka genggaman tangan Iyris, lalu melilitkan kain bersih pada luka sayatan yang cukup dalam tersebut.

Iyris tidak memberontak. Ia menatap lurus Halsten yang tengah sibuk di depannya. Tatapannya dipenuhi rasa kecewa dan keputusasaan. Arboriv memanglah pohon abadi yang tidak bisa mati, jadi apa yang sebenarnya ia harapkan? Agar pohon itu segera layu dan tumbang? Sepertinya tidak akan pernah terjadi.

Tentu saja pohon itu tidak bisa mati. Iyris melirik sekilas pisau di tangannya. Tapi orang ini bisa mati. Iyris masih menatap Halsten. Dua kelemahan bangsa Damion sekarang tengah berada di depannya. Jika ia tidak bisa membunuh yang satu, maka ia bisa membunuh yang lain.

Cepat-cepat Iyris menarik kembali tangannya yang terluka dari Halsten sebelum lelaki itu sempat mengikat kainnya. Tangannya yang memegang pisau itu gemetar. Ia berusaha membuang jauh-jauh ide gilanya itu.

Sebentar lagi tengah malam, dan jika pohon itu tetap hidup, maka mala petaka sudah tidak bisa dihindari. Seluruh kekuatan pohon agung itu akan menjadi milik bangsa yang menanamnya. Bangsa Damion.

Iyris membuka mulutnya, hendak berkata sesuatu, tapi urung karena guguran daun yang jatuh di depan wajahnya. Perempuan itu menoleh pada Arboriv, begitu juga dengan semua orang yang berada di Hortun. Daun bulat sempurna milik pohon agung itu sekarang tengah berguguran. Semakin lama, semakin banyak daun yang jatuh ke tanah, hingga akhirnya, suara gemuruh kencang terdengar.

Whistle of the OcarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang