24. The Sly Snake

550 111 14
                                    

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Sebisa mungkin Iyris melawan arus kerumunan. Ia berhasil keluar dari kerumunan orang-orang yang memaksa untuk dibukakan pintu. Sementara itu, orang-orang berseragam hitam satu persatu menumbangkan nyawa-nyawa yang berada di balairiung. Lantai pualam abu bersimbah darah. Keluarga kerajaan masih aman di dalam penjagaan para pengawal. Tidak semua keluarga kerajaan, karena Jayard dan Jake tidak ada di sana.

Balairiung kacau. Orang-orang berlari dan berteriak. Suara tembakan dan bau bubuk mesiu mengudara. Halsten dan Clare masih berada di belakang barisan pengawal. Mahkota di kepala lelaki itu jatuh terkelontang di lantai.

Dari ujung matanya, Iyris dapat melihat salah seorang berbaju hitam hendak menyerangnya dengan pedang. Dengan cepat Iyris menghindar, berkelit melalui pilar-pilar istana. Matanya berputar mencari pedang Gladius-nya. Pedang itu entah sudah ada di mana, tertendang dan terinjak ratusan orang.

"Yang Mulia, jangan keluar!" teriak salah seorang pengawal.

Halsten tiba-tiba saja melepas jubah dan mantelnya, berlari keluar dari barikade pengawal istana.

Napas Iyris berderu kencang karena terus berlari menghindari tebasan pedang orang berbaju hitam tersebut. Beberapa kali ia berhasil menyerang balik dengan belati yang ia simpan di balik gaunnya, tapi gerakan orang itu cepat sekali. Iyris hanya dapat melihat mata berwarna hijau keruh dari lelaki yang menyerangnya. Seluruh tubuh lelaki itu tertutup, bahkan bagian rambutnya juga.

Saat tengah sibuk berlari, Iyris tersandung kain gaunnya sendiri, jatuh berdebam di lantai. Namun, karena itulah ia bisa menemukan salah satu pedangnya, berada tak jauh darinya, terselip di bawah meja tempat ayam kalkun dihidangkan. Cepat-cepat ia merangkak, meraih pedang tersebut. Begitu pedang tersebut sudah ada di tangannya, Iyris langsung menebas pedang yang hendak menebas kepalanya. Ia sangat amat bersyukur bahwa pedang yang ia ambil adalah pedang yang asli.

Iyris terlibat pertarungan dengan lelaki itu tak beberapa lama kemudian. Mereka saling beradu pedang, menimbulkan suara decit ngilu. Namun, tiba-tiba saja lelaki itu menghentikan serangannya, menatap lurus Iyris yang tengah mengendalikan napasnya.

"Elf rupanya." Suara lelaki itu teredam masker yang ia kenakan. Lelaki itu perlahan menjauh. "Aku tidak akan menyakitimu, jadi segeralah pergi dari sini." Lelaki itu mengeluarkan senapan di balik punggungnya, menembak telak dua pengawal yang berada di belakang Iyris.

Iyris tersentak saat senapan itu berhasil melubangi dua tubuh pria di belakangnya. Iyris hendak menghentikan lelaki bermanik hijau keruh tersebut, tapi lelaki itu sudah lebih dulu pergi, tertelan kerumunan.

Iyris kembali memerhatikan sekitar. Halsten sudah tidak ada di tempatnya. Clare sudah terkapar di lantai, bersimbah darah, begitu juga dengan para pengawal yang tadi membentuk barikade. Ketiga pangeran itu seakan hilang tanpa sisa.

Ratusan orang tumbang. Balai riung yang awalnya ramai kini menjadi lebih sepi.

Ditengah kericuhan, mata Iyris menangkap seseorang yang tengah berusaha bangkit dari lantai. Orang itu, Halsten, memandang lurus kearah Iyris seraya memegangi pundak. Tatapan lelaki itu seakan meminta pertolongan.

Iyris melangkahkan kakinya yang berlumuran darah. Saat ia sampai di depan Halsten yang tengah terduduk lemas di atas lantai, ia dapat dengan lebih jelas melihat kondisi lelaki tersebut. Halsten mendapat luka tusuk di bagian pundaknya. Entah mengapa lelaki itu terlihat begitu lemah, padahal, Halsten bisa dibilang adalah Damion dengan kekuatan yang berkali-kali lipat dibanding Damion pada umumnya. Kenapa sekarang lelaki itu terlihat begitu lemah?

Whistle of the OcarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang