3. The Lily Garden

1K 150 13
                                    

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Malam harinya, Iyris tidak bisa tertidur. Tidur siang yang terlalu lama membuat matanya masih segar hingga tengah malam. Tidak banyak yang dapat Iyris lakukan di Elynum selain membaca beberapa buku yang terdapat di lemari kecil.

Karena merasa frustasi tidak bisa terlelap dalam tidurnya, Iyris memutuskan untuk keluar kamar, menenangkan diri di taman Elynum dengan pena dan buku kecil. Ia duduk di bibir air mancur seraya menulis rencananya begitu masuk ke dalam istana.

"Pohon yang aneh.." Iyris memperhatikan sketsa pohon yang ia gambar di bukunya. Itu adalah pohon yang sama yang menjadi tempat para budak di sini bekerja.

Jika dipiki-pikir, ia sama sekali belum mengetahui seluk beluk istana. Anggota keluarga kerajaan yang baru ia lihat hanyalah raja, sedangkan yang ia tahu, raja dan ratu memiliki 3 anak laki-laki. Haruskah ia keliling istana terlebih dahulu? Tapi sekarang ia hanyalah seorang budak, bisa-bisa langsung tertangkap.

"Kalau begitu, cari informasi seluruh keluarga kerajaan, kelemahan kaum mereka, bantuan dan..." Iyris menahan sebentar gumamannya, menatap lurus kearah gambar pohon di bukunya. "Dan pohon itu," lanjutnya.

"Siapa di sana?" Suara halus itu menyapu indera pendengaran Iyris.

Begitu mendengarnya, Iyris segera menyelipkan pena di dalam buku, menutup buku tersebut. Ia celingukan mencari sumber suara.

"Kau?" Kening Iyris mengernyit saat mendapati sosok perempuan berambut merah itu lagi.

"Kau juga tidak bisa tidur?" Perempuan itu mendekat. Wajahnya semakin indah di bawah cahaya bulan. Gaun tidurnya melambai-lambai terkena angin.

"Kau juga?"

"Begitulah." Perempuan itu mengambil duduk di samping Iyris. "Ngomong-ngomong siapa namamu? Dan juga umurmu?"

"Iyris, 20 tahun. Kau?"

"Nama yang indah. Rupanya kita sepantaran." Perempuan itu tersenyum, membuatnya semakin terlihat cantik. "Morwen, 21 tahun."

"Kau juga memiliki nama yang indah." Iyris masih terpesona dengan kecantikan perempuan tersebut.

Morwen terkekeh pelan. "Apa yang sedang kau lakukan?"

"Hanya.. Menenangkan diri." Iyris beralih menatap hamparan langit gelap penuh bintang dan bulan sabit yang bersinar cantik di atas sana.

"Kau memikirkan cara keluar dari sini? Kebebasan?" Tebak Morwen.

Iyris terdiam sejenak. Jika keluar dari sini, itu bukan yang ia pikiran, karena ia sendiri yang sengaja datang ke sini. Tapi kebebasan... Itu yang selalu ia inginkan sejak dulu.

"Dengar, aku bukannya ingin mematahkan semangatmu, tapi seberapa besar pun kau mencoba untuk keluar dari dinding-dinding istana, itu tidak akan terjadi." Morwen menoleh kearah Iyris. "Kekuatan mereka mengerikan."

Iyris menoleh kearah Morwen dengan kening mengernyit. Seberapa besar memangnya kekuatan bangsa mereka?

"Sudah berapa lama kau terkurung di sini?" Iyris mengalihkan topik pembicaraan.

"Sejak berusia 12 tahun. Tepatnya saat festival gandum di desaku."

Iyris dapat melihat tatapan Morwen berubah. Kesedihan tergambar di manik hijaunya. Ia memutuskan untuk tidak lanjut bertanya, walau sebenarnya ia sedikit penasaran. Sudahlah, itu bukan urusannya. Urusannya sekarang adalah menggali informasi mengenai keluarga kerajaan.

"Apa kau pernah bertemu salah satu dari keempat pangeran?" Iyris memutuskan untuk menanyakan hal itu. Mungkin saja Morwen mengetahui beberapa karena sudah lama di tempat ini.

Whistle of the OcarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang