7. Library

850 135 9
                                    

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Iyris terus membuntuti Pangeran pertama untuk menuju kamar lelaki itu. Walaupun Pangeran pertama sudah berjanji, Iyris masih tidak dapat mempercayai perkataannya dan harus benar-benar memastikan sendiri kalau lelaki itu menghabiskan makanannya.

Saat tengah melewati koridor istana, melewati berbagai ruangan dan kamar, Iyris tak sengaja melihat salah satu ruangan yang pintunya sedikit terbuka. Gadis itu menghentikan langkahnya, mengabaikan Pangeran pertama yang terus berjalan di depannya. Ruangan luas itu berisi penuh dengan buku, dari atas hingga bawah, kana hingga kiri, semuanya penuh dengan buku. Seorang lelaki bersurai hitam tengah terduduk di salah satu meja yang berada di tengah-tengah ruangan bersama tumpukan-tumpukan buku, membolak-balikkan halaman buku.

"Tidak perlu ikut ke kamar. Saya akan memakan makanannya." Pangeran pertama menoleh dari pundaknya, hanya memperlihatkan wajah bagian kirinya. Kata-katanya meyakinkan.

Iyris yang tadinya masih sibuk mengintip ruangan itu dari jauh, langsung tersentak kaget, mengangguk cepat kepada Pangeran pertama. "Baik, Tuan."

Pangeran pertama sempat mengikuti arah pandang Iyris, menatap ruangan perpustakaan, lalu kembali menatap Iyris. Ekspresinya tidak menunjukkan apapun. Setelahnya, lelaki itu melenggang pergi ke kamarnya.

Setelah punggung Pangeran pertama menghilang di balik tikungan, Iyris dengan hati-hati mendekati ruangan yang bertuliskan 'Perpustakaan' di depan pintunya. Ia mengintip dari celah pintu untuk melihat keadaan sekitar perpustakaan. Lelaki bersurai hitam itu sudah tidak ada lagi di tempatnya. Iyris mengenali lelaki itu. Pangeran ketiga, anak bungsu keluarga Perceval. Jake Perceval Dawson.

Suara langkah seorang pelayan yang mendekat membuat Iyris segera memasuki ruangan perpustakaan walau gadis itu belum sempat selesai memeriksa ruangan tersebut. Yang penting, sekarang ia sudah tahu letak perpustakaan istana keempat. Itu semua juga berkat Pangeran pertama yang memilih jalan pintas dari taman lily menuju kamarnya, karena jika mereka mengambil jalan yang biasa Iyris lewati, mungkin mereka tidak akan melewati perpustakaan.

Iyris celingukan kesana-kemari, memandangi buku-buku yang mungkin jumlahnya ratusan atau bahkan ribuan. Buku-buku itu tersusun rapih di rak masing-masing, sesuai dengan isinya.

Langkah Iyris terhenti, mengingat kehadiran Pangeran terakhir yang berada di perpustakaan. Lelaki itu seakan menghilang begitu saja. Telinga Iyris tidak bisa mendengar apapun selain kesunyian.

Setelau memastikan tidak ada orang di perpustakaan, Iyris segera mencari apa yang sejak dulu ia inginkan. Iyris berjalan cepat menuju rak yang menuliskan 'sejarah negara dan keluarga kerajaan'. Ia mengambil buku apa saja yang menurutnya perlu ia baca, membawanya ke atas meja.

Iyris mulai membuka buku pertama yang mencatat soal keluarga kerajaan. Lebih tepatnya, khusus mencatat tentang keturunan keluarga Perceval. Ia mulai membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan halaman demi halaman. Iyris bersyukur dulu ia dipaksa belajar membaca oleh Seyanor dan Sheyon, sehingga sekarang, ia dapat membaca isi dari buku-buku tersebut dengan lancar walau ia bukan seorang bangsawan terpelajar.

Setelah sekitar 4 jam Iyris terus duduk di dalam perpustakaan tua tersebut, sebuah suara yang samar-samar menyisip indera pendengarannya. Iyris pun sontak mengangkat kepalanya, memandang sekitar dengan waspada. Ia segera menutup buku yang sejak 2 jam lalu ia baca, meletakkan kembali tumpukan buku di atas meja ke dalam rak, melenggang pergi setelah memastikan tidak ada siapapun di sana.

Setelah Iyris menutup pintu rapat-rapat dan perpustakaan kembali kosong, sesosok lelaki bersurai hitam mengintip dari balik jendela berbentuk setengah lingkaran yang cukup besar. Lelaki itu bukan berada di dalam perpustakaan, melainkan berada di luar perpustakaan yang berada di lantai tiga. Setelahnya melompat turun.

Whistle of the OcarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang