20. Carolaksin

616 111 6
                                    

♬♩♪♩ ♩♪♩♬

Hortun hari itu ramai seperti biasanya. Para Elf berbaris, menunggu giliran mereka menyumbangkan darah dan inti kekuatan mereka. Wajah-wajah lesu dan putus asa terpapar di wajah mereka. Gerutuan dan sumpah serapah mengudara.

Iyris juga berada di salah satu barisan, menunggu untuk memberikan darahnya. Namun, tiba-tiba saja tangan perempuan itu ditarik oleh seseorang keluar dari Hortun.

"Hei, apa yang kau lakukan? Aku masih mengantri!" Iyris berusaha melepaskan tangannya, tapi perempuan bersurai merah yang menariknya itu tampak tidak peduli dengan seruannya.

Morwen menghentikan langkahnya saat mereka sampai di Elynum 2 yang masih sepi karena seluruh Elf berada di Hortun.

Sebelum Iyris sempat menyemburnya dengan banyak pertanyaan dan omelan, Morwen sudah lebih dulu menyela, "Iyris, apa kau sengaja memasuki istana hanya untuk ini?"

Mengernyitkan kening, Iyris pun tertegun. Dari mana Morwen tahu tujuan aslinya? Apa salah satu dari kedua sahabatnya yang memberitahu?

"Sheyon memberitahu semuanya padaku," ujar Morwen seakan bisa membaca isi pikiran Iyris.

"Apa maksudmu hanya untuk ini?" ulang Iyris, tidak mengerti dengan pertanyaan Morwen barusan.

"Kau sengaja masuk ke dalam istana untuk menciptakan kesetaraan, bukan? Tapi apa yang selama ini kau lakukan? Tidak ada perkembangan. Kau tetap menjadi pelayan mereka-"

"Apa maksudmu aku tidak melakukan apa-apa? Kau pikir aku menikmati setiap waktu yang aku habiskan di istana?" Iyris mulai merasa tersinggung dengan kata-kata Morwen. Apa yang perempuan itu pikiran? Morwen bahkan tidak terlalu lama dekat dengannya, tapi perempuan itu bersikap seakan ia tahu segalanya. Lagipula, apa urusannya dengan rencana Iyris?

Menghela napas untuk menenangkan diri, Morwen pun mengeluarkan gulungan kertas dari mantelnya. Gulungan kertas yang sama yang ia pernah perlihatkan pada Seyanor dan Sheyon.

"Maaf, tadi sepertinya aku terlalu terbawa emosi." Morwen memberikan gulungan kertas itu pada Iyris.

Tangan Iyris tergerak untuk membuka gulungan kertas tersebut, mengenyampingkan amarahnya. Saat melihat isinya saja, Iyris berhasil dibuat mendelik. Tulisan tangan itu sama persis seperti kertas yang dulu pernah Halsten tunjukkan. Iyris dapat langsung menyimpulkan bahwa lembaran-lembaran kertas itu berasal dari buku rahasia milik istana yang hilang. Beberapa halaman buku itu tercerai kemana-mana dan salah satunya berhasil Halsten temukan. Tapi... Dari mana Morwen mendapatkan halaman yang ini?

Saat selesai membaca isi dari kertas tersebut yang berisi asal dari Arboriv, Iyris menggulung kembali kertas, memeriksa sekitar untuk memastikan kalau tidak ada yang melihat mereka.

"Dari mana kau mendapatkan kertas ini?" Iyris menurunkan nada bicaranya, sedikit berbisik.

"Dari temanku, salah satu pelayan istana pertama." Morwen meraih kedua tangan Iyris, menggenggamnya erat. "Iyris, ku mohon jangan terlibat. Arboriv bukan pohon biasa. Pohon itu bukan milik bangsa manapun. Pohon itu berasal dari hutan mistis yang entah di mana keberadaannya. Aku sudah berusaha memberi tahu Seyanor dan Sheyon, tapi mereka berdua menganggap kalau hutan itu hanya omong kosong." Morwen semakin erat menggenggam tangan Iyris. Ekspresi wajahnya begitu khawatir. "Iyris... tolong percaya padaku. Aku tahu ini terdengar tidak masuk akal, tapi tolong jangan terlibat. Aku pernah mendengar ramalan dari pohon itu, tapi entah di mana kertas ramalan itu berada, aku tidak bisa membuktikannya padamu..."

Whistle of the OcarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang