Sebuah Firasat

14.2K 1.1K 6
                                    

"Prill gue mau keluar, mungkin pulang rada sore. Lo jaga rumah" ucap Ali sambil memakai jaket nya, Prilly hanya mengangguk sambil membersihkan meja tamu.

"Gue pergi Prill" Ali melangkahkan kaki nya pergi, Prilly menyelesaikan aktifitas nya kemudian menghampiri Ali dan berdiri tepat di depan nya.

"Ada apa lagi sih?" Prilly menelan ludah nya, entah mengapa feeling nya benar-benar tak enak sekarang.

"Awas gue mau keluar" ucap Ali lagi, Prilly menggelengkan kepala nya kemudian menatap Ali ragu, "Mas Ali jangan pergi sekarang" ujar nya ragu. Ali mengangkat satu alis nya kemudian tertawa, "Tenang aja sayang, gue gak pergi sama cewek lain kok" ucap Ali sambil mengedipkan matanya. Prilly memutar bola mata jengah, majikan nya benar-benar terlalu percaya diri.

"Saya gak peduli kamu mau pergi sama cewek atau banci sekalipun. Tapi, jangan pergi, bahaya." jawab Prilly antusias namun terdengar pelan. "Bahaya? Emang ada apaan?" tanya Ali, Prilly diam, ia bingung harus berkata apa sekarang.

"Ada apa? Udah gue mau pergi, awas" ucap Ali terdengar tegas. Prilly diam tak berkutik, feeling nya benar-benar sedang buruk sekarang.

"Ah lama lo" Ali melangkah pergi melewati Prilly, Prilly menatap Ali, apa yang harus ia katakan sekarang?

"Mas Ali tunggu!" Prilly berlari mengejar Ali yang kini sudah mengendarai motor nya. "Awas Prilly" Prilly menggeleng lagi, "Lo kenapa sih Prill?" bentak Ali. Prilly menunduk, "Kalo Mas Ali mau pergi, saya ikut!" ucap Prilly sambil menelan ludah nya.

Ali mengerjitkan keningnya, ada apa sebenarnya dengan Prilly? "Gue mau ketemu temen gue, udah lah lo jaga rumah aja, beresin rumah" Prilly masih menggeleng kemudian menaiki motor Ali dan memeluk perut Ali erat.

"Heh lepas!" Bentak Ali, Prilly diam, tiba-tiba ada rasa akan takut kehilangan. Ia harus menjaga majikan nya ini.

"Saya mau ikut" ucap Prilly tegas, Ali mendengus kesal kemudian menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi.

"Mas Ali pelan-pelan" teriak Prilly, Ali hanya diam, matanya fokus pada jalan didepan nya.

"Mas Ali jangan lewat situ. Kecelakaan!" ujar Prilly lagi, kecelakaan? Apa maksudnya? "Gak ada disana sepi" Ali makin menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Perasaan Prilly benar-benar tak tenang sekarang, "Mas Ali berhenti disini! Berhentiii!" Teriak Prilly, tak lama Ali melihat sebuah truk dan beberapa mobil yang bertabrakan, ditambah beberapa motor yang ikut tertabrak.

Prilly menutup matanya, Ali menghentikan motor nya tepat dengan teriakan Prilly. Ali diam terpaku, kecelakaan ini benar-benar diluar akal sehat nya, jika dia tidak menghentikan motornya, mungkin nyawa nya sudah hilang sekarang.

"Prill? Gakpapa?" ucap Ali pelan sambil melihat Prilly yang masih menutup matanya. Prilly membuka matanya, ia masih shock dengan apa yang dilihat nya barusan.

"Kecelakaan" lirih Prilly, Ali mengangguk kemudian membalikan motornya kembali ke rumah.

---memories---

Prilly masih terdiam di sofa, kecelakaan yang ia lihat sangat jelas dan sama seperti yang ia pikirkan.

"Nih minum dulu" Ali duduk disebelah Prilly sambil memberikan nya segelas air putih. Prilly mengambil gelas itu kemudian meneguk habis air itu. "Makasih"

Ali mengangguk kemudian menyandarkan tubuh nya pada sofa, "Untung gue ngikutin kata-kata lo, kalo ngga gue mungkin udah mati" Prilly menatap Ali kemudian ikut menyandarkan tubuh nya pada sofa, "Saya tahu itu bakal terjadi. Kejadian itu aneh" ucap Prilly pelan. Ali memandang Prilly kemudian menghala napas nya, "Mungkin cuma kebetulan feeling lo bener" ujar Ali acuh. Prilly mengangguk kemudian berdiri, "Saya lanjut kerja dulu ya mas, permisi"

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang