Rasa Ini

9.8K 935 23
                                    

"Prilly kenapa bisa sampe keujanan gitu?" Ali yang baru saja keluar dari kamar Prilly mendesah pelan. Sekarang, Mama nya sudah menatap dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Tadi kita gak pulang bareng, Ma"

"Kenapa bisa gitu?"

"Ya gak kenapa-napa" Ali menggaruk tengkuk nya bingung.

"Prilly itu rentan banget Li, daya tahan tubuh nya lemah, keujanan dikit dia bisa sakit"

"Kenapa Mama tau?"

"Karena Mama kenal Prilly dari dulu, Li."

"Prilly bukan Alena, Ma"

Resi mendesah pelan, ia lupa bahwa Prilly bukan Alena. "Sini duduk.."

Ali duduk disamping Resi, menyandarkan tubuh nya pada sandaran sofa. "Kita cari masa lalu Prilly, yuk?"

"Maksud Mama?"

"Kita datengin Panti Asuhan tempat Prilly tinggal dulu, mereka pasti tau soal latar belakang Prilly"

"Segitu yakin nya Mama kalo Prilly itu Alena?"

"Keluarga Prilly itu kecelakaan sayang"

"Maksud Mama?"

Resi menarik napas nya lagi, "Dengerin. Ada beberapa yang harus kamu tau dan Mama belum sempet cerita"

"Apa?"

"Beberapa tahun lalu, Mama denger keluarga Prilly kecelakaan. Ayah dan Bunda nya Prilly meninggal"

"Kenapa Mama baru bilang sekarang?" Tanya Ali mulai tak sabar. "Dengerin dulu Ali"

"Iya-iya"

"Yang Mama tau sekarang cuma itu. Untuk kondisi Prilly selanjutnya Mama gak tau, kita lost contact"

Ali berdecak kesal, ia menegakkan tubuh nya, "Kita harus ke panti asuhan Prilly, Ma. Kita harus mastiin itu Alena Prilly-nya Ali atau bukan"

"Emang kamu tau panti asuhan nya dimana?"

"Yaa.. entar tanyain Prilly aja" Jawab Ali ragu.

"Yaudah, kalo udah tau panti asuhan nya dimana, kasih tau Mama ya"

"Siap mom!"

---memories---

Pagi ini, Prilly tidak berangkat kuliah. Tubuh nya terasa lemas, kepala nya pusing, perut nya juga susah untuk di ajak berdamai. Semuanya terasa nyeri.

Prilly bangkit dari tidur nya, bagaimana pun kondisi nya ia harus memasak untuk sarapan hari ini. Ia berjalan gontai kearah dapur, seluruh sendi nya terasa ingin copot sekarang.

"Prill, masak?" Prilly menoleh, lalu tersenyum tipis.

"Iya, Bang"

Cakka berdecak kemudian berjalan menghampiri Prilly, memegang dahi gadis itu, "Panas..."

"Gak usah masak. Istirahat!" Perintah Cakka setelah menjeda ucapan nya beberapa detik. Nada suaranya pun terdengar lebih tegas sekarang.

"Nggak Bang, gakpapa kok"

"Nurut Prilly!"

"Tapi ini tugas Prilly, Bang"

"Nurut dong Prill, aku gak mau kamu makin sakit" Prilly menunduk, merasa gak enak. Bagaimana pun, ia adalah pembantu di rumah ini.

"Prilly, udah sekarang istirahat. Aku tau badan kamu lagi gak enak" Ujar Cakka semakin melembut.

"Kalo Ibu sama Bapak marah gimana?"

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang