Ali membaringkan tubuh nya di kasur. Pikiran nya benar-benar mumet sekarang. Dari mulai kejadian di cafe tadi yang benar-benar membuat nya kembali merasa bersalah, ditambah lagi saat ia datang Cakka dan Prilly sedang berduaan di ruang tv.
Mati aja Li. Mati.
Sekarang harus gimana? Faktanya Ali sendiri kembali bingung pada perasaan nya. Apa Ali benar menyayangi Prilly? Apa Prilly juga memiliki perasaan yang sama? Atau Ali cuma baper sama Prilly?
"Gue labil amat jadi cowok.." Ali mengacak rambut nya sendiri, kemarin ia sudah yakin bahwa ia akan kembali mengejar Prilly. Gak peduli sama Cakka atau siapapun.
"Nggak. Gue udah yakin. Gue mau buktiin kalo Prilly itu Alena. Gue gak akan nyerah. Bodo amat sama Dinda. Bodo amat sama Cakka."
Ali kembali menghembuskan nafas, lalu kembali membesarkan volume lagu nya.
Am I in love with you? Am I in love with you?
Or am I in love with the feeling?
I'm trying to find the truth, trying to find the truth
But sometimes the heart is deceiving.Semoga Ali gak salah menetapkan pilihan, Ali gak salah merjuangin orang, dan semoga Ali memperjuangkan orang yang pantes buat di perjuangkan.
---memories---
"Itu pacaran bisa udahan dulu? Gue mau makan" Ali sedikit berdeham sambil menatap sepasang kekasih itu dengan tatapan tajam nya.
Iya, Ali cemburu.
Prilly menegakkan tubuh nya, tadi Cakka sedang menggelitiki tubuh nya dan Prilly benar-benar gak bisa mengelak atau menjauh.
Wajah nya merah padam saat menyadari Ali yang menatap nya tajam walaupun dari jauh. Jantung nya berdegup karena rasa takut yang tiba-tiba muncul di hati nya."Gue tunggu di dapur" Ali berjalan kearah dapur kemudian duduk diatas mini bar yang tersedia disana.
Tak lama, Prilly datang masih dengan wajah merah nya. "Mau makan apa?"
"Terserah"
Prilly mengangguk lagi. Seharusnya ia gak peduli dengan sikap Ali yang tiba-tiba seperti ini, karena Ali bukan siapa-siapa nya.
Gadis itu mulai memasak, sedangkan Ali hanya memandang nya jadi jauh. Kalo aja gue cowok lo Prill, gue peluk juga badan lo.
Beberapa menit kemudian Prilly membawa semangkuk mie rebus dan sepiring nasi. "Nih"
"Kenapa mie?"
"Gak ada yang lain, lagian lo udah gak makan mie seminggu kan? Jadi gue bikinin"
"Oh iya-iya" Ali mengangguk lagi kemudian mengaduk mie nya sekilas. "Temenin gue makan Prill"
"Apa? Nggak ah"
"Udah temenin!"
Prilly yang baru selesai mencuci tangan memutar bola mata nya jengah kemudian duduk tepat di hadapan Ali.
Gadis itu menopang kepala nya dengan tangan sambil memperhatikan Ali yang sedang makan. Diam-diam Prilly tersenyum, dan ia bersyukur gak menolak permintaan Ali ini.
"Kenapa?"
"Hah?" Prilly tersadar kemudian kembali merubah posisi duduk nya menjadi posisi biasa. "Ngga. Gakpapa"
"Oohh. Mau makan?"
"Gak usah, gue kan cuma nemenin lo doang"
Ali mengangguk lagi, "Mau ya nemenin gue? Gak ada yang marah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FanfictionSemua itu berubah. Semua kisah kita dari awal, semua kisah yang kita ukir di sebuah kertas hilang sudah. Entah, terlupakan oleh sendiri nya atau sengaja di lupakan. Tapi, yang pasti, aku hanya ingin kamu mengingat kisah kita. Mengulang kembali sebua...