Semua nya terasa seperti dongeng. Dua bocah kecil yang menari di tengah hujan. Saling mengadah menikmati rintikan air yang keluar dari langit.
Keduanya saling tertawa, saling bernyanyi, bahkan terkadang saling bertengkar.
Keduanya selalu diam saat mendengar suara pesawat yang lewat di langit. Mereka selalu bahagia saat melihat pesawat ada diatas kepala mereka.
Dan, mereka selalu berjanji, suatu saat nanti, mereka akan menaiki salah satu pesawat yang pernah mereka lihat. Berdua. Sambil menikmati rintikan air hujan yang menempel di kaca pesawat.
Itu hanya mimpi dan khayalan dua bocah kecil ini.
-
-
-
-Prilly mengerjapkan matanya, kepala nya terus berdenyut, semua bayangan-bayangan itu terasa seperti nyata. Air hujan, suara pesawat terbang, bahkan kini wajah kedua bocah itu terbayang jelas.
"Prilly? Prilly? Kamu udah bangun sayang?"
"I-ibu?"
Perempuan paruh baya itu memegang tangan Prilly, mengusap tangan itu lembut. Usapan yang benar-benar Prilly rindukan.
"Apa yang sakit? Biar Ibu panggilin dokter"
"Maaf Prilly gak bilang kalo Prilly pergi, Bu"
Ibu itu mengangguk, "Gakpapa sayang, gakpapa, yang penting kamu gakpapa sekarang. Ibu panggil dokter ya?"
"Ali mana?"
"Ali? Ibu juga gak tau sayang, tadi Ibu dikabarin sama Ibu Resi"
Prilly hanya diam tidak menjawab, entah kenapa ada sesuatu yang gak enak. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Kalo gitu, Ibu panggil dokter dulu. Kamu tunggu ya?"
Prilly hanya menjawab lewat anggukan, setelah itu Ibu Mirna -Ibu Panti Prilly- keluar dari ruangan.
Yang Prilly harapkan, ada Ali disampingnya sekarang.
---memories---
"Prilly?"
"Ibu Resi?" Resi tersenyum kemudian masuk kedalam ruang rawat Prilly. "Gimana keadaan kamu?"
"Alhamdulillah udah mendingan, Bu."
"Syukurlah, Cakka belum kesini?"
Prilly menggeleng, bahkan ia baru ingat Cakka.
"Ali kemana Bu?"
"Dari tadi Ibu udah telfon Cakka sama Ali, tapi gak ada yang diangkat satu pun. Ibu Mirna kemana?"
"Tadi Ibu lagi ke luar cari dokter. Makasih ya Bu udah bilang sama Ibu Panti saya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FanfictionSemua itu berubah. Semua kisah kita dari awal, semua kisah yang kita ukir di sebuah kertas hilang sudah. Entah, terlupakan oleh sendiri nya atau sengaja di lupakan. Tapi, yang pasti, aku hanya ingin kamu mengingat kisah kita. Mengulang kembali sebua...