"Ali? Ngapain?" Tanya Prilly dengan ekspresi kaget nya. Tangan nya masih memeluk nampan yang ia bawa, bahkan nampan itu hampir jatuh karena melihat Ali yang berdiri di dekat pintu kamar Cakka.
Ali tersenyum masam kemudian mengacak rambut Prilly singkat, kemudian jalan begitu saja menuju ruang tv.
Prilly sedikit mendengus kemudian berjalan mengikuti Ali, "Ini kan masih jam 12, lo bolos ya? Kok bolos sih?"
"Lii, kenapa pake bolos segala sih? Ali! Jawab jangan diem mulu!" Celoteh Prilly terus menerus. Ali kini duduk di atas sofa, meraih remote tv kemudian menyalakan nya.
Prilly ikut duduk disamping Ali, meraih remote itu lantas mematikan tv nya. Ali masih tetap diam, tidak protes atau ikut bicara. Prilly menghela napas nya sebentar, "Li, kenapa bolos? Gak kasian sama Mas Cakka udah nyari duit banyak buat kuliah tapi lo malah bolos kaya gini" Jelas Prilly panjang lebar.
Ali menoleh kearah Prilly, menatap mata coklat gadis itu, mata yang mirip atau mungkin sama dengan Alena. Gadis kecil nya.
"Bukan urusan lo" Jawab Ali datar namun tajam. Ia bangkit dari sofa kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Prilly yang masih terpaku di atas sofa.
"ALIIIIIIII"
---memories---
"Pagi Prilly"
"Pagi Mas, gimana udah mendingan?" Tanya Prilly sambi menyimpan semangkuk sop ayam di atas meja.
"Lumayan mendingan, hari ini saya mau ke Semarang Prill"
"Loh? Kenapa? Kan baru sembuh Mas, masa udah mau kerja lagi? Semarang pula" Prilly duduk di samping Cakka, mengambil sepiring nasi kemudian memberikan nya pada Cakka.
Dalam hati Prilly tak tenang, sejak kemarin Ali tidak keluar kamar. Bahkan untuk mengambil air minum pun tidak.
"Kalo saya gak kesana nanti perusahaan gak ke handle" Prilly mengangguk kemudian kedua nya makan dalam diam. Sesekali Prilly melirik kearah tangga. Mengharapkan seorang pria turun dari sana.
"Saya pergi dulu, kamu hati-hati di rumah. Oh iya, Ali mana?" Tanya Cakka sambil berdiri dari kursi nya.
"Ali kayaknya masih di kamar. Hati-hati Mas"
"Oh, saya kira dia gak pulang"
"Pulang kok mas"
Cakka mengangguk lalu berjalan mendekat kearah Prilly yang berdiri di dekat wastafel. "Hati-hati" bisik nya tepat di telinga Prilly. Dan lagi, benda lembab itu mendarat di kening Prilly. Jantung Prilly kembali berdegup. Ini kedua kali nya ia dicium oleh Cakka.
Rasanya.. Rasanya aneh. Ia merasa ingin menenggelamkan dirinya di laut saat ini juga. Ia merasa sebagai perempuan yang murahan. Dicium oleh dua bersaudara sekaligus. Di kening dan bibir nya.
Prilly kembali menetralkan jantung nya, sampai matanya tertuju pada pria yang sedang berdiri di ujung meja bar. Ali.
"Se--sejak kapan?" Tanya Prilly terbata-bata. Entah kenapa ia merasakan jantung nya kembali berdegup. Bahkan ini lebih kencang dibanding degupan saat bersama Cakka.
"Sejak lo di cium sama Cakka" Ali menjawab dengan nada dingin. Ia berjalan kearah kulkas, mengambil satu kotak susu murni dan juga dua roti tawar nya.
"Mau nasi goreng Li?" Tanya Prilly berusaha mengubah suasana canggung ini. Ali menggeleng kemudian duduk di salah satu kursi bar. Memakan roti itu tanpa nafsu. Sesekali meneguk susu murni yang berada di kotak itu.
Prilly duduk di hadapan Ali, menatap Ali yang sedari tadi memakan roti itu tanpa minat. Prilly ingat, sejak semalam Ali belum makan. Dengan cekatan Prilly mengambil kembali setumpuk roti. Mengolesi nya dengan selai coklat kesukaan Ali kemudian mengambil lagi susu murni yang kini bersuhu normal. Bukan suhu kulkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FanfictionSemua itu berubah. Semua kisah kita dari awal, semua kisah yang kita ukir di sebuah kertas hilang sudah. Entah, terlupakan oleh sendiri nya atau sengaja di lupakan. Tapi, yang pasti, aku hanya ingin kamu mengingat kisah kita. Mengulang kembali sebua...