Malam ini, setelah Prilly membuatkan cream soup untuk Cakka. Rasanya, tidak bergairah. Prilly malas untuk melakukan apapun, ia hanya ingin menangis untuk mengeluarkan segala emosi yang ia pendam.
Ia sendiri bingung apa yang ia rasakan sekarang. Rasanya... Hampa. Ada ruang kosong saat Ali tidak ada di samping nya. Hatinya juga ikut merasa sesak saat mengetahui Ali berbohong dan melihat Ali bersama perempuan lain. Padahal, ia dan Ali tidak ada hubungan apa-apa.
Prilly merebahkan tubuh nya diatas kasur, kepala nya kembali nyeri. Sungguh, ia benar-benar lelah dengan semua ini. Lelah harus memakan pil saat kepala nya nyeri. Lelah merasakan segala rutinitas.
Prilly memeluk guling nya, mencoba memejamkan matanya agar rasa nyeri hilang, mencoba menghilangkan segala ingatan tentang Ali walau hanya sekejap.
Prilly kembali teringat dua bocah kecil yang selalu muncul di dalam mimpinya. Sudah beberapa hari ini bocah itu tidak ada dalam mimpi nya.
"Sebenernya mereka siapa.." Gumam Prilly sambil menerawang menatap langit-langit kamar nya. "Kenapa kaya nyata, kenapa setiap mimpi itu pasti pusing.."
"Udahlah gak penting" Prilly kembali memeluk guling nya, memejamkan matanya berusaha menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang ia pikirkan.
---memories---
"Kalo baru dateng itu, jangan lupa Assalamualaikum. Kaya anak bebek lo" Ucap Cakka sambil memakan cream soup nya.
Ali menyimpan helm nya asal, matanya melirik Cakka malas. "Komen mulu lo kaya twitter"
"Daripada lo nge-judge mulu kaya ask.fm"
"Alay lo"
Ali duduk di samping Cakka sambil membuka kaos kaki yang ia pakai, "Prilly mana?"
"Tidur"
"Tadi lo ke mall sama dia? Ngapain?"
"Bukan urusan lo"
"Gue gak suka lo deket-deket sama Prilly" Kini nada suara Ali mulai berubah, lebih terdengar datar dari sebelumnya.
Cakka tertawa meremehkan, "Adek ku sayang, adek ku malang. Emang lo siapa nya Prilly?"
"Gue udah bilang kan, gue cowok nya Prilly"
"Yakin? Tadi aja lo masih jalan sama cewek lain" Skak. Kali ini Cakka benar, ia memang bukan siapa-siapa Prilly. Nggak ada hak apapun untuk melarang gadis chubby itu.
Ali bangkit berdiri, memasukkan tangan nya kedalam saku celana. "Tau apa lo tentang gue sama Prilly"
"Yang pasti gue gak bikin Prilly nangis dan gue peka"
"Anjing!"
"Cakka! Ali!" Ali menurunkan tangan nya, hampir saja satu pukulan mendarat di wajah tampan kakak nya itu hanya karena masalah sepele.
Mereka berdua melirik kearah pintu, "Mama? Papa?"
Kedua orang tua itu menghampiri anak mereka, menatap anak mereka satu-persatu.
"Sejak kapan Mama sama Papa disini? Kapan kalian balik?" Tanya Cakka sambil menyalami Resi dan Adit -Orang Tua Mereka-
"Satu jam yang lalu kita sampai terus langsung kesini" Jelas Resi menatap wajah putra nya satu-persatu.
"Kenapa gak kabarin dulu? Jadi bisa Ali jemput kan, Ma"
"Kita sengaja pengen ngeliat kelakuan kalian. Dan ternyata bener, si anjing dan si kucing ini lagi mau tonjok-tonjokan" Cakka dan Ali menunduk, ini hal yang sangat mereka benci. Ketauan bertengkar di depan kedua orang tua mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FanfictionSemua itu berubah. Semua kisah kita dari awal, semua kisah yang kita ukir di sebuah kertas hilang sudah. Entah, terlupakan oleh sendiri nya atau sengaja di lupakan. Tapi, yang pasti, aku hanya ingin kamu mengingat kisah kita. Mengulang kembali sebua...