Pagi ini, semuanya sudah kembali seperti semula. Ali dan Prilly memulai rutinitas seperti biasa. Namun, semuanya terasa berbeda. Kecanggungan begitu terasa pagi ini.
"Prilly berangkat sama Ali?" Tanya Resi sambil memakan sarapan nya.
"Prilly pergi sama Cakka, Ma"
"Loh? Biasanya juga sama Ali kan"
"Prilly sama Cakka udah jadian"
Uhuk uhuk.
"Pelan-pelan kalo makan sayang" Ali meneguk segelas air yang di berikan Resi dengan cepat.
"Apa jadian? Sejak kapan?" Tanya Ali masih gak percaya.
"Sejak dua hari lalu. Udah ya gue sama Prilly berangkat dulu" Cakka berdiri, sedikit membenarkan letak dasi nya yang kurang pas.
"Yakin mau nganterin Prilly? Kamu meeting jam 7, sekarang udah setengah 7. Emang keburu?"
"Oh iya Cakka lupa. Gimana dong ya?"
"Aku bisa berangkat sendiri. Kamu duluan aja" Ujar Prilly akhirnya membuka suara.
"Tapi gakpapa yang?"
"Iya gakpapa. Udah berangkat aja"
Cakka menghela napas nya berat, ia menghampiri Prilly, mengusap rambut gadis itu sekilas. "Hati-hati"
"Okay, kamu juga" Balas Prilly diiringi senyumnya.
"Cakka berangkat Ma"
"Hati-hati sayang"
Setelah Cakka berlalu, Prilly membereskan meja makan. Mengangkat piring nya satu persatu. Membawanya ke dapur.
Prilly mencuci piring itu satu persatu. Pikiran nya melayang kemana-mana. Apa keputusan nya ini benar?
Setelah kejadian kemarin, Prilly memeluk Cakka dengan erat. Menumpahkan segala yang ia rasakan. Terkecuali tentang Ali, Prilly tidak menceritakan apapun tentang Ali.
Hingga akhirnya Cakka mengungkapkan semuanya, dan Prilly tidak mampu untuk menolak. Semua itu mengalir begitu saja.
"Prilly?"
Prilly terkesiap, lalu dengan cepat membasuh tangan nya yang di penuhi oleh busa sabun. "Ya?"
"Lo beneran sama Cakka?"
"Iya"
"Gue kalah dong"
"Kalah gimana?"
"Gue kalah merjuangin cinta gue"
Prilly tersenyum kecut, ia memandang Ali yang masih menatap nya dengan raut wajah kecewa. "Yakin? Ada Dinda kan?""Gue gak ada apa-apa sama Dinda. Gue cuma sayang sama lo"
"Sebelum lo ngomong gitu, pikirin hati lo dulu. Jangan asal jeplak"
Prilly berlalu begitu saja. Tidak mempedulikan Ali yang masih memandang nya dari jauh.
---memories---
Ali terdiam di dalam kelas, setelah semua orang keluar, hanya tinggal dirinya sendiri dikelas.
Ia terlalu kalut sekarang, hatinya seakan remuk seketika saat mengetahui gadis nya milik orang lain. Alena-nya.
Rasa takut kehilangan itu kembali muncul, sama seperti saat ia meninggalkan Alena dulu. Arki hanya takut Alena diambil orang dan mempunyai sahabat baru.
Bahkan, rasa itu semakin besar. Rasa sakit itu semakin memuncak sekarang. Ia dikalahkan kakak nya sendiri. Musuh bebuyutan nya hingga sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FanfictionSemua itu berubah. Semua kisah kita dari awal, semua kisah yang kita ukir di sebuah kertas hilang sudah. Entah, terlupakan oleh sendiri nya atau sengaja di lupakan. Tapi, yang pasti, aku hanya ingin kamu mengingat kisah kita. Mengulang kembali sebua...