Sebuah Pengakuan

11.4K 994 14
                                    

"Li gue grogi nih, ini acara apaan sih?" Prilly meremas tangan nya sendiri. Bagi seorang Prilly, berada di hotel bintang lima adalah hal yang sangat jarang bahkan tidak pernah.

Ali tersenyum kemudian menggenggam tangan Prilly, "Tenang aja ada gue kok. Aman" Prilly menarik napas nya mencoba menenangkan dirinya sendiri, ia mengangguk kemudian tersenyum kecil.

Mereka berdua berjalan masuk kedalam ballroom hotel, tangan nya saling bertautan, sedari tadi mereka menjadi pusat perhatian. Untuk pertama kali nya, putra kedua keluarga Surya Praja datang ke acara resmi.

Dengan penampilan yang bisa dibilang gak resmi dan juga membawa seorang wanita.

Prilly melihat kesekeliling ball room hotel ini, semua orang yang berada disini adalah orang kelas atas. Orang dengan pakaian yang bisa dibilang mahal. Orang yang dengan mudah mendapatkan apapun.

Ia menggigit bibir nya sendiri; kebiasaan menghilangkan rasa gugup nya. Jujur, Prilly gugup sekarang, berada di tempat high class seperti ini bukan jiwa nya, bukan lingkungan nya. Namun, rasa gugup itu terkalahkan oleh rasa minder yang ia rasakan. Rasa minder yang sejujurnya lebih menguasai dirinya saat ini.

"Ali? Ali Surya Praja?" Panggil seseorang. Prilly mendongak, pria berjas abu dan berbehel tersenyum kearah mereka berdua.

Ali mengerutkan kening nya bingung, "Siapa ya?"

Pria berbehel itu tertawa sejenak, "Lupa ya Li? Gue Ditto temen SMP lo di Belanda" Jelas Pria itu dengan nada antusias. Prilly sedikit menahan tawanya, Pria yang ia kira cool ternyata begitu semangat saat berbicara.

"Ditto?" Ali menerawang sebentar, beberapa detik kemudian ia tersenyum, "Oh iya-iya, gue inget. Ditto yang gendut kan? Yang kalo lari lambat?"

"Sialan masih lo inget aja, yang penting sekarang udah six pack"

"Hahaha, sorry ya gue sempet lupa. Abisnya lo beda sih"

"Iya gue makin ganteng soalnya, apa kabar Li?"

"Baik gue baik, lo sendiri? Ngapain di Jakarta?"

"Biasa ada kerjaan. Oh iya, siapa nih? Boleh kali dikenalin" Ditto sedikit melirik kearah Prilly. Lirikan yang entah kenapa membuat Ali sedikit risih.

Entah dorongan darimana, Ali mengaitkan tangan nya pada pinggang ramping Prilly, menarik tubuh Prilly pada tubuh nya. "Kenalin, Prilly Armana. Cewek gue"

"Asli nih cewek lo? Kok mau sama Ali?" Tanya Ditto dengan senyum genit andalan nya. "Kenalin, Ditto Bagaskara temen Ali SMP" Lanjut Ditto sambil mengulurkan tangan nya.

"Prilly, Prilly Armana" Balas Prilly menjabat tangan Ditto.

"Leh ugha nih buat gue"

"Anjir, gue gibeng juga lo!" Keduanya tertawa bersamaan. Prilly melirik jam tangan nya berkali-kali. Jujur, ini ngebosenin banget, dan sekarang dia dicuekin.

Anjir gue dicuekin gini. Prilly melepas kaitan tangan Ali dipinggang nya, "Li, gue ambil minum dulu ya?"

"Iya, tapi jangan jauh-jauh" Prilly mengangguk singkat kemudian berjalan kearah meja bulat yang dipenuhi beberapa minuman berwarna.

Ia mengambil minuman bewarna kuning yang ada di atas meja. Orange juice dan ia yakin jika Ali melihat nya, Ali pasti sudah mengomeli Prilly habis-habisan.

"Kok bisa ya Ali bawa cewek kaya lo?" Ucap seseorang tiba-tiba. Perempuan yang sangat Prilly kenali.

Prilly menghiraukan orang itu, tetap dalam posisi meneguk orange juice nya.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang