Epilog

12K 973 28
                                    

Prilly duduk diatas kasur yang ia tiduri selama 3 tahun ini. 3 tahun berlalu tidak banyak terjadi perubahan pada ruangan ini. Semuanya sama, design kamar masih sama, bahkan aroma nya masih sama.

Masih terekam jelas dimana ia harus membereskan kamar ini, saat ia menemukan bungkus rokok dan celana dalam yang berserakan dilantai.

Kadang, Prilly tertawa sendiri mengingat itu semua tapi beberapa menit kemudian ia menangis saat mengingat nya.

Kangen tau Li, kangen banget. Kamu tau? Aku udah inget janji kamu. Janji kamu yang bakal ngajak aku naik pesawat.

Tapi, kamu ingkarin janji itu.

Tetesan itu muncul kembali, bahkan kini tetesan air mata itu membasahi pesawat terbang yang ia pegang.

Mana janji kamu bakal ngajak aku naik pesawat? Kayaknya aku yang bodoh ya Li, aku bego gak percaya sama kamu.

Perempuan itu tertawa kecil, entah sudah berapa kali ia menangis sambil tertawa seperti ini.

Kini semuanya berubah. Gak ada lagi orang yang memaksanya pergi, gak ada lagi orang yang meminta contekan, gak ada lagi orang yang meminta nya untuk memasak.

Kenapa sih Li harus ninggalin tiba-tiba gini? Kenapa gak ninggalin surat kaya di novel-novel? Atau ninggalin vidio terakhir buat aku? Kenapa?

"Prilly?"

Prilly menghapus air mata nya, menatap laki-laki yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Apa?" Ucapnya datar.

Sudah hampir 3 tahun ia tetap tinggal di rumah ini demi Ibu Resi, dan saat itu juga ia resmi diangkat menjadi keluarga Surya Praja.

Selama itu pula, Prilly cenderung lebih menutup diri, tidak banyak berbicara, dan menjalankan aktivitas se perlu nya.

"Mama nyuruh kamu makan."

"Iya nanti aku kesana."

"Sekarang Prilly.."

"Kenapa sih selalu maksa aku?"

"Udah 3 tahun, Prill! Kamu masih belum maafin aku? Aku harus apa lagi Prill?"

Semenjak kejadian itu pula, sikap Prilly berubah drastis pada Cakka. Mereka hanya saling bertegur sapa seadanya, terutama Prilly yang benar-benar menjaga jarak pada Cakka.

"Bisa keluar?" Suruh Prilly pelan.
"Tapi, Prill, aku minta maaf"

Prilly hanya mengangguk, "Please, keluar.."

"Tapi, Prill--"

Brakk.

Pintu itu Prilly tutup secara paksa, gak peduli jika Cakka akan terjepit nanti nya. Ini gak sebanding sama kamu, Li.

Maafin aku belum bisa maafin Bang Cakka, aku udah terlanjur kecewa. Tapi, aku janji, suatu saat aku bakal maafin dia kok, Li.

Prilly menghapus air mata nya lagi, lalu segera keluar menuju ruang makan.

Di Ruang Makan, Resi, Adit, dan Cakka sudah duduk di posisi masing-masing.

Dan atmosfer ruangan ini berbeda sekarang. Biasanya, Ali akan ribut mencari perhatian nya.

Prilly duduk di bangku biasa Ali duduk, kini ia yang menggantikan Ali duduk disitu.

"Mau makan apa sayang?"

"Apa aja Ma"

Semuanya beda Li, benar-benar beda.

-
-
-
-

Dan inilah akhirnya. Teruntuk kamu, Aliku, aku gak butuh memori yang kamu kasih selama ini. Gak butuh semua kenangan kita selama ini. Yang aku butuhin, kamu ada disini, disamping aku. Selamanya.

---memories---

Azki,
18 Januari 2016

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang