Setelah hampir satu jam mereka memecah jalanan Kota Jakarta yang macet. Akhirnya, Ali memarkirkan motor nya di halaman sebuah gedung pencakar langit.
Prilly segera turun lalu membuka helm nya, kepala nya cukup pening karena memakai helm terlalu lama. "Pegel gue duduk mulu, Li" Keluh nya.
"Sama, pantat gue juga pegel duduk mulu Prill"
"Anjir malah pantat. Ngapain lo ngajak gue kesini?" Tanya Prilly sambil melihat gedung di hadapan nya.
"Emang bener kan pantat yang duduk? Masa kaki?"
"Ih Ali udah, kenapa jadi bahas pantat?"
"Oh iya-iya" Ali mengangguk polos, tangan nya bergerak untuk merangkul leher Prilly. "Ayo masuk"
"Tunggu!" Prilly melepaskan tangan Ali dari leher nya. "Lo gak akan macem-macem kan ngajak gue ke kantor kaya gini?"
"Gak akan Prilly"
"Beneran?" Tanyanya lagi.
"Iya. Astagfirullah. Udah masuk aja sih"
Prilly mendengus namun tangan nya tetap di tarik masuk ke dalam kantor.
Lampu-lampu sudah padam karena kantor yang kosong, hanya ada satpam yang menjaga di depan. Tanpa disadari, tangan mereka saling menggenggam. Entah siapa yang memulai.
Kini kedua nya berada di dalam lift, Ali merangkul bahu Prilly yang terus memandang petunjuk lantai yang ada di lift. Ali yakin, sebenernya Prilly takut karna tangan nya tiba-tiba menjadi dingin.
Ting
Saat lift terbuka, semilir angin langsung menyapun wajah mereka berdua. "Rooftop Li?" Tanyanya dengan senyum yang mengembang.
Perempuan itu berjalan ke tengah-tengah rooftop, jalanan Kota Jakarta terlihat dari atas sini. Gedung-gedung dan lampu kota yang menyala menambah kesan indah. Entah kenapa Kota Jakarta menjadi lebih indah dilihat dari atas.
"Keren Li. Jakarta keren dari atas"
Ali tersenyum hanya tersenyum. Lelaki itu terus menatap wajah Prilly yang juga tersenyum. Rambut nya berterbangan karena tertiup angin menambah kecantikan Prilly malam ini. Dan menurut Ali, semua sempurna.
"Kita taun baruan disini ya? Kita liat kembang api dari atas sini"
"Iya, pasti ntar keren banget Li"
"Tunggu bentar"
Ali berjalan ke ujung rooftop membawa meja bulat kecil yang diatas nya sudah ada beberapa makanan dan minuman.
Lelaki itu menyimpan meja nya di tengah-tengah rooftop. Setelah itu, Ali kembali membawa sebuah kotak kecil dan menyimpan nya di sebelah meja bulat itu.
"Sini duduk" Ajaknya pada Prilly yang masih berdiri memperhatikan meja dan kotak kecil itu.
Prilly mengangguk sambil beringsut duduk di hadapan Ali, "kenapa ada meja, makanan, sama kotak ini Li?"
"Ini makanan biar kita gak laper sambil nunggu jam 12. Kalo meja buat nyimpen makanan nya. Lo dodol atau bego Prill?"
"Sialan lo!" Prilly mengerucutkan bibir nya kesal. "Terus kotak itu isi nya apaan?"
"Ini?" Ali membuka kotak itu, mengeluarkan isi di dalam nya. "Ini kertas lipat" Kini di tangan nya sudah ada berbagai warna kertas lipat.
"Buat apa?"
"Dulu, Alena sama Arki seneng banget buat origami dari kertas lipat. Sekarang, kita buat origami juga mau kan? Sambil nunggu jam 12"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
FanfictionSemua itu berubah. Semua kisah kita dari awal, semua kisah yang kita ukir di sebuah kertas hilang sudah. Entah, terlupakan oleh sendiri nya atau sengaja di lupakan. Tapi, yang pasti, aku hanya ingin kamu mengingat kisah kita. Mengulang kembali sebua...