Hening Alkana namanya. Namun jangan salah, karena sikapnya berbanding terbalik dengan namanya.Pertama, dia nggak se- hening namanya. Agak konyol, tapi nyatanya dia pernah dobrak pintu kelas. Serius, emang sekuat itu dia, karena waktu itu kunci pintu kelas macet, jadi dia dan anak kelas lainnya nggak bisa masuk, alhasil Hening nekat pake 'tenaga dalamnya' untuk dobrak pintu kelas yang udah rapuh dan..
BRAKK
Ya, pintunya lepas. Sampai para guru yang lagi rapat di aula nyamperin, mana kejadian nya di lantai atas lagi, tepat di atas aula. Tapi itu dulu, waktu SD. sekarang dia udah tobat kok.
Kedua, kelemahan nomor satunya itu pelajaran Kimia, walaupun nama 'Alkana' diambil karena kedua orang tuanya cinta mati sama tuh mapel. Hening sendiri heran, bisa-bisanya.
Oh iya! Hening punya sahabat dari orok, si cowok sok dingin kalo sama orang lain, tapi jadi cerewet dan emosian kalo sama Hening yang agak-agak lemot. Renjana Damiano namanya. Tipikal cowok fiksi yang sulit digapai.
"Renja"
"Pergi"
"Ha?"
"Punya telinga?"
Sadis emang si Renja ini. Sampai-sampai hampir semua cewek yang nekat nembak Renja, bolos sekolah seminggu saking bingungnya mau ditaro dimana muka mereka kalau ketemu cowok songong itu. Dan setelah dipikir-pikir Hening merasa dirinya beruntung bisa mengenal kepribadian Renja yang lain. Lupakan dulu sikap sok dinginnya, Renja itu boyfriend able, serius. Sampai pada akhirnya Hening benar-benar percaya dengan apa yang sering orang-orang bilang.
"Sahabat cewek dan cowok itu nggak mungkin bener-bener pure sahabatan, kalau nggak dua-duanya saling ada rasa, ya pasti salah satunya ada yang mendam rasa. Udah banyak kan, buktinya?" ucap Wina yang sedang sibuk mengunyah pilus.
"Ya, terus?"
"Lo gimana? Ada rasa sama Renja nggak?"
Wina ini, Hening lelah digoda oleh sahabatnya itu hampir tiap menit.
"Mungkin iya, mungkin enggak"
"Ah elo, jangan denial mulu kek" Hening melirik Wina sinis, mana dia tahu dia menyukai sahabat lelakinya itu atau tidak?
"Gue nggak mau langsung nyimpulin gitu aja, lagian kalau ternyata Renja udah ada crush.. gue bisa apa?"
Hening menghembuskan nafas berat, membayangkan dirinya berada dalam zona teman rasanya mengerikan.
"Kalau menurut gue sih mending confess, kesempatan juga karena Renja cuma peduli sama elu. Tapi jangan sekarang, jangan dalam waktu dekat ini"
"Jangan ngaco deh"
"Serius Ning, lo perhatiin dulu sikap si Renja, kalo dia nunjukin tanda-tanda dia juga suka sama lo, baru confess"
"Okay, but mikirin gimana caranya gue tau dia suka sama gue atau enggak aja gue udah nyerah. Udah dua belas tahun ini kita berangkat pulang sekolah bareng, apa-apa bareng, si Renja juga sering gue samperin sama nyamperin gue, bener-bener udah kayak saudara, Win"
Wina berdecak, gadis itu tersenyum miring.
"Jangan khawatir, lupa apa kalo gue ini pakar percintaan?" ucap Wina sombong sambil menaikturunkan kedua alisnya.
Hening menghembuskan nafas panjang, pemikiran sahabatnya itu gila, namun setelah dipikir-pikir Hening akui dirinya lebih gila.
"Okay, gimana caranya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Countdown
Teen Fiction[END] "Gue hitung mundur, kalo lo nggak pergi, gue anggap lo terima dan nggak ada kesempatan untuk lo kabur" "Lima, empat, tiga, dua, satu" start : 22/7/22 finished : 4/9/22