11. Suka

279 50 1
                                    


"Udah, ngobrol nya?"

"Ning?"

Saat ini Renja dan Hening sedang dilanda situasi canggung akibat percakapan pria itu dengan Liam.

"Udah kok" jawab Liam yang beru keluar dari perpustakaan lalu menggandeng lengan Hening.

Hening tersenyum sebisa mungkin, ia ikut menggandeng lengan Renja, bersikap seolah ia tak mendengar pernyataan yang membuat hatinya sakit, sangat.

Mereka berjalan hingga masuk ke dalam kelas dan duduk di bangku masing-masing. Liam yang biasanya duduk di bangku depan pojok itu langsung berpindah menduduki bangku Renja, alhasil Renja terpaksa duduk di bangku Liam. Sebenarnya Renja ingin protes, tapi lagi-lagi gengsi nya masih diutamakan.

"Ning, hari Minggu lo ada rencana nggak?"

"Um.. nggak ada"

Liam tersenyum lalu jarinya berkutik di atas layar ponselnya.

"Kesini yuk, gue belum pernah kesini, dan gue pingin kesini sama orang yang gue sayang"

Hening mengerutkan keningnya memerhatikan layar ponsel Liam.

"Pantai ini?"

Liam mengangguk antusias.

Hening menghela nafas berat, pasalnya itu adalah pantai yang beberapa waktu lalu ia kunjungi bersama Renja. Ia takut kenangan bersama Renja tidak menjadi kenangan nomor satu di ingatannya kalau ia pergi kesana dengan Liam.

Bagaimana kalau kenangan tak terlupakan terjadi saat mereka kesana? Dan pantai yang tadinya menjadi pantai pertama yang gadis itu kunjungi dengan cinta pertamanya berubah menjadi pantai yang tak terlupakan karena kejadian lain?

Tunggu, kenapa gue mikir gini sih?

"Boleh"

"Beneran?"

Hening mengangguk, lalu tersenyum melihat senyuman Liam yang memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Melirik Renja sekilas, Hening menghela nafas berat karena pria itu tampak sibuk pada buku yang dibaca.

Renja nggak peduli, Renja biarin gue pergi sama Liam, Renja nggak anggap gue lebih dari sahabat.

Renja nggak ada rasa sama gue.

Hening tersenyum simpul, lagi-lagi dugaannya benar. Ia berpikir hanya dirinya yang menjadi pihak yang menyukai Renja, namun tak berbalas.

Hening rasa dirinya terlalu naif dengan menganggap Renja menyukainya, padahal Renja melakukan semua hal-hal kecil yang Hening anggap manis itu hanya sekadar perlakuan biasa bagi pria itu.

"Pulang nanti gue antar, ya?" Tanya Liam.

"Tapi gue–eh iya boleh"

"Tapi gue–eh iya boleh"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love Countdown Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang