"Kebiasaan ya kamu ini! Itu Renja nunggu kamu udah lima belas menit loh""Iya Ma, bentar lagi selesai"
Mama geleng-geleng kepala menghadapi anak gadis semata wayangnya yang sangat lama jika berkemas.
"Mama duluan ya, nak"
"Iya Ma, hati-hati" ucap Renja sambil menyalami Mama dan Papa Hening.
"Kalo si Hening kelamaan, tinggal aja enggak apa-apa, ya!"
"Hehe, iya Pa"
Papa mengusap punggung Renja lalu keluar rumah dangan Mama yang sama-sama menuju kantor.
"Kalo lo mau duluan nggak apa-apa, Ren"
"Oke"
Renja tak langsung pergi, ia menunggu Hening lebih lama, memastikan gadis itu tidak ada masalah.
Tiga puluh menit kemudian...
"Udah jam tujuh lagi, si Hening kok nggak keluar-keluar?"
Renja memutuskan untuk menyusul Hening ke lantai atas, mengetuk pintu kamar gadis itu.
"Ning, gue masuk ya?"
Renja membuka pintu kamar, berlari panik menghampiri Hening yang meringkuk di lantai.
"Ning?! Lo kenapa?"
"Nggak apa-apa.. "
Renja membopong Hening, membaringkannya di atas kasur.
"Perut lo sakit? Lo lagi dapet? Gue rebus air dulu ya, bentar lagi gue balik"
Hening mengangguk, menatap sosok Renja yang menghilang secepat kilat. Lelaki itu berlari menuruni anak tangga menuju dapur untuk merebus air.
"Ah! Panas banget gila.. "
Renja membasuh tangannya yang tanpa sengaja ketumpahan air yang baru ia rebus. Ia menuangkan sedikit air panas ditambah air dingin yang lebih banyak ke dalam botol.
"Ning, gue masuk ya?"
"Iya.."
Hening terduduk, ia terdiam saat Renja memberikan botol minumnya yang berisi air hangat.
"Di tempel ke perut lo, biar nyerinya berkurang"
Hening menurut, memasukkan botol minum itu kedalam seragamnya. Renja bangkit lalu membuka lemari Hening, mengambil kaus berwarna hijau muda polos dan celana santai kotak-kotak lalu memberikannya kepada sang pemilik.
"Nih, ganti baju yang nyaman dipake, gue ke bawah dulu"
Hening mengangguk. Setelah Renja menutup pintu kamar, ia mengganti seragamnya dengan setelan yang Renja ambilkan untuknya. Renja mengetikkan pesan, memberitahu kepada ketua kelas kalau Hening izin tidak masuk sekolah hari ini karena sakit, dan dirinya yang izin untuk merawat Hening. Karena hal ini, si ketua kelas selalu ditanya para guru "apakah Renja dan Hening ini saudara?" Dan si ketua kelas selalu terpaksa berbohong agar para guru tidak lanjut bertanya dan menjadi persoalan yang panjang.
Renja bangkit dari sofa, keluar dari rumah Hening lalu pulang ke rumahnya di depan untuk mengganti pakaian kemudian mampir ke minimarket terdekat.
Hening membaca beberapa chat dari Wina dan Haekal juga ketua kelas yang menanyakan alasan kenapa ia tidak masuk sekolah hari ini. Baru saja Wina menelfon nya, bersama Haekal dan Bara yang numpang pada ponsel Wina karena dua orang itu kehabisan kuota. Hening tersenyum setelah panggilan dari teman-temannya diakhiri, namun senyumannya berubah menjadi raut bingung ketika nomor asing menelfon beberapa kali. Dengan ragu-ragu, Hening mengangkat telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Countdown
Teen Fiction[END] "Gue hitung mundur, kalo lo nggak pergi, gue anggap lo terima dan nggak ada kesempatan untuk lo kabur" "Lima, empat, tiga, dua, satu" start : 22/7/22 finished : 4/9/22