"Lo beneran suka sama Liam?""Gue rasa.. "
Hening menggantung ucapannya, ia melirik Renja sekilas lalu kembali menatap langit yang mulai cerah.
Gue suka sama lo, Ren
Renja masih menatap Hening menunggu jawaban gadis itu. Dirasanya cemas karena takut apa yang akan ia dengar selanjutnya membuat hatinya sakit.
"Iya"
Ketakutan Renja benar-benar terjadi.
Renja tak merespon, ia masih menatap Hening, dapat dilihat dari kedua netra pria itu bahwa ia sangat kecewa.
Andaikan Ren, andaikan gue bisa jujur...tapi sayangnya gue nggak bisa.
Hening memang merasa hatinya tidak beres saat berada didekat Liam, namun tak dapat dipungkiri kalau ia menyukai Renja. Sangat.
Hening tak pernah berpikir akan menyerah untuk menyadarkan perasaan sahabatnya itu sampai beberapa kejadian membuat pendiriannya goyah.
Terutama beberapa hari lalu, hampir setiap minggu Sia mengirimi Renja mie ayam dan Renja selalu menerima mie ayam itu, memakannya, bahkan meminta pada Sia agar gadis itu sekalian berdagang mie ayam.
Meminta Sia berdagang mie ayam = menghasilkan uang yang semakin lama semakin banyak, dan otomatis bisa membangun suatu bisnis untuk masa depan yang cerah bersama Renja [menurut pemikiran Hening]
Pemikiran konyol ? Oh sangat.
Mungkin saja apa yang orang-orang bicarakan tentang cinta dapat membuat seseorang menjadi bodoh itu benar adanya.
Perasaan cemburu terlalu banyak menyelimuti hati Hening, hingga ia sering overthinking, memikirkan hal-hal yang membuatnya semakin cemas.
"Apa yang lo suka dari Liam?"
Hening menggigit bibir bawahnya, ia sendiri tak tahu apa yang ia sukai dari Liam.
Mana gue tau? Gue kan sukanya lo, Ren!
"Yang gue suka dari dia..."
Renja menatap Hening serius, membuat Hening menelan saliva nya gugup.
Hening memberanikan diri untuk menatap mata pria dihadapannya. Hingga tak ia sadari tatapannya jatuh terlalu dalam.
"Dia perhatian, dia selalu ada buat gue, dia cuek ke cewek lain, dia ngelakuin semua hal-hal manis cuma buat gue, nggak sasimo kayak si Haekal, nggak genit, udah pasti baik walaupun sering dibilang es batu hidup, pinter matematika, ganteng lagi"
Penjelasan Hening membuat otak Renja loading untuk beberapa saat.
Sejak kapan Liam pinter matematika? Bukannya minggu lalu tuh bocah dapet nilai terendah di kelas? Es batu? Es batu apa coba yang sok kenal sok akrab, banyak tanya, sama sering ngekor? Ganteng? NGGAK! gue lebih ganteng dari dia.
Renja masih bergelut dengan pemikirannya sendiri, pria itu terlihat sangat serius dengan keningnya yang berkerut.
Sampai akhirnya Hening tersadar, ia salah bicara.
Hening menutup mulutnya yang reflek terbuka karena menyadari bahwa yang ia sebutkan tadi bukan alasan ia menaruh perasaan pada Liam, melainkan alasan kenapa ia menaruh perasaan pada pria yang memberinya pertanyaan ini. Renja.
"Ah- gue lupa belum kerjain tugas matematika! Gue ke kamar, kalau lo mau pulang silahkan" ucap Hening terburu-buru kemudian melangkah cepat menuju tangga.
Grep
Langkah Hening terhenti ketika ia merasa lengannya ditahan oleh seseorang.
"Kok Renja ditinggal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Countdown
Roman pour Adolescents[END] "Gue hitung mundur, kalo lo nggak pergi, gue anggap lo terima dan nggak ada kesempatan untuk lo kabur" "Lima, empat, tiga, dua, satu" start : 22/7/22 finished : 4/9/22