"Keluarlah wahai para beban!"Sesampainya di rumah Haekal, Hening, Renja, Wina dan Bara keluar dari mobil dan langsung masuk kedalam rumah yang yang begitu luas, sangat megah.
"Gue baru pertama kali main ke rumah lo yang ini" ucap Bara diangguki Wina, dan Hening.
"Jelas lah, ini rumah aja baru beres minggu lalu"
Bara mengangguk lalu berjalan mengambil air minum yang tersedia di meja. Mata Haekal menangkap sosok gadis yang ia cari, ia berlari menghampiri gadis itu.
"Kalian tunggu sana dulu, gue pergi sebentar"
"Mau kemana lo, Kal?" Tanya Hening tanpa mendapat jawaban dari pria itu.
Bara menepuk pundak Renja, membuat lamunan Renja buyar.
"Serius amat lo" Bara terkekeh.
Renja bingung harus merespon apa, ia ketahuan telah menatap Hening berlama-lama.
"Apa?"
"Lo lihat Wina?"
"Nggak"
Bara celingak-celinguk mencari keberadaan sang kekasih, mencoba menelfon namun ia baru teringat bahwa Wina menitipkan tas yang berisi ponsel gadis itu padanya.
"Bukannya dari tadi sama lo, ya?"
"Nggak tau, dia ngilang waktu gue ambil minum"
"Renja, Bara, kesana gih" pinta Hening menunjuk Haekal yang di depannya terdapat kue ulang tahun cokelat.
Mereka mendekat dan terlihat Wina sudah ada di samping Haekal membawa kamera.
"Kirain aku kamu ilang, yang" ucap Bara merangkul pundak kekasihnya.
"Sini foto dulu, kameranya kasih ke Naren, biar lo juga ikut foto" pinta Haekal menggandeng tangan Wina, lalu memberikan kamera yang gadis itu pegang pada fotografer andalan kelas, Narendra.
Pria bernama Naren itu memberi aba-aba pada Haekal, Wina, Bara, Hening dan Renja yang sudah berpose.
"Senyum dong Ren, biar gantengnya kelihatan" celetuk Haekal.
Renja menatap Haekal tajam, membuat yang lainnya tertawa. Acara potong kue sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun seperti anak kecil berakhir, sekarang saatnya membagikan kue yang sudah dibagi kepada teman-teman Haekal.
Mama dari lelaki yang berulang tahun hari ini menerima kue pertama, memberikan harapan terbaik, lalu berpamitan karena tidak bisa berlama-lama di acara putra semata wayangnya itu karena Mama Haekal mendapat telepon bahwa sang Ayah sudah pulang dari luar kota dan Mamanya berniat menjemputnya.
"Mama pamit ya sayang, nanti Mama balik ke rumah. Kalau kamu nggak capek, setelah selesai acara balik ke rumah ya, Ayah kangen banget sama kamu"
Haekal melepas pelukan sang Mama lalu mengangguk.
"Hati-hati tante" ucap Wina diangguki Hening.
Tante Tia mengangguk sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan rumah ini.
"Nggak usah sedih kali, Kal. Kan ada kita"
Haekal tersenyum ke arah gadis yang menghibur nya. Renja menatap sebal karena interaksi Hening dengan Haekal.
Lo kenapa sih, Ren?
Pukul sepuluh malam acara berakhir, semua teman-teman sudah pulang, tersisa Haekal, Wina, Bara, Hening, dan Renja yang masih berada di meja makan. Setelah memastikan bibi membereskan semuanya dan pergi istirahat, Haekal masuk ke dalam rumah. Tak butuh waktu lama, Haekal meletakkan kardus berisi minuman ke bawah meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Countdown
Teen Fiction[END] "Gue hitung mundur, kalo lo nggak pergi, gue anggap lo terima dan nggak ada kesempatan untuk lo kabur" "Lima, empat, tiga, dua, satu" start : 22/7/22 finished : 4/9/22