13. Nggak mungkin

261 41 2
                                    


Saat ini Hening sedang menuju rumah sakit, ia menumpangi mobil bersama teman-teman lainnya. Haekal, Wina, Bara.

Oh! jangan lupakan Liam si ekor Hening dan gadis kelas sebelah yang ikut bergabung.

"Pokoknya di Rumah Sakit nggak boleh berisik! Kali ini yang sakit Ayahnya Renja, nggak bisa lo kerjai" ucap Hening menasihati Haekal dan Bara.

"Dengerin tuh, yang" ucap Wina pada kekasihnya.

"Nggak mau!"

Hening mendelik mendapati jawaban Bara.

"Aku cuma mau dengerin kamuuu" rengek Bara sambil menangkupkan kedua telapak tangannya pada pipi sang kekasih.

"Yuuduh, jungun burusuk yuuu"

"Apa apa? Nggak denger"

Bara sengaja menggoda gadis yang mulutnya mengerucut karena pipinya ia tekan dengan kedua telapak tangannya tersebut.

Wina menatap Bara tajam, membuat kekasihnya itu langsung melepaskan tangannya.

"Yaudah, jangan berisik yaaa"

"Iya sayaaaaaaaaaang"

Haekal dat Hening saling melirik lalu bergidik ngeri.

"Gimana? Merinding kan? Lama-lama juga terbiasa kok" ucap Haekal menoleh ke arah gadis kelas sebelah yang ikut menjenguk ayah Renja.

Gadis itu hanya tersenyum canggung menanggapi omongan Haekal. Ia juga tak habis pikir ada pasangan yang bucinnya minta ampun. Sebenarnya ia sering mendengar tentang mereka, Wina dan Bara yang disebut couple kelinci karena menggemaskan juga bucin over load namun baru pertama kalinya ia melihat sendiri kebucinan mereka.

"Udah sampai" ucap Liam sambil memakirkan mobil.

"Turun turun!"

Semua orang didalam mobil sudah turun, mereka langsung masuk kedalam Rumah Sakit setelah diijinkan oleh petugas di depan.

"Yang ini bukan, sih kamarnya?" Tanya Wina sambil menunjuk salah satu ruang inap sesuai dengan yang Renja beritahu.

"Iya, bener kok" ucap Bara yakin.

"Lha itu dia" Haekal menunjuk Renja yang berjalan mendekat.

Renja yang baru kembali dari kantin Rumah Sakit tersenyum melihat teman-temannya datang.

"Kita mau kasih ini, buat Ayah lo" ucap Haekal menyerahkan parcel keranjang buah sebagai pemberian seperti pada umumnya.

Renja menerima parcel itu.

"Gue titip salam ke orang tua lo, ya"

"Gue juga"

"Semoga Ayah lo cepet sehat"

"Aamiin"

Semuanya meng-amin ni doa Haekal.

"Makasih banyak buat kalian semua"

Mereka mengangguk, lalu menepuk pundak Renja sebelum pamit pergi keluar Rumah Sakit.

"Hati-hati" ucap Renja pada teman-temannya yang meninggalkan ruangan.

"Renja"

Renja menoleh ketika seorang gadis menoel lengannya dengan jari telunjuk.

"Lo?"

Pertanyaan singkat Renja membuat gadis itu sedikit kecewa.

Bisa-bisanya nggak lihat gue dari tadi, haaah.... untung sayang

"Iya, ini gue,inget kan?"

Renja hanya menatap gadis itu datar.

Sekarang gadis itu benar-benar percaya bahwa pria dihadapannya ini adalah es batu hidup.

Love Countdown Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang