"Duduk oy!" Teriak Haekal pada seluruh siswa kelas.Seorang ketua kelas memasuki ruang kelas dua belas IPA 2, ia memanggil satu persatu siswa kelas untuk mengambil nomor ujian.
"Ini udah semua kan? Yang nggak berangkat hari ini ada berapa orang?" Tanya Narendra, si ketua kelas.
"Nihil" jawab salah satu siswa.
"Sip beres-beres!" balas Naren sambil mengacungkan jempol.
Tahun ini Ujian Nasional ditiadakan, syarat kelulusan siswa kelas dua belas adalah nilai rapor, penugasan, tes daring maupun tatap muka, dan beberapa penilaian yang sekolah adakan. Besok lusa ujian sekolah akan dilaksanakan, para siswa kelas dua belas sudah mempersiapkan hal ini jauh-jauh hari, mereka semua sudah diberi tahu sejak dua minggu lalu.
"Lo dapet ruang lab mana?"
"Lab A 1.3"
"Yah.."
"Lo dapet lab mana?"
"Lab A 1.1"
Beberapa murid mulai berisik membahas ujian yang akan dilaksanakan besok lusa. Sedangkan Hening? Ia malah menatap nomor ujian itu ogah-ogahan, menghela nafas berat lalu memejamkan matanya.
"Lo dapet lab mana?" Tanya Liam pada Hening.
Hening tak menjawab, ia menyerahkan nomor ujian yang disana juga tercantum lab atau ruang mana yang akan ia tempati pada Liam.
"Kita bareng Ning! Gue juga di lab B 1.3" ucap Liam bersemangat.
"Gue juga disana" timbrung Renja yang tiba-tiba datang menunjukkan nomor ujian nya pada Hening.
"Ih iya! Kita satu ruang" ucap Hening tersenyum ceria.
Renja terkekeh, ia menatap Liam remeh sambil tersenyum sinis.
"Ekhm"
Tatapan sengit antara Renja dan Liam beralih pada Haekal yang sekarang sedang merangkul pundak mereka berdua.
"Gue butuh temen yang bisa cariin gue solusi" ucap Haekal pada dua orang pria di rangkulannya kanan dan kiri.
"Gue sibuk" tolak Liam mentah-mentah lalu pergi keluar kelas karena bel istirahat kedua sudah berbunyi.
"Masalahnya apa?" Tanya Renja.
"Kawan..." Ucap Haekal sambil menutup mulut dengan telapak tangannya seolah-olah sangat terharu.
"Monyet.. kaulah sahabat terbaik ku~"
"Nggak jadi ah!" Ucap Renja lalu menepis lengan Haekal dari pundaknya.
"Eh-eh! Kok marah? Lo nggak pernah lihat kartun pada zaman dahulu ya?"
Haekal berjalan mengikuti Renja yang keluar kelas.
"Ck, ck, ck..dasar" gumam Hening sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah Haekal yang tengil.
"Ning, beli somay yuk!"
"Ayuk!"
Hening berdiri dari duduknya, ia menerima ajakan Wina.
"Aku nggak diajak?" Tanya Bara ikut bergabung, ia menggandeng tangan Wina.
"Kamu kan udah otomatis ngekorin aku" balas Wina, ia tersenyum manis membuat Bara ikut tersenyum.
"Mulai" ucap Hening menyindir Wina dan Bara yang menunjukkan detik-detik kebucinan mereka kumat.
"Makanya cari pacar, Ning" ucap Wina.
"Tau tuh, nggak laku kali si Hening"
"Sembarangan lo!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Countdown
Novela Juvenil[END] "Gue hitung mundur, kalo lo nggak pergi, gue anggap lo terima dan nggak ada kesempatan untuk lo kabur" "Lima, empat, tiga, dua, satu" start : 22/7/22 finished : 4/9/22