RL 2

19 12 5
                                    

[RL 2 : Call to Adventure]

[RL 2 : Call to Adventure]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hai. Hai. Halo, selamat pagi, siang, sore dan malam untuk kalian teman - teman virtual ku dan para #RuBiLovers . Rubah Labil is back! 

Happy reading.

***

[Xabiru Bayu Dirgantara Atmaja]

"Halo, Ru. Kenapa? Kok tumben malam – malam gini kamu telepon," ucap Ghista, suaranya terdengar begitu lembut, gue yakin siapapun yang mendengarnya pasti akan langsung merasa tenang.

Hening.

"Ru, kenapa? Kamu mau cerita sesuatu? Cerita aja, aku pasti dengerin kok."

Hening.

Gue menjauhkan ponsel dari telinga sebelum akhirnya menghela nafas, sejujurnya ini bukanlah kali pertama buat gue tapi entah kenapa kali ini semuanya menjadi terasa sangat berat. Bahkan mungkin setelah ini gue akan kembali membenci diri gue sendiri. Sama halnya seperti hari – hari sebelumnya.

"Gue ... Gue mau kita putus."

Sebut gue pengecut, pecundang atau apalah itu karena telah memutuskan pacar melalui telepon. Karena untuk yang satu ini gue nggak yakin bisa mengatakannya jika harus berhadapan secara langsung.

"Kenapa tiba – tiba?"

Walau diucapkan dengan begitu tenang, tapi gue bisa merasakan kalau kalimat itu terdengar seperti menahan sebuah ungkapan rasa kecewa, dan dari suaranya gue juga yakin kalau saat ini Ghista—mantan kekasih gue itu sedang menahan isak tangis dan sesak di dadanya. Dan seharusnya jauh sebelum Ghista menerima ataupun menaruh rasa pada gue, dia sudah lebih dulu mengerti dan mempersiapkan diri bahwa beginilah resiko mencintai seorang Xabiru Bayu Dirgantara Atmaja.

Hening.

Gue kembali menjauhkan ponsel, mencoba mengatur perasaan dan menghirup nafas dalam – dalam untuk mengisi rongga dada gue yang tiba – tiba terasa begitu sesak.

"Gue udah bosen sama lo."

Gue bahkan berusaha agar suara yang keluar dari mulut gue terdengar sedingin mungkin. Dan, kalimat itu. Kalimat itulah kalimat utama yang sering gue gunakan untuk mengakhiri hubungan dengan para mantan gue yang lain, meskipun kalimat itu bukanlah alasan yang sebenarnya.

Belum sempat Ghista membalas, gue sudah lebih dulu mengakhiri sambungan teleponnya. Sorry.

Gue meletakkan ponsel di atas nakas, lantas bersandar pada kepala ranjang dan memukul kasurnya berkali – kali, sebelum akhirnya gue memejamkan mata, menekuk lutut lalu menjambak rambut gue frustasi. Harus gue akui, bersama Ghista, gue bisa merasakan nyaman. Dan sepanjang gue menjalin asmara dengan para mantan gue, Ghista yang paling lama jika dibanding dengan mantan – mantan gue yang sebelumnya yang hanya berkisar pada hitungan hari atau minggu.

RUBAH LABIL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang