RL 1

47 14 6
                                    

[RL 1 : The Ordinary World]

° ○ ○ ○ °

[Nabilla Aluna Putri]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Nabilla Aluna Putri]

"Ciee, ternyata si penyanyi kamar mandi bisa manggung juga?"

Melihat siapa yang menyambut gue lengkap dengan cibirannya, sesaat setelah turun dari panggung membuat gue spontan memekik senang dan langsung menghambur memeluknya. Siapa lagi kalau bukan sahabat kecil gue yang urat malunya udah putus.

"Gimana? Lega kan sekarang? Kebanyakan mikir sih lo."

Gue tau Xabiru sedang mencibir, tapi gue sengaja mengabaikan cibirannya itu, gue sedang tidak ingin berdebat sekarang.

"Asli lega banget gue, gimana?" tanya gue sesaat setelah mengurai pelukan singkat kami. "Suara gue bagus nggak? Jelek ya?"

"Iya, jelek." Tandasnya, ekspresi wajahnya terlihat begitu serius.

"Serius?"

Entah kenapa komentar Xabiru itu benar - benar membuat gue kembali berpikir soal penampilan di panggung barusan. Emangnya sejelek itu ya penampilan gue tadi?

Tiba - tiba Xabiru tertawa.

"Ih, nggak lucu tau!"

"Yaelah, kebiasaan deh lo. Yang tadi itu bagus kok, nggak usah serius gitu mikirnya, kalau nggak percaya tanya aja Kak Edsel."

"Iya, bagus kok bagus." Sahut Edsel yang ternyata sejak tadi berdiri di belakang gue. "Keren banget. Kalau nggak ngapain jurinya tadi berdiri buat kasih SO?" Xabiru mengangguk. "Bener tuh kata Xabiru, lo aja yang kebanyakan mikir."

"Oiya, btw lo kok bisa masuk ke backstage sih?" tanya gue, heran. "Padahal yang boleh masuk ke backstage itu kan cuma peserta sama panitia."

Gue bener - bener khawatir anak ini membuat ulah, entah memukul semua penjaga sampai pingsan atau apapun itu hanya demi bisa menemui gue di backstage. Bisa - bisa gue ikut kena masalah. Jangan salah, Xabiru kadang bisa segila dan senekat itu. Jadi, jangan pernah kalian berpikir kalau hal itu akan mustahil terjadi.

"Bisa dong, Xabiru gitu lho!"

Songong amat nih anak. Pandangan gue beralih pada Kak Edsel, gue menyipitkan mata dan menatapnya penuh dengan selidik. "Pasti gara - gara kakak, kan?"

"Udahlah, itu nggak penting." Ucapnya seraya menggiring gue untuk duduk. "Yang paling penting itu sekarang lo pasti laper kan?" tanya Xabiru seraya mengangkat dan memberikan paper bag warna merah berlogo McD ke tangan gue. Gue bahkan nggak sadar kalau sejak tadi tangan Xabiru menggenggam paper bag itu.

"Ya pasti laperlah, Ru orang dari sebelum manggung dia nggak makan apa - apa. Nggak nafsu makan katanya," sahut Kak Edsel yang langsung mendapat makian dari gue.

RUBAH LABIL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang