RL : Test, Allies and Enemies
° ○ ○ ○ °
° ○ ○ ○ °
Hai, semuaaa selamat pagi, siang, sore dan malam buat kalian dimana pun kalian berada. Hehe
Gimana hari kalian? Semoga sehat dan bahagia selalu menyertai kalian yaa, semoga kehadiran Rubah Labil yang udah masuk part 7 ini bisa menghibur kalian.
.
.
.
[Xabiru Bayu Dirgantara Atmaja]
Gue menyerah, setelah dua jam berguling – guling di atas kasur untuk mencari posisi wenak agar kedua mata gue segera terpejam. Kenyataannya, otak gue yang sedang berkelana ini sekongkol dengan kedua mata gue agar tetap terjaga.
Gue melirik jam dinding yang ada tepat di atas pintu kamar, jarum jam menunjukkan pukul satu lewat empat puluh lima menit. Come on, besok gue sekolah.
Ralat, beberapa jam lagi dan gue nggak mau dihukum gara – gara ketiduran di kelas.
Gue menghela nafas, lalu bangun untuk menyandarkan tubuh gue pada kepala ranjang. Entah kenapa tiba – tiba gue teringat pada kejadian terror yang menyerang gue akhir – akhir ini, mencoba menerka – nerka siapa dalang dibalik itu semua. Lima menit berpikir, hasilnya nihil. Gue nggak menemukan gambaran tentang siapa orang yang mungkin bisa gue curigai sebagai pelakunya.
Setelahnya, gue justru memikirkan apa motif orang itu sampai – sampai dia meneror gue seperti ini? Apa dia orang yang gue kenal? Apa dia memandang gue sejahat itu? Kenapa? Gue bahkan nggak pernah membunuh orang. Apa dia salah satu dari mantan gue yang sakit hati?
Memikirkan tentang mantan, gue jadi teringat pada kejadian yang akhirnya membuat title playboy melekat begitu saja pada gue. Rasanya setelah apa yang sudah mereka perbuat pada gue, mereka justru nggak berhak melakukan itu.
Gue mengubah posisi duduk, memeluk lutut dengan dagu yang menompang di atasnya.
Pertama, gue dan Helen—mantan gue waktu SMP—kami pacaran dua minggu. Lalu putus karena Helen hanya memanfaatkan posisi gue yang terlahir di keluarga yang berada ini. Dia hanya memanfaatkan dan menjadikan gue sebagai ATM berjalan pribadinya, agar dia bisa memenuhi hasratnya yang gila belanja karena ingin terlhat keren di depan teman – teman sosialitanya.
Lalu, Sarah. Dia juga mantan gue waktu SMP, kami pacaran selama dua bulan lebih dua hari, lalu gue memutuskan Sarah karena tau dia selingkuh dengan sahabat gue.
Berikutnya Indira, sejujurnya kami nggak pernah benar – benar pacaran, kami bahkan nggak saling kenal saat SMP dulu. Sampai karena satu kejadian, kami bertemu dan gue mengijinkan dia untuk mengaku sebagai pacar gue, agar dia aman dari gangguan beberapa siswa yang nakal di sekolah kami. Gue bahkan mengakhiri itu setelah hari kelulusan kami secara baik – baik, dan setelahnya gue nggak mendengar lagi kabar tentang Indira. Terakhir yang gue dengar dia di terima di salah satu SMA negeri di luar kota dan keluarganya pindah ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBAH LABIL [Revisi]
Teen FictionSejak kecil Nabilla jatuh cinta pada musik, dia juga bermimpi jika suatu hari nanti dia akan menjadi seorang penyanyi, alam seolah mendukung Nabilla untuk mewujudkan mimpinya dan mengirim Angga, kakak kelas sekaligus orang yang selama ini ia cintai...