Part 20

4 0 0
                                    

[Part 20 | Cerita Yunda]

°○○○°

[Nabilla Aluna Putri]

Gue menghela nafas lega, sesaat setelah duduk di jok mobil dan memasang sabuk pengaman. Gue menyandarkan punggung, kak Nino langsung melajukan mobil menuju rumah. Sudah beberapa hari ini gue diantar jemput oleh kak Nino, tepatnya setelah eyang Satri meninggal dan Xabiru absen selama tiga hari.

"Capek banget kayaknya, emang sekarang lo sibuk apaan, Dek?" tanya kak Nino seraya mengambil dan mengulurkan sebotol air mineral dari dashboard mobil.

"Kita lagi persiapan buat Festival Band Indie,"

"Widih, lo bakal tampi di sana? Nanti gue dateng ya," serunya sesekali menoleh untuk menunjukkan ekspresi wajah antusiasnya. Gue hanya mengangguk, rasanya udah nggak punya tenaga lagi buat membalas seruannya.

"Btw, lo nggak kurang jauh apa sewa studio sampai ke Prapen sini?" cibirnya seraya fokus memutar kemudi untuk berbelok.

"Ya, gimana habis kata senior gue di situ lebih murah di banding yang lain."

Kak Nino hanya ber-ohh ria.

"Lo udah makan belum? Mau take away makanan nggak? McD mungkin?"

Gue menggeleng. "Gue udah makan kok, Kak." balas gue yang hanya ditanggapi kak Nino dengan kata 'oke deh'. "Kak, lo keberatan nggak kalau gue tidur?"

Kak Nino mengangguk. "Tidur aja, nanti kalau sampai rumah gue bangunin."

Gue mengangguk, lalu berterima kasih padanya. Sebelum akhirnya sedikit menurunkan sandaran, dan mulai memejamkan mata.

***

Langkah gue dan kak Nino melambat saat mendapati lampu ruang tengah masih menyala, dan melihat Papa duduk di sofa. Dengan perasaan was – was, kami menatap Papa yang juga menatap kami.

"Dari mana kalian?"

Mendengar pertanyaan Papa membuat gue dan kak Nino mati kutu.

"Tadi Nino jemput Nabilla dia habis kerja kelompok di rumah temennya, terus mampir makan dulu." Jelas kak Nino yang terang – terangan berbohong untuk membela gue.

Papa mengerutkan dahinya, tapi untungnya Papa percaya lalu meminta kami untuk istirahat. Begitu sampai di lantai 2, gue berterima kasih pada kak Nino, sebelum akhirnya masuk ke kamar masing – masing.

Gue duduk di kursi belajar lalu menghela nafas, lega rasanya. Hampir aja ketahuan sama Papa.

***

[Xabiru Bayu Dirgantara Atmaja]

"Hai, Ru lo lagi apa?"

Gue hanya menjelaskan seadanya, bahwa gue sedang membaca naskah yang dikirim oleh adik kelas yang baru bergabung dengan ekskul film sebagai tugas dari pembekalan awal mereka sebelum nanti diadakan diklat.

"Kenapa?"

"Lo mau nggak nemenin gue jalan? Gue ... ." Ada jeda beberapa menit sebelum akhirnya Yunda kembali bicara setelah gue panggil, mungkin dia melamun. "Gue ... pengen cerita sesuatu sama lo."

"Besok ... kayaknya gue free sih, mau ketemuan dimana?"

"Lo ... keberatan nggak kalau besok jemput gue di sekolah?" tanya Yunda, ragu.

"It's oke, besok habis kelas gue jemput ya."

"Nabilla gimana?"

"Besok dia ada latihan, jadi nggak masalah."

RUBAH LABIL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang