RL 8

11 9 6
                                    

[RL : Test, Allies and Enemies]

° ○ ○ ○ °

° ○ ○ ○ °

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Holaa, selamat pagi, siang, sore dan malam buat kalian semua dimana pun kalian berada. Semoga sehat dan bahagia selalu menyertai kalian yaa.

Kebetulan waktu part 7 sama 8 ini di posting, tokoh Nabilla yang asli lagi ulang tahun, jadi special banget 2 part ini.

Gimana part 7 nya? Pada bavver nghak sama duo Rubah Labil? Udah siap belum baca part 8?


.




.




.

[Xabiru Bayu Dirgantara Atmaja]

"Mil, percaya sama gue."

"Udah deh, Ru nggak usah membela diri. Gue tau kok, selama ini diam – diam lo selingkuh kan sama Pingkan?"

"Enggak, Mil suer."

Gue mengangkat dua jari membentuk huruf V.

"Ah, udahlah gue nggak percaya lagi sama lo."

Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri gue, benar – benar mendarat sampai kepala gue menoleh ke sisi kanan.

"Lo kok nampar gue beneran sih!?" protes gue, lirih sambil mengusap pipi kiri yang sekarang terasa panas. Kacau nih si Mila kayaknya dia baper beneran, apa jangan – jangan dia baru aja diselingkuhi sama pacarnya? Tapi kan bukan gue juga yang harus jadi korban.

"Lo itu jahat tau nggak! Jahat! Jahat! Jahat!"

Mila melampiaskan emosinya dengan memukuli gue beberapa kali, masih berusaha mengikuti skenario yang Hani tulis, meski sebenarnya adegan ini sudah jauh dari scenario. Gue berusaha menahan tangan Mila tapi gagal. Terakhir, dia memukul gue dengan tasnya, sebelum akhirnya pergi.

"Oke, Cut!" teriak Wisnu yang kenapa nggak dari tadi aja, sebelum badan gue sakit karena pukulan dan tamparan Mila yang tulus dari hati. Lebih menyebalkan lagi teman – teman gue yang lain bertepuk tangan untuk ... memang sih akting Mila barusan bagus banget, tapi kan ... ah, udahlah resiko jadi artis.

"Seneng kan lo pada, lihat gue digampar barusan," mereka semua tertawa sambil memuji adegan epic yang sangat natural dan penuh penghayatan barusan, lalu berusaha membujuk gue agar tidak kesal. "Kampret! Lo juga, kenapa nggak lo cut dari tadi sih,"

"Kenapa gitu? Adegan barusan natural banget, jadi sayang aja gitu." Ucap Wisnu seraya melihat monitor untuk melihat hasilnya.

"Sorry ya, Ru habis lo emang pantas buat digampar." Sahut Mila yang berdiri di dekat gue dan Wisnu. Mereka berdua salah satu teman SMP gue yang kebetulan juga diterimah di SMA Nusa Bangsa.

RUBAH LABIL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang