2°Azura Afsheen Myesha°

186 64 175
                                    

Note:- Follow sebelum baca- Jangan lupa koment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note:
- Follow sebelum baca
- Jangan lupa koment

- Vote setelah baca

∆∆∆∆∆

"Mau semangatin diri sendiri dengan kata-kata, 'CINTA KAN TAK MEMANDANG RUPA', tapi kan kita nggak saling cinta."

☾︎☆☆☽︎

"Hm..., gue terima nggak ya? Tapi, kalau diterima terus dapet restoran seblak, tetep percuma nggak sih kalau kita nggak saling cinta?" monolog Azura, saat kini dirinya sedang berbaring santai di atas ranjangnya sembari menatap kartu nama milik Rayyan.

"Dia ganteng sih, tapi nanti kalau gue beneran dinikahin, yang ada gue insecure mulu sama suami gue," lanjutnya sembari mendengus pelan, sadar diri bahwa dirinya hanyalah sebatas rempahan peyek jika disandingkan dengan Rayyan.

"Mau semangatin diri sendiri dengan kata-kata, 'Cinta kan tak memandang rupa,' tapi kita kan nggak saling cinta," gerutunya lagi, "AAAA!!! AING BINGUNG MAK!!!" teriak gadis itu, lantas melempar kartu nama Rayyan kemudian menarik selimut dan menutupi seluruh badannya.

Tak berselang lama, Azura kembali membuka selimutnya hingga memperlihatkan setengah badannya. "BANGKE! GUE NGGAK BISA TIDUR!"

Dengan kesal, Azura menyingkap selimutnya kemudian turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah lemari pakaian, mengambil jaket dan langsung memakainya. Kini Azura berniat untuk berjalan-jalan di sekitaran komplek tempat tinggalnya, mencari angin hingga merasa ngantuk dan pulang.

Azura Afsheen Myesha, gadis berusia 25 tahun itu tinggal sendiri selama di Bandung. Sudah 4 tahun, Azura memilih untuk ngekost dibanding harus mencari rumah kontrakan seperti saran orang tuanya dulu. 4 tahun, jauh dari orang tua membuat Azura sedikit mengerti makna dari hidup. Sedikit ya. Azura, tak bisa sebebas dulu saat dirinya masih tinggal di kampung. Kini, ia harus bisa berjuang sendiri untuk mencari sesuap nasi dan memberikan nafkah untuk orang tuanya.

"Kek Oim! Siomay seporsi ya!" seru Azura, sembari mengambil kursi untuk ia duduki. Saat asik berjalan-jalan tadi, matanya tiba-tiba salfok dengan sebuah gerobak siomay langganannya di kala gundah malam hari seperti ini.

Gadis itu duduk menunggu pesanansembari mengedarkan pandangan, melihat-lihat suasana malam hari di taman dekat kost-annya.

"Mentang-mentang malming, pada keliaran bae dah tu bocil-bocil," gumam Azura kala melihat beberapa remaja yang asik berpacaran di pinggir taman.

"Bisa-bisanye ye, gue kalah sama tu bocil-bocil. Hufftt..., kapan ya gue bisa punya pacar?" lanjutnya sembari menghela napas panjang, mengasihani nasib.

"Ini neng, siomay-nya." Azura lantas menoleh kala mendengar suara kakek Oim penjual siomay tadi, yang kini sudah berdiri di hadapannya.

"E-eh, iya Kek. Makasi," ucap Azura sembari mengambil semangkuk siomay dari tangan si kakek.

ZURAYYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang