19°Mulai Perhatian°

87 32 56
                                    

Note :~ Follow sebelum baca~ Jangan lupa Koment~ Vote setelah Baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note :
~ Follow sebelum baca
~ Jangan lupa Koment
~ Vote setelah Baca

∆∆∆∆∆

"Mau sekarang, lo lagi tidur, gue nggak peduli! Lo kudu makan! Nanti kalau lo sakit, bukannya lo doang yang di marah, gue juga kena semprot sama bokap lo, biyawak!

☾︎ ☆☆☆ ☽︎

"

Kenapa tidak menurut? Kamu sengaja menantang saya, Ya?" lirih Azura, membaca pesan yang masuk ke nomornya.

Gadis itu menghembuskan napas berat, ia lalu menaruh kembali ponselnya di atas nakas, samping tempat tidurnya, dengan sedikit kasar.

"Ini yang neror gue, setan ape begimane, ya? Ini masih jam dua subuh loh, besok pagi kek. Ganggu orang tidur aja," gerutunya dengan mengusap wajahnya kasar, menyadari rasa kantuknya yang sudah menghilang, akibat gangguan itu.

Azura benar, sekarang masih jam dua dini hari. Ia yang tadinya sedang tertidur pulas, dengan sangat terpaksa membangunkan diri akibat ponselnya yang terus berdering, pertanda seseorang sedang menelponnya.

Setelah bangun, dengan raut wajah yang terlihat sangat kesal, Azura mengambil ponselnya yang sudah nangkring di atas nakas, dan saat ia menerima panggilan itu, seseorang di seberang sana yang menyadari panggilannya diterima, langsung mematikan panggilan sepihak.

Hal itu, lantas membuat Azura mengernyit bingung. Ketika ia ingin menelpon nomor asing itu kembali, sebuah pesan langsung masuk ke nomornya.

Pesan ancaman yang sudah kesekian kalinya ia terima tiga hari belakangan ini.

Merasa dirinya tak bisa melanjutkan tidur, pikirannya tiba-tiba tertuju pada Rayyan.

Setelah rapat tiga hari yang lalu, dan Azura yang menyatakan permintaan keduanya, Rayyan tak pernah menyapanya lagi, laki-laki menjadi laki-laki yang super sibuk.

Setiap dirinya ingin membangunkan Rayyan tidur atau sekedar ingin menyiapkan pakaian laki-laki itu di pagi hari, Rayyan ternyata sudah berangkat ke kantor terlebih dahulu.

Hal itu, membuat Azura merasa tak enak jika ingin melaporkan masalah teror ini pada Rayyan. Jangankan melaporkan masalahnya, menyapa Rayyan saja, rasanya ia sungkan. Laki-laki selalu memasang wajah lelah, sepulang dari kantor dan tak pernah menunggu dirinya, untuk pulang bersama.

Ya, meskipun ditinggal pergi ke Kantor, Azura tetap pergi menyusul Rayyan untuk membawakan sarapan laki-laki itu. Selama di Kantor, Azura juga tak pernah bersama Rayyan lagi, ia lebih memilih ke ruangan Eza dan membantu laki-laki itu melacak keberadaan si pencuri uang.

"Kira-kira, si buaya kaku itu lagi apa ya, sekarang? Apa dia udah makan malam?" monolog Azura, yang mulai merasa khawatir pada Rayyan yang akhir-akhir ini, tak pernah muncul di meja makan.

ZURAYYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang