13°Debat Anti Mainstream°

113 32 194
                                    

Note :~Follow sebelum baca~Jangan lupa koment~Vote setela baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note :
~Follow sebelum baca
~Jangan lupa koment
~Vote setela baca

∆∆∆∆∆

"Maka dari itu, karena mulut kamu nggak ada gunanya, lebih baik sekarang minta sama dokter buat dijahit. Dari pada mubazir."

☾︎☆☆☆☽︎

"Udah gue suruh lo buat ngeganti pesenan, kenapa ngeyel banget sih?!" gerutu Azura, dengan terus memandang Rayyan yang kini tengah tertidur nyaman di atas ranjang rumah sakit.

Laki-laki itu belum juga sadar dari pingsannya, ia baru saja dipindahkan dari UGD ke ruang rawat VVIP. Kata dokter, asam lambung Rayyan kumat saat dirinya memaksa untuk makan makanan pedas tadi. Jika saja dirinya tahu Rayyan memiliki riwayat penyakit lambung sepert ini, Azura juga tak mungkin membiarkan laki-laki itu memakan seblak tadi. Bukan khawtir, ia hanya tak ingin merasakan rasa bersalah seperti ini.

Azura tadi juga sudah mengabarkan Papa dan Kakak Rayyan soal kondisi laki-laki itu, namun mereka tak bisa datang saat ini karena ada urusan kantor yang tak bisa ditinggalkan dan mereka menyerahkan urusan Rayyan padanya.

Azura menghembuskan napas kasar kala bosan melanda dirinya. Jika dihitung, sudah satu jam Azura menggerutu sendiri dan mengomeli laki-laki yang berbaring di hadapannya itu.

Tak ada yang bisa Azura lakukan selain duduk di samping ranjang Rayyan dengan merebahkan kepalanya di lipatan tangan. Ponselnya lowbat dan ia lupa membawa charger. Memang sih, ruangan ini menyediakan televisi, tetapi Azura bukanlah tipe orang yang doyan menonton televisi, ia lebih suka menonton TikTok dan membaca Wattpad dibanding menonton berita dan tayangan sinetron televisi yang menurutnya sangat tidak menarik.

"Gue boleh nanya nggak sih sama lo? Ya, walaupun lo masih dalam mode turu, nggak papa deh, yang penting gue ngomong," ucap Azura tiba-tiba.

"Gue masih heran, sebenernya apasih alasan lo ngejadiin gue pacar pura-pura begini?" Azura mulai mengeluarkan pertanyaan yang tengah bersarang di otaknya.

"Lo itu kaya, CEO muda terkenal, pinter, terus kalau ganteng ... lumayanlah. Gue yakin, nggak ada satupun cewe yang nggak tersepona sama apa yang lo punya sekarang, begitupun juga gue. Gue bener-bener tersepona sama uang lo, tahu!" lanjutnya dengan tekekeh pelan.

Azura menegakkan badannya, gadis itu kembali memandang wajah Rayyan yang sangat damai dalam tidurnya. "Lo kapan bangunnya sih? Gue udah bosen banget ini, lo nggak mau gitu bangun terus ajakin gue berantem lagi?" Azura kini menopang dagunya dengan kedua tangan, dia benar-benar sudah bosan sekarang.

"Dah ah, gue mau kel---."

"Jangan keluar, temani saya di sini."

Azura yang tadi berniat keluar guna membuang segala rasa bosannya, seketika terdiam kala sebuah tangan hangat menahan pergelangan tangannya. Gadis itu sontak berbalik dan mengernyit kala melihat Rayyan yang kini sudah membuka mata, menatapnya dengan tatapan datar seperti biasa.

ZURAYYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang