17°Rayyan nangis?°

100 35 73
                                    

Note : - Follow sebelum baca- Jangan lupa koment- Vote setelah baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note :
- Follow sebelum baca
- Jangan lupa koment
- Vote setelah baca

∆∆∆∆∆

"Tumpahin semuanya Ray, anggep aja kita ini akrab dan nggak pernah berkelahi. Cerita ke gue,"

☾︎☆☆☆☽︎

"

Kamu kenapa diam saja, Azura?" tanya Rayyan, yang sangat khawatir dengan keadaan gadis di hadapannya ini.

Sejak kena lemparan batu hingga dahinya yang sobek selesai dijahit dan dibawa pulang dari Rumah Sakit, Azura terus menutup mulutnya. Entah apa yang terjadi, Rayyan masih terus bertanya, namun tak pernah dijawab olehnya.

Di dalam dirinya, kini Azura bingung harus berbuat apa. Ia ingin sekali memberitahukan ancaman itu pada Rayyan, tapi ia takut ancaman ini akan semakin parah nantinya.
Seperti tadi, tepat saat dirinya ingin memberitahu Rayyan, tiba-tiba pemotor itu datang dan melempar batu padanya.

Rayyan menghela napas, laki-laki itu lantas mencubit lengan Azura, membuat Azura terkesiap dan menoleh, menatapnya tajam.

"Kenapa? Mau marah? Marah saja, saya lebih senang melihat kamu, marah-marah tidak jelas, dibanding harus diam seperti tadi. Ayo, marah!" tantang Rayyan, yang kini juga menatap Azura.

Azura memutar bola matanya malas, kenapa kali ini Rayyan terlihat seperti kekanak-kanakan? Dasar Biyawak!

"Malah diem, kamu kesambet ya? Atau keracunan kuah seblak?" cerocos Rayyan, tak menyerah untuk membuat Azura membuka suaranya.

"Rayyan...," panggil Azura pelan, dengan menatap lekat laki-laki itu.

"Iya? Kenapa?"

Lagi, Azura menghela napas panjang. "Gue bingung harus ngomongnya gimana. Tapi, intinya gu---."

"Sebentar!" potong Rayyan, saat ponselnya tiba-tiba berdering.

Azura berdecak, tadi katanya ia ingin mendengar cerita Azura mengenai hari ini. Sekarang, Azura malah dikacangi dan laki-laki itu malah memilih menerima panggilan dari ponselnya. Ingatkan pada Azura, mulai sekarang, jangan pernah mempercayai perkataan dari Buaya kaku itu.

"Eza nelpon, saya angkat dulu," pamit Rayyan, yang memberitahukan pada Azura kalau Eza-sekretarisnya, menelponnya.

Azura mengerutkan dahinya bingung. Untuk apa Eza menelpon pada saat hari libur seperti ini? Apakah ada urusan kantor yang sangat mendesak? Apa itu?

Di sisi lain, Rayyan juga sama bingungnya dengan Azura. Tak biasanya, Eza menelponnya pada hari libur seperti ini, pasti ada sesuatu terjadi.

"Halo? Ada apa Za?"

ZURAYYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang