Setelah permainan selesai, kami semua saat ini terbaring lemas dalam posisi telanjang bulat. Kami juga tak berbicara sepatah katapun, semua terdiam dan suasana pun menjadi sangat hening, sampai akhirnya Ajeng membuka pembicaraan.
"Jujur baru pertama kali gue main rame-rame gini, sama sahabat-sahabat gue lagi"
Tak ada yang membalas ucapan Ajeng, sampai akhirnya, ia berbicara lagi..
"Dari sini, kita jadi tau beberapa hal ya. Dari mulai ukuran tititnya Angga, Rachel yang ternyata udah ga perawan dan terakhir Rahmi yang ternyata ga sepolos yang kita kira"
Sejujurnya, aku merasa malu, bukan karena perbuatan ku, tapi karena mereka semua menilai ku polos, padahal aku tak sepolos itu.
"Maaf ya, gue udah ngebohongin kalian" ucap ku.
Ajeng tersenyum ke arah ku dan mengatakan "Iya Rahmi gapapa, jujur gue seneng ternyata lo ga sepolos itu, jadi kalo kita lagi ngomongin seks gaperlu merasa canggung lagi"
Ajeng memang memiliki sifat yang paling dewasa di antara kami. Ia berperan bagaikan seorang kaka perempuan pertama yang selalu menjaga adik adiknya. Ia juga sangat tegas dan keras kepala.
Sedangkan Angga, ia bagaikan seorang kakak laki-laki. Ia selalu menjaga kami, terkadang ia juga sering mengganggu kami, ia usil dan ketika kami memiliki pacar, maka kami harus mengenalkan pacar kami kepada Angga.
Selanjutnya Rachel, sifatnya seperti anak tengah yang memiliki kakak dan juga adik. Ia agak sedikit cuek dan keras kepala, ia juga egois dan tak mau di atur. Tapi meskipun begitu, ia tetap menyayangi kami bagaikan saudaranya sendiri.
Terakhir ada Ambar dan juga aku. Mereka semua menganggap kami adalah "anak bontot", karena sifat kami yang manja, lugu, dan ambekan. Ditambah Ambar yang berfikirnya sedikit lemot dan mulut yang ceplas ceplos.
"Berarti sekarang cuma gue ya yang masih perawan-_-" ucap Ambar.
"Tadi lu mau gua sodok gamau mbar, kan lu jadi ga perawan lagi wkwk" celetuk Angga
"Yeeeh pala lo, enak aja lo-_-"
"Hahaha kan biar lu sama kaya yang lain yang udah ga perawan" ucap Angga.
"Engga, ntar aja biar cowo gue yang merawanin"
Aku hanya diam saja mendengar pembicaraan Angga dan juga Ambar, sampai tiba-tiba...
"Ngomong-ngmong mi, lo punya pacar ?" tanya Rachel.
Mendengar pertanyaan Rachel, semua pun terdiam.
"Mmm engga" jawab ku.
"Loh terus yang merawanin lo siapa?" tanya Ambar.
Aku diam tak menjawab pertanyaan dari Ambar, sampai tiba-tiba Ajeng datang mendekat, meminta ku untuk bangun dan memeluk ku.
"Gausah dijawab kalo emang gamau dijawab ya mi, gue tau lo lagi dalam ke adaan yang gak baik. Kalo lo mau nangis, nangis aja, kalo lo mau cerita, cerita aja, gue bakal dengerin semuanya" ucap Ajeng.
Ucapan Ajeng sontak membuat air mata ku berlinang hingga akhirnya menetes. Seluruh beban dan rasa sakit yang ku rasakan seolah keluar bersama dengan air mata ku.
"Mi maaf kalo pertanyaan gue salah, gue gak maksud" ucap Ambar.
"Yee makanya kalo nanya di pikir pikir dulu Ambarawa" ucap Angga sambil menyolek payudara Ambar.
"Yeeehh apaan si lo, gausah pegang pegang!" ucap Ambar dengan nada ngambek.
"Yeeh ngambek lo dasar ambekan" ledek Angga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Rahmi : From The Gairah Story
Teen Fiction"Ahhh Mass aahhhhhh sayaannggg aahhhh sshhh Mas sayangggg mmpphhhhh" "Hehe apa Rahmi sayang, manggilin terus sihh" "Shh ohhhhhhh mppphh biariin shh ahh pokoknyahhh akuhhh sshh sayangg Masshh" Setelah ucapan yang keluar dari mulutku, Mas Rio langsun...