Sabtu, 1 Maret 2015 (7 Tahun yang lalu), pada sore hari yang cerah, dihalaman rumah Rahmi...
"Rahmi, liat ayah nggak ?" tanya Ibu berteriak.
"Engga bu" jawab ku.
"Duh si ayah ini kemana ya, tumben banget mau pergi gak bilang-bilang" gumam Ibu.
Saat itu, aku tak terlalu memperdulikan ibu dan kemana ayah ku pergi. Aku hanya sibuk bermain bete dengan teman-teman sebaya ku.
"Ayo Rahmi sekarang giliran kamu" ucap Rizka, salah satu teman kecil ku.
Aku pun langsung melempar batu untuk menentukan di kotak nomor berapa aku harus menghindar dan tak boleh berpijak.
"Hap" suara ku saat melempar batu yang ternyata jatuh di nomor 5.
Perlahan, aku melompati kotak yang dimulai dari nomor 1,2,3 dan berhenti di nomor 4 karena keseimbanganku mulai goyah. Aku berusaha untuk menyeimbangkan kembali tubuh ku, namun ternyata gagal.
"Woo payah Rahmi" teriak teman-teman ku.
"Ganti aja yuk permainannya" ucap salah satu teman ku yang bernama Rini.
"Yaudah mau main apa ?" tanya Rizal.
"Petak umpet aja yuk" ajak ku.
"Hayuk boleh" jawab semua teman ku.
Kami pun mengundi siapa yang akan berjaga dengan cara hompimpa.
"Hompimpa alaium gambreng"
Syukurlah, aku keluar pertama, jadi kemungkinan ku untuk jaga tidak ada.
Hompimpa dilanjutkan sampai akhirnya Rizal lah yang bertugas untuk mencari kami yang akan bersembunyi.
Permainan pun dimulai, aku, Rini dan juga Rizka langsung mencari tempat persembunyian kami. Setelah mencari, akhirnya aku memutuskan untuk bersembunyi di sebuah kamar kost yang masih kosong dan bersembunyi di dalam lemari, aku yakin Rizal akan kesulitan untuk mencari ku.
Tak lama ku bersembunyi, tiba-tiba aku merasakan langkah kaki masuk ke dalam kamar kost. Awalnya, ku kira itu adalah Rizal, namun saat ku intip dari lubang kunci yang memang rusak, ternyata ada dua orang yaitu sorang laki-laki dan perempuan.
Aku tak tau mereka siapa, seingatku kamar kost ini masih kosong dan belum ada penghuninya. Aku mulai merasa deg-degan, aku mulai berfikir bahwa orang ini adalah orang jahat apalagi ketika pintu kamar kost di tutup dan dikunci. Rasanya aku ingin menangis, tapi aku takut.
Saat ku mengintip lagi, aku melihat wanita tersebut berjongkok di hadapan laki laki itu. Awalnya ku bingung, apa yang ingin dilakukan oleh wanita tersebut. Perlahan, ia membuka kancing celana laki-laki itu dan mengeluarkan kelamin laki-laki tersebut.
Melihat itu, aku sangat terkejut, apa yang ingin dilakukan wanita itu ? dan ku lihat, kelamin laki laki itu juga sangat besar dan panjang, berbeda dengan milik adik sepupu ku yang masih bayi.
Karena ku penasaran, aku pun mengintip mereka lagi dan alangkah terkejutnya aku, wanita itu menghisap kelamin laki-laki tersebut. Saat itu, aku benar-benar merasa jijik dan ingin muntah. Bagaimana bisa, lubang kencing itu di hisap seperi layaknya es krim. Meskipun merasa jijik, tapi entah kenapa aku justru terus melihatnya.
Wanita itu menghisap kelamin laki-laki itu dengan penuh semangat, hingga aku bertanya tanya memang kelamin itu punya rasa ? manis ? asin ? madu ? atau vanila ? pikir ku saat itu.
Ku lihat, laki-laki tersebut membuka pakaiannya yang membuat ia telanjang bulat. Aku tak bisa melihat siapa laki-laki itu, karena keterbatasan luas lubang kunci untuk ku mengintip.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Rahmi : From The Gairah Story
Teen Fiction"Ahhh Mass aahhhhhh sayaannggg aahhhh sshhh Mas sayangggg mmpphhhhh" "Hehe apa Rahmi sayang, manggilin terus sihh" "Shh ohhhhhhh mppphh biariin shh ahh pokoknyahhh akuhhh sshh sayangg Masshh" Setelah ucapan yang keluar dari mulutku, Mas Rio langsun...