"Bu, aku ikut ayah ya kerumah Tante Ningrum" pamit ku ke Ibu.
"Iyaa kamu hati-hati, jangan pulang malem-malem" ucap Ibu.
"Iyaa bu"
"Ning, Mas pamit ya" pamit ayah ke Ibu.
"Iya mas hati-hati"
"Yaudah kita jalan yaa, dadah ibu"
Pamit ku seperti mau pergi jauh saja, padahal jaraknya hanya 2 gang hehe.
Tak selang begitu lama, kamipun sampai di rumah kedua Ayah dan langsung disambut oleh keluarga Tante Ningrum yang kebetulan sedang merumpi di teras rumah.
"Eh yaampun anak perawan udah gede banget, gapernah banget kesini sih jadi pangling" ucap bibi Utih, adik dari Ibunya Tante Ningrum.
"Hehe iya bii sibuk sekolah aku" ucap ku mengeles.
Tak lama setelah itu, Tante Ningrum keluar dari rumahnya.
"Mas, kok sebentar banget dirumah Mbak Nining ?" tanya Tante Ningrum sambil salim dengan ayah.
"Iya mas kangen sama Arfi" ucap ayah.
"Arfi lagi di bawa Ezra jalan-jalan Mas" ucap Tante Ningrum.
"Ohh yaudah. Yuk mi masuk" ajak ayah.
Entah kenapa, Tante Ningrum tak menegur ku. Ia hanya memandangiku dari atas sampai bawah lalu mengabaikan ku. Aku tak terlalu ambil hati, mungkin ia sedang kesal atau tidak mood.
Setelah itu, aku pun masuk ke dalam rumah kedua ayah. Disini, aku juga memiliki kamar yang ku kunci karena memang rumah ini Ayah yang membelinya dan memberikan ku satu kamar khusus, jadi aku langsung masuk ke kamar ku.
Kamar yang sudah setahun lebih ku tinggalkan ini cukup berdebu, jadi aku pun membersihkannya terlebih dahulu.
"Ih debu dari mana sih ini" ucap Tante Ningrum dari ruang depan.
Karena merasa tak enak, aku pun keluar dan menjelaskan pada Tante Ningrum.
"Maaf te, aku lagi bersihin kamar, berdebu banget" ucap ku.
Tante Ningrum langsung menatap tajam ke arah ku dan berkata "Makanya gausah pake di kunci, kan biar bisa dibersihin dan ga akan berdebu kaya gitu" ucapnya dengan jutek.
Dulu, aku tak pernah mengunci kamar ini, tapi justru digunakan oleh keponakan-keponakan tante Ningrum dan beberapa barang ku hilang. Karena itulah, mulai saat itu aku menguncinya.
Aku tak menanggapi ucapannya dan kembali ke kamar, membersihkannya perlahan agar debu tak kembali keluar. Sayangnya, kamar ku tak memiliki jendela, bahkan meskipun ada kamar mandi, tapi kamar mandinya pun tak memiliki ventilasi.
Tak berselang lama, aku mendengar ada suara motor berhenti di depan rumah.
"Mama" ucap seorang anak kecil.
Sepertinya, itu Arfi. Akupun bergegas keluar untuk menemuinya.
"Hay Arfi, inget kaka nggak ?" tanya ku.
Saat ini, Arfi berumur 5 tahun dan ia juga sedikit penakut terhadap orang asing.
"Gimana mau inget, kakaknya gak pernah kesini ya dek" celetuk Tante Ningrum.
Setelah itu, ayah keluar dari ruang dalam dan langsung memeluk anak laki-lakinya tersebut karena sudah 1 tahun tak bertemu.
"Uluh anak ayahh, kangen gak sama ayah ?" tanya ayah.
"Kangen" jawab Arfi.
Saat sedang berbincang, seorang laki-laki muda masuk dan langsung salim dengan Ayah. Ternyata, ia adalah Ezra, adik bontot Tante Ningrum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Rahmi : From The Gairah Story
Ficțiune adolescenți"Ahhh Mass aahhhhhh sayaannggg aahhhh sshhh Mas sayangggg mmpphhhhh" "Hehe apa Rahmi sayang, manggilin terus sihh" "Shh ohhhhhhh mppphh biariin shh ahh pokoknyahhh akuhhh sshh sayangg Masshh" Setelah ucapan yang keluar dari mulutku, Mas Rio langsun...