02 : Calon istrinya

13.8K 334 2
                                    

"Bapak duluan deh, nanti saya nyusul ke parkiran dosen" ujar Anin, tanpa basa-basi Abra menuruti keinginan calon istrinya itu.

Anin memang keluar dari ruangannya terlebih dahulu, namun Abra menuju parkiran sebelum Anin. Karena setelah dari ruangan Abra, Anin menuju ruangan himpunan sebentar lalu menuju parkiran Dosen. Abra menanti calon istrinya itu cukup lama di parkiran, hingga tiga puluh menit kemudian ia melihat salah satu mahasiswi yang berjalan dengan mengendap-endap karena takut ada yang melihat.

"Kamu kalo kaya gitu makin bikin orang curiga tau" ujar Abra saat Anin sudah duduk di sebelahnya. 

"Emang iya pak?" tanya Anin. 

Abra mengangguk dan melajukan mobilnya menuju Butik langganan mamanya. Abra tertawa sekilas melihat Anin yang menunduk-nunduk karena takut ketahuan oleh warga kampus kalau dia sedang bersama Abra.

drrtt 

Ponsel milik Abra bergetar dan menampilkan panggilan video dari mamanya. Anin berinisiatif untuk segera mengangkat panggilan itu karena Abra sedang menyetir mobil. 

"Tolong angkatin, Nin" ujar Abraham yang sedang fokus menyetir. 

"Maaf ya pak" ujar Anin sebelum mengklik tombol hijau disana. Abra hanya menanggapi dengan senyuman. 

Layar ponsel Abra di penuhi oleh wajah kedua Mama Heboh, "Hai, Anin" sapa Fatma sumringah, Abra dapat melihat pancaran kebahagiaan dari wajah mamanya, 

"hallo Tante" jawab Anin tak kalah sumringah. 

"Abra mana Nin? Kalian mau kemana?" tanya Fatma, 

"Pak Abra lagi nyetir tante" jawab Anin seraya mengarahkan ponsel itu ke arah pemiliknya, 

"Abra hadir ma" ujar Abra lembut. 

"Kalian mau kemana?" tanya Karin yang baru saja bergabung dengan Fatma, 

"Tante, Abra izin ajak anak bungsunya nonton ya, tapi sebelum nonton kita mau mampir dulu ke kantor papa. soalnya ada yang harus Abra beresin dulu disana. Kebetulan kelasnya Anin lagi kosong, dosennya gak masuk" jelas Abra yang masih fokus mengemudikan mobilnya. 

"Ya sudah, di jaga ya anak tantenya Ab" ujar Karin di akhiri seulas senyum, 

"iya tante, Anin aman sama Abra" jawab Abra, 

"Anin, kalau Abra macem-macem bilang sama tante ya, biar nanti tante jewer dia" ujar Fatma di akhiri kekehan ringan 

"Ab, jagain Anin! Awas aja kalau kamu macem-macem sama Anin, mama pukul kamu!" sambungnya lagi, Anin terkekeh ringan saat mendengar kalimat posessif itu dari calon mertuanya, 

"Iya mama, Abra jagain Anin kok" ujar Abra seraya mengerucutkan bibirnya. 

Panggilan video itu berakhir karena Fatma dan Karin harus mengurus hal yang lainnya. Anin hanya terkekeh ringan saat melihat wajah kesal Abraham, bagaimana tidak? Jelas-jelas di panggilan video tadi Fatma terus menerus memerintah Abraham untuk menjaga Anin. Abraham yang diam-diam memperhatikan Anin merasa senang melihat gadis itu tersenyum terus menerus setelah melakukan panggilan video tadi.

Setelah sampai di kantor papanya Abra, lelaki itu turun terlebih dulu dan membukakan pintu Anin. Gadis itu tersenyum manis lantas keluar dari mobilnya. Sebelum memasuki gedung kantor itu, Abra sempat meminta tolong kepada satpam untuk memarkirkan mobilnya. Di Lobby kantor, tepat saat Anin dan Abra menginjakan kakinya disana, di dalam lift yang baru saja terbuka terlihat Frans yang akan berjalan keluar.

"Loh, Anin sama Abraham?" tanya nya, Anin lantas tersenyum dan mencium punggung tangan Frans. Lelaki paruh baya itu mengusap puncak kepala Anin, lembut, lantas tersenyum senang. 

"Abra ajak pa, soalnya kelasnya lagi kosong" ujar Abraham, 

"Jagain Anin ya Ab! Awas aja kalau gak kamu jagain!" seru Frans, 

"Papa orang ketiga yang nyuruh Abraham jagain Anin" ujar Abra yang lantas berubah ekspresinya. 

"Pokoknya, kalau Abra gak jagain kamu, bilang sama papa!" ujar Frans, kali ini lelaki paruh baya itu berbicara kepada Anin. 

Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum manis, kemudian ia beralih menatap Abraham dan menjulurkan lidahnya. Melihat tingkah kekanakan Anin membuat Abraham semakin gemas pada gadis di hadapannya itu. 

"Papa pergi ya, meeting diluar" jelas Frans, 

"Abraham jagain Anin!" ujar lelaki paruh baya itu lagi yang kemudian berlalu dari hadapan mereka.

Abraham menggenggam lengan gadis di sebelahnya lalu membawa Anin memasuki gedung kantornya. Banyak pasang mata yang memperhatikan kedekatan Anin dan Abraham, tak sedikit yang merasa iri. Anak bosnya itu sebelumnya tidak pernah membawa perempuan ke kantor, tapi sekalinya membawa perempuan langsung membuat patah hati satu kantor. Anin mengembangkan senyum manisnya, sementara Abraham hanya menatap datar ke arah depan, namun saat lelaki itu memandang Anin, justru tatapannya sangat tulus dan hangat.

Sesampainya di lantai ruangan Abraham, lelaki itu berbalik ke mobilnya membawa barang yang tertinggal. Sementara Anin memilih menunggu diluar ruangan, meskipun Abraham sudah menyuruh gadis itu masuk ke dalam ruangannya. Anin melihat disana ada satu ruangan Sekertaris yang diisi oleh wanita muda yang cantik dengan balutan baju kantornya. Wanita itu melihat ke arah Anin, memindai gadis itu dari atas sampai bawah, dan begitu terus. Wajahnya tidak ramah, "Tidak ramah, bintang satu!" batin Anin seraya menatap balik ke arah sekertaris Abraham itu.

Saat Abraham sudah kembali, lelaki itu tersenyum tulus ke arah Anin, "Maaf ya jadi nunggu, kamu kok gak masuk?" tanya Abraham dengan nada tulus yang terdengar sangat halus, wanita tadi melongo, tak percaya jika atasannya ini bisa sehangat itu. 

"Maya, ini Anin calon istri saya" ujar Abra seraya memperkenalkan Anin dengan nada yang bangga. Wanita bernama Maya itu tersenyum kecut ke arah Anin, sementara Anin menyodorkan tangannya untuk berjabatan dengan Maya 

"Hallo mbak Maya, salam kenal ya. Aku Anin, calon istrinya mas Abraham" ujarnya dengan nada angkuh yang penuh dengan kepercayaan diri. Abraham terkekeh melihat tingkah calon istrinya itu, ia semakin di buat gemas dengan tingkah Anin.

Meskipun kadang serampangan, tapi Anin selalu mendapat spotlight dan selalu berhasil membuat Abraham terpana. Abraham membawa Anin memasuki ruangannya, ruangan yang di dominasi warna hitam dan abu-abu itu terlihat sangat elegan, Anin bisa melihat pemandangan kepadatan kota dan gedung-gedung tinggi dari sana. 

"Kalau sore, disini kita bisa lihat senja" ujar Abraham yang sedang berdiri di sebelah Anin. "Saya ada meeting dulu, kamu disini sebentar ya, habis ini kita nonton" ujar Abraham yang kemudian mengambil laptopnya. 

"Mbak Maya suka sama pak Abraham tau" ujar Anin, langkah Abra terhenti saat mendengar ucapan Anin, lantas ia menatap Anin dan berujar 

"saya tau, tapi saya sukanya kamu" jawab Abra seraya tersenyum, "Kalau mau minum, ada di kulkas di pojok sana ya Nin. Kalau bosen kamu bebas nonton di ruangan istirahat saya, disana ada netflix. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya" ujar Abra yang hanya dapat anggukan setuju dari Anin, lantas lelaki itu pergi meninggalkan ruangannya.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang