06 : Fitting

12.2K 231 1
                                    

"bapak duluan deh, nanti saya nyusul ke parkiran dosen" ujar Anin, tanpa basa-basi Abra menuruti keinginan calon istrinya itu. 

Anin memang keluar dari ruangannya terlebih dahulu, namun Abra menuju parkiran sebelum Anin. Karena setelah dari ruangan Abra, Anin menuju Kantin untuk menghampiri teman-temannya sebentar lalu menuju parkiran Dosen untuk menemui Abra. Abra menanti calon istrinya itu cukup lama di parkiran, hingga tiga puluh menit kemudian ia melihat mahasiswa yang mengendap-endap karena takut ada yang melihat.

"Kan udah saya bilang kamu kalo kaya gitu makin bikin orang curiga tau" ujar Abra saat Anin sudah duduk di sebelahnya. 

"Hah? Emang iya pak? terus saya harus gimana" tanya Anin. Abra mengangguk dan melajukan mobilnya menuju Butik langganan mamanya. 

"Lain kali biasa aja Nin, kamu bukan anak sekolah yang pacaran diem-diem sama gurunya. Kamu udah bukan anak di bawah umur juga kan?" ujar Abraham, Anin hanya mengangguk perlahan. 

Ya, Abraham betul, tapi tetap saja Anin belum mau hubungan mereka di ketahui oleh teman-teman di kampusnya. Abra tertawa sekilas melihat Anin yang menunduk-nunduk karena takut ketahuan oleh warga kampus kalau dia sedang bersama Abra. 

"Bapak tadi kayanya seneng banget sama bu Desya" ujar Anin, kini nada bicaranya terdengar sedikit sebal. Abra terkekeh sekilas, lalu berhenti saat Anin menatapnya dengan tajam. 

"Ya ampun, Anin, kamu cemburu?" tanya Abraham, lelaki itu kini menatap Anin tak percaya, 

"Apa sih pak? Enggak juga!" seru Anin sebal, 

"Saya sama bu Desya gak sengaja ketemu di kantin, harusnya tadi saya sendirian, tapi dia dateng langsung duduk di sebelah saya. Masa harus saya usir? Tadi, harusnya kamu lihat saya gak terlalu menanggapi dia. Karena saya tau kamu akan marah. Makanya tadi saya langsung kirim pesan ke kamu, supaya kamu gak mikir kemana-mana" ujar Abraham, 

"Tetep aja aku overthingking" ujar Anin, 

"Iya, maaf ya. Saya gak ada apa-apa sama dia, saya ada apa-apanya sama kamu aja kok" ujar Abraham, 

"Mau satu kampus yang ngejar saya, spotlight yang saya punya cuma milik kamu. Kamu yang berhasil membuat saya jatuh cinta, Anindira Gistara" jelas Abraham. Anin hanya diam, namun ia menahan senyumnya, sementara Abraham yang diam-diam melirik tau kalau Anin sedang salah tingkah.

Setelah melihat-lihat gaun selama kurang lebih tiga jam, akhirnya pilihan Anin dan Abra jatuh pada Gaun Putih dengan belahan panjang di punggungnya, dan bagian lengannya bisa di panjangkan tapi juga bisa di buka supaya lengan gaun itu tidak panjang. Abra berkali-kali memuji Anin dengan kata "Cantik" dan "Sempurna". Melihat senyum Anin yang mengembang dengan lebar memunculkan sedikit kehangatan yang sudah lama tidak pernah hadir di hati Abra. Kini Abra dan Anin sedang berada di dalam mobil, perjalan dari Butik ke rumah Anin.

drrtt 

ponsel Abra bergetar dan menampilkan panggilan video dari mamanya. Anin berinisiatif untuk segera mengangkat panggilan itu karena Abra sedang menyetir mobil. 

"Maaf ya pak" ujar Anin sebelum mengklik tombol hijau disana. Abra hanya menanggapi dengan senyuman. Layar ponsel Abra di penuhi oleh wajah kedua Mama Heboh, 

"Hai, Anin" sapa Fatma sumringah, Abra dapat melihat pancaran kebahagiaan dari wajah mamanya, 

"hai Mamam" jawab Anin tak kalah sumringah. 

"Abra mana Nin? Kalian udah selesai dari butik?" tanya Karin, 

"udah ma, ini mau pulang, pak Abra lagi nyetir" jawab Anin seraya mengarahkan ponsel itu ke arah pemiliknya, 

"Abra hadir ma" ujar Abra lembut. 

"Sebelum pulang mampir ke Mall dulu ya, beli skincare, makeup sama daleman buat Anin" ujar Fatma, 

"Soalnya tiga hal itu mah biar Anin aja yang pilih sendiri, takut gak cocok" sambungnya, 

"iya ma, Abra sama Anin langsung ke Mall sekarang" jawab Abra, 

"Anin, pilih yang bagus ya! Kalo bisa yang mahal sekalian" ujar Fatma di akhiri kekehan ringan 

"Tugas Anin hari ini adalah ngabisin uang Abra" sambungnya lagi, Anin terkekeh ringan saat mendengar kalimat itu dari calon mertuanya, 

"Semuanya Abra kasih buat Anin ma. Apapun yang Anin mau, aku beliin semuanya" ujar Abra dengan nada sombongnya. Panggilan video itu berakhir karena Fatma dan Karin harus mengurus hal yang lainnya.

Setelah itu, Abra sempat mengajak Anin makan siang, nonton film di Bioskop, dan membeli beberapa perintilan untuk seserahan yang menurut Fatma harus di pilih sendiri oleh Anin seperti skincare, make up, juga underware. Melihat Anin yang sedang memilih underware di Victoria Secret, Abra sekalian mencari parfum untuk Anin. Akhirnya Abra memilih 4 botol parfum dan 3 botol bodymist yang wanginya ia sukai dan menurutnya pas untuk Anin, tidak lupa juga dengan memilih lingerie yang ia harap bisa di pakai Anin. Gadis cantik itu di buat terkejut saat melihat Abra membawa satu tas penuh lingerie dengan berbagai warna dan model. Sementara Abra hanya nyengir dengan polosnya sambil melihat ke arah Anin. 

"Udah selesai?" tanya Abra, 

"udah" jawab Anin, 

"ya udah masukin sini, biar aku bayar" ujar Abra. 

"Ini banyak banget" ujar Anin, 

"gapapa kan buat kamu tidur" jawab Abra seraya tersenyum, 

"Mbak, ini sama 4 parfum sama 3 bodymist yang tadi ya" ujar Abra seraya menyerahkan kantung belanjanya. 

"gaakan di coba dulu pak?" tanya Kasirnya seraya tersenyum genit, Abra menjawab dengan gelengan cepat. 

"Bapak beli buat istrinya ya?" tanya Mbak kasir itu genit, 

"ini buat calon istri saya" ujar Abra seraya merangkul mesra tubuh Anin, 

"oh ini calon istrinya, saya kira keponakannya" ujar wanita itu seraya melihat Anin dari atas sampai bawah, 

"Sayang ini banyak banget loh" ujar Anin seraya bergelayut manja di tubuh Abra, 

"buat kamu, apasih yang enggak? seperti kata mama tadi, tugas kamu disini ngabisin uang aku, ya kan?" katanya seraya mencium puncak kepala Anin, 

"seserahan buat kamu gak boleh asal, sayang. Harus yang terbaik" sambung Abra, manis. Anin hanya tersenyum menanggapi ocehan Abra, sengaja memanasi wanita di depannya yang genit sama calon suaminya. 

"Totalnya jadi 17.869.567 rupiah pak" ujar kasir tersebut 

"debit ya" jawab Abra. 

Victoria Secret adalah tujuan terakhir mereka, sekarang sudah pukul 7 malam, Abra segera mengantar Anin pulang dan dia membawa barang-barang untuk seserahan itu pulang ke rumahnya sendiri.

Selepas fitting baju pengantin, Anin tidak bertemu lagi dengan Abraham. Sudah beberapa hari mereka tidak bertemu. Hingga hari ini, jum'at, kini Anin sudah berada di kampus dan membawa beberapa undangan untuk teman-teman dekatnya. Ada sedikit perasaan senang di hati Anin, karena hari ini adalah jam pengganti untuk mata kuliah Abra, entah mengapa Anin senang karena akan bertemu Abra.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang