00 : Loh pak?

43.3K 512 0
                                    

"Mam, Anin pergi ngampus ya!" Teriak Anin seraya menggunakan sepatunya dengan terburu-buru karena waktunya sudah sangat mepet dengan mata kuliah pertamanya, "Nanti Anin pulang telat ada kumpul himpunan dulu" Sambungnya seraya berteriak.

"Usahain, sebelum maghrib udah di rumah ya Nin!" Jawab Karin, ibunya. "Mau ada tamu penting kata Papa" sambungnya seraya tersenyum manis.

"ya, Assalamualaikum" jawab Anin seraya mencium punggung tangan ibunya.

Anin berlalu dengan buru-buru, karena pagi ini adalah mata kuliah wajib dengan dosen yang terkenal tidak memiliki hati. Sudah jam 07.55 dan Anin baru keluar dari gerbang komplek rumahnya. Sementara itu, untuk menuju kampus, ia memerlukan waktu sekitar 45 menit dan kelasnya akan di mulai pada jam 08.40. Beruntungnya, hari itu lalu lalang kendaraan tidak sedang padat, sepanjang jalan Anin terus memanjatkan do'a kepada Tuhan karena ia tidak ingin di hukum oleh Dosennya.

Jam 08.35, Anin sudah berada di dalam gedung kampus, ia lebih cepat 5 menit dari jam masuknya. Namun, kali ini ia merasa sial karena lift gedung itu sedang penuh bahkan antriannya cukup mengular, akhirnya mau tidak mau dia harus melewati tangga dan bisa tidak bisa dalam waktu 5 menit dia harus sudah sampai di lantai 5. Anin berlari dan mengeluarkan sekuat tenaganya supaya tidak terlambat. Sialnya lagi, justru ia membutuhkan waktu 6 menit untuk masuk kedalam kelas, bertepatan dengan sang Dosen yang juga baru saja memasuki kelas Anin.

"Permisi, selamat pagi pak Abraham" ujar Anin sopan, menyapa Dosen tampan itu seraya berusaha mengeluarkan senyum termanisnya.

"Tutup pintu! Kamu jadi mahasiswa terakhir yang masuk kelas saya hari ini" ujar Abraham dingin seraya menyimpan laptopnya di meja Dosen, Anin menghembuskan nafasnya lega dan duduk tepat di hadapan meja Abraham, karena hanya meja itu yang kosong.

"Tugas sudah di kumpul semua ya" ujar Abraham seraya mengedarkan pandangannya kepada seluruh mahasiswa di kelasnya.

Anin mengangkat tangannya, "ya?" tanya Abraham.

"Tugas saya belum pak" ujar Anin dengan ekspresi wajah yang memelas, sembari mengeluarkan print-an tugasnya.

"buang saja!" jawab Abraham dengan nada dingin. Anin tahu jika tugasnya sudah di tolak dan ia tidak akan bisa mengumpulkan tugasnya.

Waktu berjalan lambat bagi Anin, ia merutuki dirinya sendiri saat ini. "Cape-cape begadang ngejain tugas, malah disuruh di buang. Bego banget sih Anin, bisa-bisanya telat di matkul dosen sarap begini!!" rutuknya seraya memukul dahinya sendiri. 150 menit akhirnya selesai juga, Anin menghela nafas dalam, akhirnya ia akan berpisah dengan Dosennya yang kejam itu. Belum selesai helaan nafas lega Anin, tiba-tiba saja Abraham bersuara "Anindira, bawa tugas-tugas ini ke ruangan saya". Mata Anin membulat sempurna setelah mendengar ucapan Abraham.

Anin berjalan di belakang Abraham seraya hatinya berteriak dan mengeluarkan sumpah serapahnya. Banyak pasang mata yang memperhatikan Anin, pasalnya karena ini adalah kali pertamanya seorang Bapak Abraham Gazanvhar si dosen ganteng meminta bantuan kepada Mahasiswinya. Sejak tadi, Anin tak berhenti bersungut-sungut karena merasa jadi pusat perhatian di sepanjang koridor, sampai dirinya tak sadar kalau mereka sudah berada di depan ruangan Abraham. Lelaki itu berhenti tiba-tiba, dan Anin yang tidak memperhatikan jalannya menabrak bahu lebar milik abraham yang kini sudah berdiri menyamping seraya membuka kunci pintunya. Sadar akan Anin yang tidak seimbang, ia menaham tubuh ramping itu supaya tidak jatuh. Anin sangat terkejut melihat tangan kokoh Abraham yang menaham pinggang rampingnya, pasalnya Abraham terkenal tidak memiliki hati dan empati, jadi melihat hal ini adalah sesuatu yang langka dalam sejarah hidupnya.

"Masuk" ujar Abraham seraya melepaskan tangannya dari pinggang Anin, mereka memasuki ruangan itu dengan Anin yang berjalan di belakang Abraham.

"Kamu telat satu menit, hukumannya cukup beresin ruangan saya, sampe bersih" ujar Abraham lagi-lagi nada suaranya dingin dan duduk di kursi kerjanya seraya menilai tugas-tugas yang sudah ada di atas mejanya.

"Pak maaf, tapi Jam 1 sampai jam 3 saya ada kelas lagi pak, kalau habis kelas saya beresinnya gapapa kan pak?" Tanya Anin Sopan.

"Ya sudah" jawab Abraham acuh, "Belajar yang bener biar jadi ibu yang baik buat anak-anak kamu" sambung Abraham dengan mata yang masih menatap layar laptopnya.

Bukan main, Anin sangat terkejut mendengar kelanjutan kalimat yang keluar dari mulut Abraham, "Saya pamit pak" ujarnya seraya berbalik dan berlalu.

Selesai dengan kegiatan makan siang dan kelas terakhirnya, Anin menyempatkan diri untuk absen di Rapat Volunteer himpunan jurusannya, kemudian Anin kembali ke ruangan Abraham untuk menyelesaikan hukumannya. Kini Anin mulai membersihkan ruangan itu dari rak buku di sudut ruangan, selain menyusun ulang sesuai dengan huruf awalnya, Anin juga membersihkan debu yang ada di rak kayunya. Diam-diam Abraham memperhatikan Anin yang sedang membersihkan sudut favorit yang ada di dalam kantornya itu. Dua jam berlalu, Anin belum selesai juga dengan hukumannya. Tanpa sepatah katapun, Abraham meninggalkan Anin setelah mendapat telpon dari Ibu tercintanya. Abraham pergi dengan tergesa-gesa. 17.00, langit sudah menampakan semburat jingga dan Anin masih Asyik menyapu dan membereskan ruangan Abraham seraya menanti pemiliknya untuk kembali ke ruangannya. Adzan Maghrib akhirnya berkumandang dan Anin masih duduk di depan ruangan dosennya itu. Berkali-kali ia mengecek smartphone miliknya namun Abraham tak kunjung membalas peannya. Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu seraya melanjutkan rapat di ruangan himpunannya. Di tengah-tengah rapat, tiba-tiba saja smartphone Anin bergetar dan menunjukan pesan masuk.

DOSEN GALAK

Dosen Galak : Saya sudah pulang, tidak usah menunggu saya. Tolong kuncikan ruangan saya dan tutup jendelanya, kuncinya pegang dulu sama kamu. Besok pagi ke ruangan saya lagi.

Pukul setengah tujuh malam, Anin yang baru memasuki gerbang rumahnya di buat terkejut dengan beberapa mobil yang terparkir di depan rumahnya. Ia menepuk dahinya pelan karena baru ingat pesan mamanya pagi tadi untuk pulang sebelum Adzan Maghrib.

"Assalamualaikum" Anin berujar sopan seraya membuka pintu rumahnya dan menyalami satu persatu orang yang duduk di sofa ruang tamunya tanpa melihat wajahnya satu persatu.

"ini dia yang di tunggu-tunggu dateng juga" ujar Derrel, ayahnya.

"Anin kan tadi mama-"

"Iyaa maaf mamaku sayang, tadi rapat himpunan dulu" Anin berkata seraya memotong ucapan ibunya dan kemudia mencium pipi Karin gemas dan berlalu meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya. Dengan secepat kilat dia mandi supaya tidak terlihat terlalu kusam. Ia mangambil dress berwarna hitam polos dengan kancing di dapannya, rambutnya ia biarkan tergerai dan wajah cantiknya di poles dengan riasan yang sangat tipis. Ia terlihat elegan dengan penampilannya kini. Ia tak mengenakan Alas kaki. Dengan tergesa dia menuruni tangga karena mama tercintanya sudah memanggil dia untuk makan malam bersama.

"Kok bisa telat banget sih Nin Pulangnya?" Tanya Mama Karin di sela obrolan antara Dia dan Wanita yang duduk di sebrangnya.

"Himpunannya lagi sibuk banget ya Nin?" Tanya Ibu Fatma kepada Anin.

Anin tersenyum sopan kepadanya lalu menjawab "Iya Tante, akhir-akhir ini lumayan sibuk".

"Terus kamu lupa pesan mama?" Tanya Karin, tatapannya menuntut jawaban dari sang anak. Anin menghela nafas panjang, karena sejujurnya dia masih sangat sebal dengan Dosennya yang meninggalkan dia dan membuat dia menunggu lama hanya untuk meminta izin pulang.

"Tadi kan ada rapat himpunan dulu mah, tapi Anin rapat cuma setengah jalan kok soalnya keburu dihukum sama dosen. Terus tadi Anin di hukum Dosen buat beresin ruangannya, gara-gara Anin telat. Dosennya nyebelin banget tau mah, Anin padahal telat cuma semenit tapi tetep di hukum udah gitu tadi dosennya pake gamau terima tugas Anin lagi mah padahal kan Anin udah ngerjain tugasnya, sampe begadang sampe telat bangun!" Anin menghela nafas panjang di sela-sela ceritanya "Udah gitu, pas Anin beresin ruangannya Dosennya malah pulang duluan ninggalin Anin sendirian kan Anin bingung ya kunci kantornya harus Anin kemanain, Anin nunggu dua jam dia baru ngasih tau kalo kuncinya Anin pegang aja, katanya besok pagi kasih ke dianya. Emang ya kata temen-temen Anin bener-"

"Emang apa kata temen-temen kamu?" tanya seorang lelaki, tiba-tiba.

"Kalo dia itu Dosen ganteng yang paling nyebelin sekampus Pelita, pantes udah tua ga nikah-nikah gaada yang mau kali cewek-cewwk sama dia soalnya dia-" Kalimat Anin terhenti saat ia melihat orang yang bertanya.

"Loh, pak Abraham?"

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang