07 : Undangan

8.3K 202 0
                                    

Waktu hari dimana Anin fitting gaun pengantin itu, Sabrina betulan nganterin mobil kesayanan Anin ke rumahnya, dan berakhir diantar pulang oleh Algi. 

Kini, waktu ke waktu berjalan sangat cepat untuk Anin, kini sudah H-2 menuju hari pernikahannya. Pagi itu, Anin dan Sabrina menuju kampus mereka diantar oleh Algi. Ya, Sabrina, gadis itu ikut membantu dalam proses pernikahan Anin, mulai dari persiapan souvenir, undangan, bahkan sampai untuk makeup juga photographer, semuanya Sabrina dan Algi yang menyiapkan.

"Gue punya kejutan buat lo semua" ujar Anin pada kelima sahabatnya.

"Kejutan apaan? Tau aja kita suka kejutan!" ujar kelimanya semangat.

"ini" jawab Anin seraya memberikan lima paperbag berisi Bridesmaid Stuff bernuansa teal. Paperbag itu berisi Gaun, gelang, aksesoris rambut, dan juga undangan.

"Kok 5?" tanya Hana, "Sab, enggak?" tanya nya lagi.

"Punya gue udah di rumah dari kemaren" jawab Sabrina seraya tersenyum manis

"Kok duluan?" protes Gita dan Jiya.

"Iya, gue kan bantuin Anin" jawab Sabrina dengan nada sombong. Yang berakhir mendapat toyoran di kepalanya dari Hana.

Tak lupa, Anin juga memberikan beberapa undangan untuk orang tua sahabat-sahabatnya.

"Abraham Gazanvhar" baca mereka bersamaan.

"Nin, serius sama pak Abraham?" teriak Sahabat-sahabat Anin heboh.

"Kenapa bawa-bawa nama saya?" tanya Abraham yang kini sudah menyimpan laptop di meja dosen.

"Enggak kok pak" jawab Anin. Diam-diam, gadis itu menunjukan sebuah undangan kepada Abraham, Abra yang mengerti hanya tersenyum sekilas kearahnya lantas kembali mengajar di kelasnya.

Selepas kelas, Anin bergegas pulang karena mamanya lagi-lagi mengingatkannya untuk pulang lebih awal di jemput Algi dan di temani Sabrina. Untuk malam ini, Sabrina menginap di rumah Anin, sebelumnya Algi dan Mama Karin sudah meminta izin kepada orang tua Sabrina. 

Dasarnya Anin adalah manusia yang selalu mudah berbaur, jadi orang tua Sabrina ikut serta mempersiapkan pernikahan Anin dan tidak keberatan saat anaknya ikut di buat sibuk oleh pesta sehari milik Anin. Tanpa di sadari oleh siapapun, papa Sabrina diam-diam berharap Algi lah yang akan mempersunting anak gadisnya, entah mengapa ia sangat berharap kepada Algi, bukan karena status sosialnya, namun di lihat dari bagaimana lembutnya Algi memperlakukan Sabrina, baik di hadapan orang tuanya atau tidak. 

Karena, tadi pagi saat papa Sabrina ingin mengantarkan makalah tugas milik Sabrina, lelaki paruh baya itu melihat bagaimana Algi menenangkan Sabrina yang tengah panik. Saat melihat papa Sabrina, Algi semakin menenangkan Sabrina, bahkan ia berucap sendiri, jika ia ingin menuju rumah Sabrina untuk mengambil tugasnya. Algi terlihat tulus pada Sabrina. Orang tua mana yang tak berharap jika seperti itu?

Malam ini, Sabrina tidur dengan Anin, seperti saat SMA dulu. Sabrina memang sudah sering menginap dari dulu, terlebih jika Anin sendirian di rumah, gadis itu pasti akan mengajak Sabrina untuk menginap dan menemaninya. Sampai-sampai Anin selalu menyiapkan banyak makanan kesukaan Sabrina, Agar gadis itu tak menolak saat ia meminta di temani.

H-1 pernikahan di rumah keluarga mempelai perempuan sangat heboh mulai dari keluarga sampai teman-teman mamanya membantu persiapan pernikahan Anin. Orang tua Anin, mendatangkan orang-orang dari berbagai salon ternama untuk memanjakan dan melakukan perawatan untuk putri bungsu mereka, kini Anin sudah sangat cantik dengan wajah yang bersinar dan kulit yang halus serta putih sekali. Wangi segar menyeruak saat Karin masuk kedalam kamar putri bungsunya. Malam itu, Sabrina tidak menginap. Ia hanya akan menemui Anin besok, bersama teman-temannya.

"Hai mama" ujar Anin ceria, Karin kemudian memeluk putri bungsunya erat, begitupun Anin yang kini memeluk sang mama tak kalah erat. Di tengah pelukan itu, tiba-tiba saja Harridh, Algi dan Anandita, ketiga kakak Anin masuk kedalam kamar sang adik dan ikut berpelukan.

"Besok kamu nikah Nin" ujar karin, sorot matanya terlihat sedikit sedih. "Nyusul abang sama kakak" sambungnya.

"Ade abang udah gede, udah mau nikah aja, udah mau jadi istri orang lain" ujar Algi

"Gak kerasa ya de? besok kamu jadi istri orang, nanti ga bisa abang unyeng-unyeng lagi dong" Harridh berujar menimpali.

"De, nanti treat suami kamu sebaik mungkin ya" ujar Anandita seraya memeluk adiknya.

"rasanya baru kemarin aku teriak-teriak nyari kaos kaki ke mama, nanti malah aku yang harus nyari-nyariin barang suami yang gaada" ujar Anin seraya tersenyum di balik tangisnya.

"Mama titip pesen sama kamu ya Nin, harus nurut sama kata suami, jangan ngebangkang. Nanti, surga kamu ada di suami kamu. Kalau ada apa-apa di bicarain baik-baik ya, jangan kabur dari masalah, harus selalu menyelesaikan dengan kepala dingin. Awal pernikahan pasti agak banyak hal-hal yang bikin kalian kaget sama diri kalian masing-masing. Tapi, ya itu yang harus selalu kalian nikmatin" ujar Karin seraya mengelus punggung anak bungsunya.

"De, kamu gak usah takut, Abra orang nya super baik dan selalu bertanggung jawab. Abang yakin dia bakalan jadi suami yang baik untuk kamu. Dan akan menjadi menantu yang baik untuk mama, papa" ujar Harridh.

"Bang Algi, maaf ya Anin jadi ngelangkahin abang" ujar Anin menatap kaka ketiganya itu dengan tatapan tak enak. Algi mengulas sebuah senyum dan berujar, 

"Gak apa kok nin, itu tandanya emang jodoh kamu udah jemput. Abang izinin kamu menikah dengan ikhlas dan lapang dada. Kalau bisa, abang juga pengen nyusul Anin, Anan sama Abang. Jadi, do'ain abang ya. Anin harus jadi istri yang baik untuk surganya Anin" ujar Algi, "Sayangi, dan cintai bang Abra, sebagai mana Mama mencintai dan menyayangi papa, sebagai mana Mama menyayangi kita. Abang cuma minta, kamu bahagia terus ya Nin" ujar Algi lagi, kini ia ikut menangis saat melihat sang mama terharu dengan kata-katanya. Sementara Anin, kini sudah memeluk Algi dengan erat, lelaki itu pun balik memeluk Anin tak kalah eratnya.

"Bang Algi, mau minta apa ke Anin? Abang kan Anin langkahin, tradisinya yang di langkahi harus minta sesuatu kan?" tanya Anin.

"Gak usah Nin, abang bisa beli sendiri kok" jawab Algi

"Ah! Harus Anin yang beliin pokoknya!" seru Anin, "Abang mau Jam Tangan? Sepatu? Tas? Laptop? atau apa?" paksa Anin. Algi mengeluarkan seulas senyumnya, ia tau jika ada banyak ketakutan di diri adiknya itu, maka ia tak ingin memberatkan Anin, namun ingin membuat gadis itu memenuhi apa yang ingin ia penuhi.

"Abang minta jam tangan aja Nin, gak usah yang mahal, yang menurut Anin bagus aja" ujar Algi. Sesaat setelah Algi berujar, Anin langsung mengiyakan apa yang abangnya minta itu.

Mereka menghabiskan malam dengan bercerita satu sama lain, petuah-petuah mereka sampaikan pada Anin yang akan menikah besok paginya. Malam itu, suasana mengharu biru di dalam kamar Anin, terlebih saat Derrel ikut bergabung disana.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang