10 : Sayang ⚠️

30.4K 262 3
                                    

Lelaki itu tak henti-hentinya menciumi wajah, bibir, hingga leher Anin dengan tangan yang mengelus perut rata Anin. 

"Makasih udah mau nikah sama saya" ujar Abra, tatapannya sangat tulus, suaranya rendah dan lembut, juga senyuman manis di akhir kalimatnya. 

"Makasih juga karena bapak sudah mau mempersunting saya" jawab Anin dengan tatapan yang tak kalah tulus. 

"Saya gemes sama kamu, pengen nyiumin kamu terus gini rasanya dari kemarin-kemarin" ujar Abra seraya menciumi wajah gadisnya, Anin hanya tertawa mendapat serangan tiba-tiba itu. Rambut halus di sekitar wajah Abra terasa sangat geli untuk Anin dan berhasil membuat Anin meremang, membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Bapak mesumin mahasiswanya aku bilangin Dekan loh!" ujar Anin mengancam saat Abra sedang menciumi dan membuat kissmark sebagai tanda kepemilikan di sekitaran leher hingga belahan dada Anin. 

"Nanti saya bilang gini, 'Pak Dekan, mahasiswi nya juga pas saya mesumin mau kok' terus nanti Dekannya dukung saya, bahkan malah nyuruh saya mesumin kamu terus, sampai hamil, dan waktu nya selamanya" jawabnya seraya tersenyum 

"Iya soalnya bapak temennya jadi pak Dekan dukung bapak" ujar Anin seraya menjulurkan lidahnya, lagi-lagi Abra menciumi seluruh wajah Anin hingga leher gadis cantik di pangkuannya itu. 

"Sayang" ujar Abra dengan suara rendahnya, Anin yang mendengar itu merinding sendiri. "Kalau saya minta hak saya sekarang, boleh?" tanya Abra menatap manik indah milik istri kecilnya. 

Anin diam sebentar memikirkan jawaban dari pertanyaan Abra. Melihat wajah bimbang Anin yang sangat kentara sangat jelas membuat Abra menyimpulkan bahwa Anin belum siap.

"Kalau kamu belum siap, gapapa saya tunggu sampa kamu -", Anin memberanikan diri untuk mencium bibir lelaki di hadapannya terlebih dulu. Ia menarik wajah Abra tiba-tiba dan kini Abra menahan tengkuk Anin, seperti enggan melepaskan pertemuan bibir mereka. Abra tersenyum dalam ciuman panas itu. 

"Saya anggap kamu siap ya, sayang?" tanya Abra setelah selesai berciuman 

"Siap apa pak Dosen?" tanya Anin seraya mengerling genit, 

"Buat Bayi" jawab Abra seraya tersenyum. 

"Masa mau buat bayi panggilannya masih kaku sih?" tanya Anin gemas. 

"Aku udah punya panggilan buat kamu, sayang. Kamu yang belum punya, wlee" ejek Abra 

"Ada kok Mas" jawab Anin seraya tersenyum senang, "Mas Abra" sambungnya. 

Abra tersenyum dan lagi-lagi menciumi wajah istrinya gemas. 

"Tapi ini masih sore loh mas" ujar Anin tiba-tiba saat Abra sedang melancarkan aksinya menambah tanda kepemilikan di sekitar leher dan pundak Anin, 

"Gak apa, mereka pasti ngerti kok" jawab Abra dengan senyuman mesumnya, 

"pintunya, udah di kunci mas?" tanya Anin lagi, 

"Aman, tadi mas kunci pas kamu lagi mandi" jawabnya lagi, 

"sudah di rencanakan oleh bapak Dosen nih ceritanya?" tanya Anin lagi, 

Abra hanya tersenyum sekilas lantas kembali melancarkan Aksinya untuk memberi tahu seluruh dunia, kalau Anin adalah milik Abra, sepenuhnya.

"Sayang, boleh?" Tanya Abra memastikan.

"Boleh mas" jawab Anin seraya mengalungkan tangannya di leher Abra.

"Kamu yakin mau di masukin sama Mas? ini kalau aku makin maju gabakalan bisa mundur lagi loh sayang" ujar Abra, kali ini bahasanya sedikit frontal dan membuat pipi Anin bersemu merah,

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang