12 : Morning Kiss

12.4K 202 1
                                    

Keesokan paginya, Anin terbangun dan mendapati Abraham yang sedang menatap kearahnya. Wanita muda itu pun tersenyum ke arah Abraham dan kemudian mengusap punggung lelaki di hdapannya itu dengan lembut. Abraham balik tersenyum dan kemudian mengecup bibir Anin sekilas.

"Mau kemana kita hari ini?" tanya Abraham sambil mengelus rambut panjang Anin.

"Di rumah dulu aja deh, masih cape aku mas" ujar Anin,

"Oh iya, untuk satu bulan pertama ini kita tinggal disini dulu ya, sayang. Satu bulan lagi kita tinggal di rumah orang tua aku, habis itu baru kita pindah ke rumah kita" ujar Abraham, "Soalnya rumah kita jadinya masih 2 bulanan lagi" ujar Abraham lagi.

Anin hanya mengangguk, menyetujui permintaan suaminya itu. "Kemanapun, dimanapun, asal sama Mas aja" jawab Anin mantap.

Abra terkekeh saat mendengar jawaban dari istri kecilnya itu. "Hari ini Mas mau ke kantor, kamu mau ikut?" tanya Abra menatap netra indah milik Anin, wanita muda itu tersenyum lantas mengangguk perlahan.

"padahal, tadinya mas mau lanjutin yang tadi malem, tapi mas harus ke kantor" ujar Abraham yang kini sudah ndusel ke ceruk leher Anin.

"ahh shh, geli mas" desah Anin.

"Mas, mau lagi sayang" jawab Abraham,

Setelah obrolan singkat itu, keduanya masih di posisi yang sama, saling memeluk tanpa membicarakan apapun. Keduanya masih sama-sama menikmati kenyamanan dalam pelukan itu. Pikiran keduanya berkelana kesana kemari. Sampai akhirnya sebuh ketukan pintu membuat mereka saling berpandangan.

"Ade, bang Abra, bangun di tunggu sarapan sama mama di bawah" ujar Algi dari balik pintu kamar Anin. "Berduaannya tahan dulu, nanti kalo udah pada pergi mesra-mesraan lagi deh!" Seru Algi lagi.

Anin dan Abra hanya tersenyum saat mendengar seruan Algi. Kini, sepasang suami istri baru itu bergegas menuju kamar mandi dan betulan mandi bersama, Anin yang awalnya malu-malu akhirnya pasrah saat Abraham berujar "Bareng aja sayang mandinya, lagian aku udah liat semuanya punya kamu kok". Mereka betulan hanya melakukan mandi saja, lalu setelah selesai keduanya bergegas menuju ruang makan. Disana, mereka sudah di tunggu oleh keluarga Anin.

"Loh, pagi-pagi gini pengantin baru udah rapi aja, mau pada kemana sih?" tanya Papa Derrel saat melihat Anin dan Abra berjalan beriringan dan sudah rapi.

"Ada sedikit yang harus Abra urus di kantor Pa. Sekalian mau ke kampus sebentar, soalnya tugas kelas Anin di mata kuliah pak Permadi masih ada di ruangan Abra , pak Permadi tadi nanyain" jelas Abra yang kini menarik sebuah kursi dan mempersilahkan istri kecilnya itu duduk terlebih dulu.

"Terus, Anin ikut sama kamu?" tanya papa Derrel lagi,

"Iya, mau nemenin katanya" jawab Abraham seraya mengambil duduk di sebelah Anin. Wanita muda itu dengan sigap mengalasi sarapan Abraham, sementara lelaki itu sudah tenggelam dalam obrolan serius dengan Mertua dan Iparnya.

Selesai sarapan, Anin dan Abraham bergegas menuju kampusnya. Di dalam mobil, tangan Abraham tak melepas tangan Anin barang satu detikpun. Beberapa kali juga tangan kecil itu ia ciumi dengan gemas, sementara Anin hanya tertawa saja menerima perlakuan manis dari dosen dinginnya itu.

"Liburan yuk!" ajak Abraham pada istri mungilnya,

"Kemana? Aku sama Mas kan masih sibuk di kampus" jawab Anin,

"Bandung aja, yang deket dulu" ujar Abraham,

"Ayo! Aku pingin ke Ciwidey Mas" ujar Anin, wanita muda itu kini menghadap ke arah suaminya.

"Iya, besok kita pergi ya" jawab Abraham.

"Pokoknya, minggu ini kita libur dulu seminggu ya?" tanya Abraham lagi,

"Tugas kamu nanti Mas bantuin" ujar Abraham seraya mencium punggung tangan Anin.

"Yeayyy!!!" seru Anin riang.

Senyum dan tawa Anin adalah sesuatu yang ingin selalu Abra pertahankan. Diam-diam Abra terus menerus bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan karena pada akhirnya penantiannya membuahkan hasil yang baik.

"Nanti di kantor kita booking penginapannya ya sayang" ujar Abra di akhiri dengan senyum yang sangat manis.

Anin mengangguk tanda setuju. Mereka kemudian tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Namun, tautan di tangan mereka justru masih tak terlepaskan.

Sesampainya di kampus, Anin memilih untuk menunggu suaminya di dalam mobil. Sementara Abraham, lelaki itu bergegas menuju ruangannya karena tak ingin meninggalkan istrinya di dalam mobil terlalu lama.

"Selamat pagi pak Abraham" ujar Seorang mahasiswi yang kini mengimbangi langkah lebar Abraham, Mahasiswi itu harus setengah berlari demi menyeimbangkan langkahnya dengan langkah Abraham. Lelaki itu hanya bergumam tak jelas menjawab sapaan Abraham,

"Saya Yunita Arista pak, Mahasiswi semester 2 yang memiliki kontrak kuliah dengan bapak di mata kuliah Algoritma Dasar" ujarnya lagi,

"Ya kenapa?" tanya Abraham seraya tangannya membuka kunci ruangannya.

"Mengenai tugas pak, kenapa tugas saya nilainya C ya pak?" tanya Yunita dengan sopan.

"Memang itu nilai yang layak untuk kamu" jawab Abraham dingin. Yunita terpaku di tempatnya saat mendenar jawaban dari Abraham. "Saya sibuk, kalau cuma protes nilai, mending gak usah dateng ke saya" jawab Abraham lagi dengan nada angkuhnya.

"Baik, terimakasih pak. Saya duluan pak" jawab Yunita yang lantas berbalik menuju teman-temannya.

Selepas kepergian Yunita, ia kemudian membawa tugas-tugas yang di minta oleh Rektor, dan kemudian keluar lagi, tak lupa mengunci kembali pintu ruangannya. Tanpa abraham sadari, sedari tadi dua pasang mata memperhatikannya, dan melaporkan semuanya pada Anin yang sedang menertawakan Yunita yang terlihat sangat panik saat mendapat penolakan dari Abraham.

Abraham kini sedang berjalan menuju ruangan Rektor, ia bertemu dengan beberapa dosen dan staff yang kemudian menggodanya dengan kalimat,

"Pak Abraham kok udah masuk? gak honeymoon dulu?" Abraham hanya menanggapi dengan seulas sanyumnya.

Abraham mengetuk pintu ruangan pak Permadi dengan perlahan sampai terdengar jawaban dari dalam sana. Abraham kemudian membuka pintu ruangan itu dengan perlahan dan mulai memasuki ruangan itu dengan sopan.

"Selamat pagi pak Abraham, maaf saya jadi mengganggu waktu bapak dengan istri" ujar pak Permadi saat Abraham sudah berada di hadapannya.

Abraham tersenyum ramah lantas menjawab "Ah, tidak apa pak. Ini juga saya sekalian mau ke kantor dulu, ada beberapa yang harus saya urus pak" jelas Abraham, masih dengan nada yang sopan dan ramah.

"Tadinya kalau pak Abraham belum menikah, saya ingin mengenalkan bapak dengan anak perempuan saya" ujar pak Permadi dengan nada bercandanya, "Soalnya kan sama-sama single gitu, siapa tau jodoh" jelasnya yang di akhiri dengan kekehan.

Abraham tersenyum tipis sekilas lantas menjawab "Ah, saya sudah mencintai istri saya sejak lama pak, sulit menggeserkan posisi dia di hidup saya".

"Oh iya kah? Padahal umur kalian saja terpaut cukup jauh" jawab pak Permadi,

"Betul pak, saya mencintai istri saya sejak dia masih SMP" jawab Abraham mantap,

"wih, lama juga ya pak?",

"Iya pak, makanya saya sangat beruntung bisa mendapatkan dia, yang di jaga oleh keluarganya dan tidak pernah di tawarkan kepada lelaki manapun oleh keluarganya" sindir Abraham.

"Jika sudah tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, apa boleh saya pamit pak? Istri saya menunggu di mobil" ujar Abraham dengan sopan. Pak Permadi lantas mengangguk tanda persetujuannya, kemudian Abraham berdiri dan berjalan menuju keluar ruangan itu.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang