17 : Bandung

5.6K 113 0
                                    

Sebelum pulang, sepasang suami istri itu menyempatkan untuk makan terlebih dulu karena tadi mereka melewatkan jam makan siangnya karena tertidur dan di sambung dengan aktivitas yang sangat Abraham sukai. Mereka memilih untuk makan fast food karena Anin sedang sangat menginginkan Ayam Spicy di salah satu restoran fast food yang paling terkenal di seluruh penjuru Indonesia dengan lambang M nya. Setelah selesai makan, Abraham langsung menancap gas menuju rumah mertuanya.

Sesampainya di rumah orang tua Anin, keduanya bergegas menuju kamar Anin. Rumah besar itu terlihat sepi karena semua penghuninya sedang melakukan aktivitasnya masing-masing, diluar rumah.Setelah menyapa mbok yayu -asisten rumah tangga- yang sudah mengabdi selama hampir 20 tahun untuk keluarga Anin. Lalu, keduanya mulai sibuk memasukan barang-barangnya ke dalam koper. Sebetulnya, hanya Anin yang sibuk mengemas barang-barang mereka, karena Abraham sedang fokus membaca laporan yang baru saja Maya kirim dengan sifat yang sangat urgent, katanya. Sejak tadi, Anin berkali-kali bertanya pada Abraham yang semakin fokus tenggelam dalam laporan itu.

"Mas, kalau masih sibuk, gak apa kita perginya nanti aja" ujar Anin seraya mendudukan dirinya di sebelah Abraham.

"Ini udah kok sayang" ujar Abraham seraya mematikan laptopnya. "Bawa sepatu running ya, sayang. Soalnya besok kita sekalian jalan pagi di Bandung." sambung Abraham seraya mengecup puncak kepala Anin.

"Semuanya udah beres Mas" ujar Anin.

"Maaf ya, mas jadi gak bantuin kamu" ujar Abraham,

"Gak apa, kewajiban aku nyiapin semua keperluan, Mas" jawab Anin seraya mengelus rambut halus di sekitaran pipi Abraham. Lelaki itu memejamkan matanya sejenak saat merasakan kenyamanan dalam sebuah sentuhan dari istri kecilnya itu.

"Nunggu mama, papa dulu ya?" tanya Abraham, "Mas masukin ini semua ke mobil dulu ya, sayang" ujar Abraham yang kini mangangkat semua barang yang akan mereka bawa ke dalam mobilnya, di bantu oleh pak Jaya, supir keluarga Anin yang juga sudah mengabdi kurang lebih 20 tahun disana.

Anin hanya mengangguk dengan mata yang menatap lurus ke arah televisi yang sedang menayangkan The Power Puff Girls, serial kartun kesukaan Anin. Abraham terseyum terlebih saat Anin melontarkan kata-kata ngaconya saat merasa gemas karena kecerobohan dan kepolosan Bubbles -si biru yang paling kecil-, juga ketika Buttercup -si hijau yang tomboy- tidak dapat mengontrol emosinya.

Abraham kemudian merebahkan tubuhnya berbantalkan paha Anin, dengan refleks Anin kemudian memberikan pijatan di wajah dan kepala Abraham.

"Tau aja kalau mas mau re-charger tenaga buat nyetir nanti" ujar Abraham seraya memejamkan matanya.

"Mas, istrahat dulu ya?" tanya Anin, dengan tangan yang masih lincah memberikan pijatan di wajah dan kepala Abraham.

"Iya sayang" jawab Abraham, masih dengan posisi yang sama.

Tak berapa lama, Anin melihat nafas Abraham yang sudah mulai teratur dengan wajah yang terlihat sangat damai. Saat sedang tidur seperti ini saja, Anin merasa jika Abraham terlihat sangat tampan. Anin masih menikmati tontonannya sampai ia merasa mendengar suara Algi diluar kamarnya. Wanita muda itu lantas memindahkan Abraham ke bantal dan menyelimuti lelaki itu, tak lupa ia melayangkan sebuah kecupan di kening dan bibir Abraham sebelum keluar dari kamarnya.

Anin segera berlari ke lantai bawah, tidak hanya Algi namun juga disana ada Sabrina, dan Hanna. Mereka saling bercerita, dan beberapa kali menggoda Anin yang statusnya serakang sudah menjadi istri orang. Hanna kemudian pulang lebih dulu karena harus menyiapkan kebutuhannya untuk makrab -Malam Keakraban- UKM-nya -Unit Kegiatan Mahasiswa-. Tak berapa lama, kemudian Karin, Derrel, Frans dan Fatma memasuki rumah itu secara bersamaan.

"Anin!" seru Fatma,

"Mama Fatma" Ujar Anin yang kemudian bangkit dan memeluk mertua cantiknya itu. Terlihat ada bahagia dalam tatapan Fatma untuk Anin.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang