13 : Mana Tahan gak nyium

8.7K 157 2
                                    

"Jika sudah tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, apa boleh saya pamit pak? Istri saya menunggu di mobil" ujar Abraham dengan sopan.

Pak Permadi lantas mengangguk tanda persetujuannya, kemudian Abraham berdiri dan berjalan menuju keluar ruangan itu. Permadi, sejak awal Abraham masuk sebagai dosen di kampus ini, lelaki paruh baya itu memang sangat getol membicarakan anak gadisnya yang sedang mengambil S2 di Amerika.

Abraham keluar dari ruangan Permadi, lantas ia menghampiri ruangan akademik sebentar untuk mengurus izin selama satu minggu untuk ia dan istrinya.

"Pagi pak Ahmad" sapa Abraham, dengan seulas senyum yang berhasil membuat staff-staff muda yang berada disana menahan nafasnya sebentar.

"Pagi, pak Abraham. Wah, pengantin baru auranya keluar ya kalau sudah malam pertama" jawab Ahmad seraya menggoda sembari menunjukan rasa hormatnya pada Abraham.

"Ah bapak bisa saja. Surat izin yang tadi saya minta, apa sudah ada?" tanya Abraham, datar namun mengandung ketegasan dalam bicaranya.

"Sudah pak" ujar Ahmad yang lantas berjalan ke arah tempat penyimpanan surat.

"Dua surat kan ya pak?" tanya Ahmad seraya menyodorkan kedua surat itu. Abraham kemudian mengangguk sekilas, lalu membuka dan membaca isi surat itu. Setelah dirasa sangat cukup,

"Mau Honeymoon ya pak?" tanya Ahmad hati-hati, "Honeymoon kemana pak?" tanya dosen muda yang tempo hari sempat sarapan di satu meja yang sama dengan Abraham.

"Ciwidey, istri pingin kesana" jawab Abraham, tanpa menoleh pada dosen cantik itu.

Terdengar desahan kecewa dari dosen tersebut. "Widih tempat dingin nih pak, enak tuh berduaan sama Istri" jawab Ahmad, masih berusaha bercanda dan akhirnya usaha dia membuahkan hasil yang bagus, karena Abraham juga menjawab bercandaan itu.

"Iya, mumpung masih anget nih nikahnya" ujar Abraham yang kemudian terkekeh pelan.

"Ah bapak bisa aja, ngejar setoran ya pak?" kini Ahmad mulai berani menimpali gurauan Abraham yang tidak terdengar seperti gurauan itu.

Lelaki yang di tanyaipun hanya terkekeh dan mengangguk tipis. Kemudian, Abraham berlalu setelah mengucapkan terimakasih pada staff akademik yang sering sekali membantu Abraham itu.

Abraham kemudian bergegas menuju parkiran dosen, saat ia sudah berada disana, ia meihat istri kecilnya yang justru sedang berbincang dengan sahabat-sahabatnya. Lelaki itu kemudian menghampiri sang istri dan langsung melingkarkan tangannya di pinggul wanita cantik yang sekarang berdiri di sampingnya. Sementara Anin, wanita muda itu terkesiap saat merasakan sentuhan di pinggulnya. Saat matanya bersitatap, tiba-tiba saja Abraham mencium puncak kepala Anin sekilas. Anin di buat merona oleh sikap manis Abraham yang baru saja lelaki itu perlihatkan di depan teman-teman Anin.

"Sayang, aku tunggu di dalem ya" ujar Abraham seraya mengecup bibir Anin sekilas. Dengan tanpa merasa bersalah dan tanpa menunggu jawaban dari istrinya, lelaki itu malah masuk kedalam mobil BMW 320i Sport miliknya. Lelaki itu tersenyum sekilas saat melihat perubahan ekspresi dari istrinya itu.

"Mata gue ternodai!" seru Sabrina seraya memukul pelan bahu Anin.

"Gila!" seru Hana seraya membulatkan matanya.

"Udah ah, gue izin ya seminggu ini" ujar Anin seraya memeletkan lidahnya ke arah kedua sahabatnya itu.

"Semangat Anin! Semoga keponakan gue cepet jadi disini ya" ujar Sabrina seraya mengelus perut rata Anin. Wanita muda itu tersenyum sekilas, baru saja dia ingin angkat bicara, tapi Hana sudah mengeluarkan pertanyaan randomnya

"Keponakan? Emang lo sodaranya Anin?" tanya Hana yang kini manatap tajam ke arah gadis di sebelahnya, Anin hanya terkekeh saat mendengar kedua sahabatnya itu berdebat.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang