05 : Anin Mau?

11.3K 225 0
                                    

Keesokan harinya, Anin berangkat ke kampus menggunakan mobil kesayangannya. Seperti biasa dia menunggu teman-temannya di kantin. Pagi itu ada mata kuliah dari seorang Rektor di kelasnya. Salah satu mata kuliah wajib yang di ampu oleh dosen senior. Pak Permadi, Semua mahasiswa selalu senang jika memiliki mata kuliah dengan beliau, karena kalau beliau berhalangan hadir, pasti yang menggantikannya itu Abraham, dosen favorit Mahasiswi sekampus.

Saat di kantin, tiba-tiba saja Anin mendapati Abraham disana, sedang sarapan dengan seorang Dosen cantik. Mereka berdua bersitatapan dengan tidak sengaja. Kemudian ada notifikasi pesan masuk di ponsel Anin.

DOSEN GALAK

Dosen Galak : "Saya jelasin nanti malem"

Anin : "Gak usah, repot"

Tak berapa lama, tiba-tiba saja Hana dan Sabrina datang menghampiri Anin yang sedang duduk seraya memperhatikan interaksi antara Abraham dan Desya, dosen tadi.

"PAGI ANINDIRA GISTARA" Teriak Hana tepat di telinga kiri ini,

"Sialan lo, Han!" ujar Anin seraya mengusap kupingnya.

"Kenapa sih?" tanya Sabrina yang melihat wajah tidak mengenakan dari sahabatnya itu,

"Pagi-pagi udah cemberut, cemburu lo sama mereka?" tanya Hana yang kemudian menunjuk ke arah Abraham dan Desya yang sedang mengobrol, meskipun sebetulnya terlihat hanya Desya yang antusias dengan obrolan mereka, sementara Abraham hanya diam tanpa menanggapi, sesekali ia menyesap kopinya dan memakan roti bakarnya.

"Dasar sok ganteng! Udah mau nikah tapi masih bisa-bisanya tebar pesona ke dosen muda gitu!" gerutu Anin,

"Emang siapa yang mau nikah sama siapa?" tanya Hana,

"Gue, sama dia mau nikah, minggu depan!" seru Anin ketus.

"ANIN MAU NIKAH SAMA PA-" Refleks Hana berteriak dan menjadi pusat perhatian satu kantin, Sabrina buru-buru menutup mulut Hana, karena pasti ini sebuah rahasia negara. Abraham dan Desya tak luput memperhatikan ketiga gadis itu.

"Berisik Hana!" Seru Anin tak terima. Hana hanya tersenyum ke arah Anin dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Lo beneran mau nikah sama pak Abraham?" tanya Hana pada Anin seraya berbisik,

"Iya, di jodohin" jawab Anin,

"Harusnya bang Algi sama kak Kiara, karena kak Kiara gak ada jadi Gue sama pak Abraham yang di jodohin" ujar Anin,

"Harusnya kak Anan sih, tapi kak Anan lebih milih bang Egi kan, udah gitu bang Eginya beneran langsung lamar kak Anan, takut di ambil orang" sambungnya.

"Emang udah jodohnya lo sama pak Abraham kali nin" jawab Sabrina,

"Jatah hoki lo tahun ini udah di pake Nin, inget itu!" seru Hana,

"Hoki apaan anjir?" tanya Anin, "Nikah sama dosen model begitu bikin gue makan hati tiap hari yang ada" ujar Anin lagi. Hana dan Sabrina hanya tertawa melihat tingkah sahabatnya yang sedang cemburu ini.

"Kok bisa sih nin?" tanya Sabrina,

"Gue juga gak tau" jawab Anin acuh.

"Soal bang Algi, terus dia sama kak Kiara gimana hubungannya?" tanya Sabrina,

"Kak Kiara kok ninggalin cowok kaya bang Algi sih? Ah, kalo gue jadi dia gak akan tuh gue tinggalin bang Algi, Aset negara soalnya" ujar Hana,

"Kak Kiara meninggal -",

"Serius?!", "Yang bener lo!". Hana dan Sabrina berseru bersamaan dan memotong ucapan Anin, gadis itu hanya mengangguk perlahan.

"Iya, bunuh diri" ujar Anin. Kedua sahabatnya itu tak percaya mendengar pernyataan Anin. Mereka masih diam dan membayangkan hal menyakitkan itu.

"Gak kebayang sakitnya bang Algi sama pak Abraham" ujar Sabrina, "Apalagi bang Algi, pasti sakit banget ya?" ujar Sabrina lagi.

Anin mengangguk sekilas, "Lo peduli sama bang Algi?" tanya Anin,

"Gue emm lagi bersimpati doang kok Nin" jawab Sabrina.

Anin mengulum senyumnya lalu ia berujar "Gue tau lo suka sama abang gue dari SMA Sab" ujar Anin. Sabrina menghentikan aktivitasnya saat mendengar pernyataan Anin.

"Kejadian kak Kiara itu waktu gue baru masuk SMP, udah lama banget" ujar Anin.

"Selama itu, kak Algi terpuruk tapi selalu dia sembunyiin. Gue minta tolong banget, kalau bisa bawa kak Algi kaya dulu lagi ya Sab" ujar Anin lagi,

"Kok gue Nin?" tanya Sabrina,

"Karena diem-diem dia juga merhatiin lo" ujar Anin. Kini lagi-lagi pernyataan Anin ini membuat Sabrina terkejut.

Ya. Sabrina menyukai Algi sejak mereka duduk di bangku SMA. Makanya ia paling senang jika mereka main di rumah Anin. Gadis itu memang selalu memperhatikan Algi, apapun yang Algi lakukan tak pernah luput dari perhatiannya. Ia sungguhan jatuh cinta dengan Algi, melalui segala hal yang pernah Algi lakukan di hadapannya. Ia tak tahu jika ternyata sebesar itu rasa sakit yang Algi rasakan namun tak pernah di perlihatkan oleh lelaki itu.

Selepas obrolan singkat mengenai Algi tadi, Anin dan kedua sahabatnya bergegas menuju kelasnya. Ternyata pak Permadi tidak masuk, namun di gantikan oleh Abraham yang kiini sudah masuk kedalam kelas Anin. Beberapa Mahasiswa kegirangan saat melihat Abraham memasuki kelas itu. Selepas kelas, Abra meminta tolong kepada Anin untuk mengantar berkas tugas ke ruangannya. Sesampainya di ruangan Abraham, lelaki itu langsung mengunci pintu ruangannya, dengan Anin di dalam nya.

Abra berdiri dari duduknya, dan berjalan menuju singgasananya "Bu Devi gak ada hari ini, kelas kamu kosong. Fitting baju sekarang aja yuk" ajak Abra,

"kamu gak bawa mobil kan?" tanya nya lagi, Anin menjawab dengan anggukan kecil.

"Yaudah yuk" ajak Abra,

"bapak duluan deh, nanti saya nyusul ke parkiran dosen" ujar Anin, tanpa basa-basi Abra menuruti keinginan calon istrinya itu. Anin memang keluar dari ruangannya terlebih dahulu, namun Abra menuju parkiran sebelum Anin. Karena setelah dari ruangan Abra, Anin menuju Kantin untuk menghampiri teman-temannya yang menunggu dia.

"Kata Pak Abraham, Bu Devi gak ada" ujar Anin sambil duduk di sebelah Sabrina.

"Serius?" tanya Gita yang sedang mengerjakan tugas mata kuliah Basis Data dari Bu Devi.

"Iya" jawab Anin.

"Ya udah, ke kosan gue aja yuk" ajak Hana.

"Gak bisa, gue mau fitting baju" jawab Anin seraya meminum ice jeruk milik Hana yang baru saja di antar.

"Fitting baju pengantin?" tanya Sabrina, yang lantas di angguki oleh Anin.

"Bang Algi nikah?" tanya Gita,

"Gue yang nikah sama pak Abraham" jelas Anin,

"Seriusan lo?" keempat teman Anin yang lain terkejut dengan apa yang Anin ucapkan.

"Nanti di ceritain sama Hana, Sabrina aja ya. Gue pergi sekarang, kasian calon suami ganteng gue nunggu kelamaan di parkiran" ujar Anin yang lantas berdiri

"Sab, tolong anterin mobil gue ke rumah ya. Gue pulang sama calon suami" ujar Anin seraya menyerahkan kunci mobilnya dan berlalu begitu saja dari hadapan teman-temannya yang sedang menggodanya.

Anin berjalan menuju parkiran dosen. Sementara di parkiran dosen, Abra menanti calon istrinya itu cukup lama di dalam mobilnya, hingga tiga puluh menit kemudian ia melihat mahasiswa yang mengendap-endap karena takut ada yang melihat.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang