15 : Mau makan kamu

7K 132 2
                                    

Belum sampai lima langkah ia berjalan, tubuh rampingnya justru sudah melayang dan menjadi pusat perhatian semua orang di kantin. Abraham menggendong istri kecilnya dan berjalan menuju ke ara lift yang akan membawa mereka ke ruangan Abraham.

"MAS TURUNIN!" seru Anin seraya memukul punggung kokoh Abraham. Seolah tuli, lelaki itu justru membawa Anin semakin jauh dari kantin.

"Gak akan mas turunin sampai di ruangan Mas" ujar Abraham tegas, seaat keduanya sudah berada dalam antrian masuk lift. Meskipun Abraham anak pemilik gedung, namun lelaki itu tetap mengantri saat akan memasuki lift. hitung-hitung memberi tontonnan gratis, begitu pikirnya.

"Kamu harus belajar buat gak dengerin omongan orang lain tentang Mas, apalagi gosip gak bener tentang Mas. Begitupun untuk diri kamu sendiri, sayang. Orang lain gak tau apa yang kita lewatin dan perasaan apa yang lagi kita hadapin. Jadi, jangan terlalu dengerin kata orang, ya?" sambung lelaki itu dengan tegas. Karena saat ini masih jam istrahat, Lobby kantor terlihat lebih ramai.

"Iya, tapi mas turunin dong. malu di lihat orang" bujuk Anin

"Gak akan, biar semua orang tahu kalau mas itu cuma punya kamu dan gak pernah ada yang namanya ta'aruf atau deket sama Maya!" Seru Abraham, lelaki itu menahan kesal. Sebagian karyawan yang ada disana kemudian menoleh ke arah Abraham yang membantah gosip tentang dirinya dan sekertarisnya,

"Mas, makan aku belum selesai loh" ujar Anin, ia masih berusaha supaya suami tampannya itu mau menurunkan dia dari gendongannya.

"Nanti mas pesenin, yang lebih enak, yang lebih mahal, yang banyak. Apapun, mas pesenin buat kamu, sayang" ujar Abraham lagi. "Ish mas mah!" Rajuk Anin.

"Emang mas gak laper?" Seolah tidak kehabisa akal, wanita muda itu lagi-lagi melontarkan pertanyaan untuk suaminya.

"Gak, mas maunya makan kamu aja" jawab Abraham seraya menatap kearah Anin. Wajah Anin bersemu memerah dan ia diam setelah mendengar apa yang Abraham lontarkan, sementara beberapa orang disana kemudian menoleh lagi ke arah Abraham yang berbicara dengan cukup frontal meskipun dengan takut-takut.

Mereka menjadi pusat perhatian di lobby kantor, terlebih dalam posisi yang sangat intim seperti itu. Abraham memang terlihat tegas, namun tak setegas saat ia bersama karyawannya. Bisa di katakan jika Abraham justri tegas gemas kepada Anin. Wanita muda itu terus memanyunkan bibirnya, tanda ia sedang kesal pada Abraham juga.

"ISH! MAS ABRA AKU MAU TURUN!" Seru Anin yang masih berada dalam gendongan suaminya.

"Nempel gini doang pahala tahu, sayang." beritahu Abra seraya mengeratkan gendongannya itu.

"Ya sudah, terserah mas aja" ujar Anin seraya menyusupkan wajahnya di cerukan leher Abraham.

"shh, geli sayang. Nanti aja di ruangan mas" ujar Abraham, ia memejamkan mata, menahan hasratnya agar tidak mengeksekusi Anin karena mereka masih berada di Lobby.

Bukannya menjawab, Anin justru semakin menekan wajahnya ke cerukan leher Abraham, membuat lelaki tampan itu berkali-kali menahan nafasnya. Saat mereka sudah memasuki lift, Abraham tidak meresakan pergerakan dari Anin lagi, justru ia meresakan nafas Anin yang teratur. Abraham terkekeh sekilas saat meresakan jika istri kecilnya itu justru malah tertidur dalam gendongan Abraham.

"Ke lantai ruangan pak Abraham dulu ya? Kasihan pak Abraham gendong istrinya" ujar salah satu lelaki dengan kacamata. Abraham hanya tersenyum, terlebih seluruh isi lift mengiyakan.

"Terimakasih ya, Maaf ini istri saya lagi merajuk setelah denger gosip tentang saya" jelas Abraham seraya tersenyum ke  arah karyawan-karyawannya.

Ting!

Pintu lift terbuka dan memperlihatkan Maya disana, wanita itu memandang kesal ke arah Anin yang sedang tertidur dalam gendongan Abraham. Terlebih, saat Abarahm memandang dingin ke arahnya dan berjalan tanpa membalas sapaannya. Dari lift, terlihat sangat jelas jika Maya menghentakkan kakinya, menahan kesal dan marah.

Beberapa orang disana justru menahan tawa. Saat lift sudah mulai tertutup dan perlahan turun, beberapa orang langsung membicarakan Maya, dengan ekspresi kesalnya. Terlebih, Abraham sudah mengkonfirmasi perihal Ta'aruf antara dia dan Maya, jika hal tersebut adalah bohong, karena ia dan Maya tidak pernah dekat selain perkara pekerjaan. Tadi ada juga yang sempat memvideokan saat Maya menghentakan kaki, mereka mengirim video tersebut ke grup masing-masing. Dan, berita itu menjadi trending topic atau hot news di kantor.

Sementara di ruangan Abraham, lelaki itu menidurkan Anin di dalam ruangan pribadinya, iapun menemani Anin seraya merebahkan dirinya disana, di samping istrinya dengan posisi memeluk Anin dari samping. Keduanya kemudian terlelap dengan saling memeluk satu sama lain. Anin, menelusupkan wajahnya ke dada bidang Abraham, sesaat sebelum tidur, lelaki itu masih sempat mengelus punggung Anin, memeberi ketenangan dan kenyamanan pada wanita-nya.

Kini, Anin masih damai dalam tidurnya, sementara Abraham sudah membuka mata sejak setengah jam yang lalu. Lelaki itu masih memperhatikan wajah damai Anin saat tidur. "I love you sayang" ujar Abraham seraya mengecup bibir dan kening istri kecilnya, Anin melenguh saat merasa tidurnya terganggu. Abraham kemudian mengelus punggung Anin dengan lembut, membuat wanita muda itu kembali damai dalam tidurnya. Saat Abraham ingin bangun dan kembali mnegerjakan pekerjaannya, Anin justru bangun karena merasakan pergerakan dari sampungnya.

"Loh, kok bangun sayang?" tanya Abraham yang sudah duduk di pinggir ranjang.

"Kebangun, Mas" jawab Anin seraya mengucek matanya.

Abraham kemudian menarik tangan Anin, "Jangan di kucek, nanti sakit mata" ujar Abraham menangkup wajah Anin. "Kamu istirahat dulu, mas mau beresin dulu dua dokumen lagi. Habis itu kita pulang" ujar Abraham seraya berdiri dan berjalan ke arah meja kerjanya. Anin mengekor dan kemudian duduk di sofa panjang yang ada disana. Wanita itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan memainkan game disana. Abraham terkekeh melihat wanitnya yang sangat menggemaskan.

"Mas, soal ta'aruf itu?" tanya Anin seraya mendongakkan kepalanya. Wanita muda itu kini menatap ke arah suaminya dengan tatapan yang mengintimidasi, namun lelaki itu malah terkekeh karena merasa istrinya semakin menggemaskan.

"Mau mas jelasin, sayang?" tanya Abraham yang kemudian di sambut oleh sebuah anggukan dari wanitanya,

"Sabar ya istri tersayangnya Abraham, mas selesaikan dulu ini ya?" tanyanya seraya mengangkat sebuah dokumen yang tadi sedang ia baca. Anin kemudian mengangguk dan kembali hanyut dalam game online yang sedang ia mainkan. Abraham masih memeriksa dokumen itu dengan seksama. Entah mengapa di mata Anin, lelaki yang sedang duduk di sebrangnya itu terlihat semakin tampan dan sexy saat sedang serius seperti itu. Kini Anin sedang membaca sebuah novel dalam aplikasi wattpad, yang berjudul "Mas Duda!" dalam aplikasi novel online itu.

Setelah selesai dengan dokumennya, Abraham kemudian mengirim sebuah pesan pada sekertarisnya, memerintah wanita itu untuk masuk kedalam ruangannya. Suara ketukan pintu menginterupsi Anin dan Abraham dari kesibukannya masing-masing, keduanya kemudian mengangkat wajahnya dan lalu saling bertatapan. Abraham tersenyum ke arah Anin lantas berujar, "Masuk".

Pintu terbuka dengan Maya yang berada disana, ia lantas tersenyum ke arah Abraham. Lalu wanita itu mendekati Abraham dengan wajah menggodanya, namun lelaki itu justru menatap datar kearahnya. "Ada yang bisa saya bantu pak?" tanya Maya. Rasanya, Anin mual mendengar pertanyaan Maya dengan nada yang di buat manjanya.

"Apa saya pernah memberikan proposal atau CV untuk ta'aruf dengan kamu?" tanya Abraham to the point, Maya menegang di tempatnya saat mendapat pertanyaan telak itu. Wanita itu bahkan kini tak berani menatap Abraham, terlihat jelas jika ia sendang gugup berhadapan dengan Anin dan Abraham terlebih setelah pertanyaan itu terlontar.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang