18 : Bandung day one

4.5K 96 0
                                    

Dinginnya kota bandung membuat Anin dan Abraham masih saling memeluk di dalam selimut tebal, di kamar tamu milik Harridh dan Susan. Mereka tidak berani menempati kamar utama karena itu milik sang Tuan Rumah. Sebentulnya, keduanya sudah membuka mata sejak setengah jam yang lalu, setelah sholat shubuhkeduanya memilih untuk kembali bergelung di bawah selimut sembari saling memeluk tanpa melakukan apapun.

"Mas, kenapa aku?" tanya Anin tiba-tiba, Abraham yang semula memejamkan mata kini menatap ke arah istrinya.

"Karena, kamu yang bikin Mas bangkit. Kalau kamu gak bilang gitu waktu itu, kayanya mas bakalan terjun ke arah yang gak baik, tapi kamu nyadarin Mas. Dan, setiap lihat kamu dada mas berdebar, kaya ABG lagi jatuh cinta. Sementara lihat orang lain, Mas gak pernah bisa kaya gitu. Makanya, Mas yakin kamu untuk Mas" ujar Abraham.

Anin menatap dalam pada netra hitam milik suaminya, tidak ada kebohongan disana, ia melihat kesungguhan dalam setiap penuturan Abraham. "Berarti, Mas Abra jatuh cinta sama anak SMP?" tanya Anin. Abraham tersenyum lantas mengangguk, dan lelaki gagah itu kini terlihat begitu menggemaskan di mata istrinya.

Anin kemudian mensejajarkan wajahnya dengan wajah Abraham, lalu ia melumat bibir Abraham sekilas.

"Sarapan apa kita hari ini?" Tanya Anin seraya mengikat rambutnya ke atas, di leher jenjangnya terlihat beberapa tanda yang Abraham buat.

"Jalan pagi di gedung sate yuk?" tanya Abraham seraya mendudukan tubuhnya, "Jadi, sarapannya nanti disana aja, gimana?" tanya Abraham lagi. Anin nampak berfikir namun kemudian menganggukan kepalanya.

"Tapi, minum susu dulu ya?" tanya Anin, Abraham kemudian mengangguk dengan penuh antusias

"Yaudah buka bajunya" ujar Abraham lagi, seraya tersenyum geli melihat ekspresi keterkejutan Anin yang refleks menyilangkan kedua tangannya di dada. Abraham terkekeh pelan saat Anin keluar dari kamarnya.

Abraham dan Anin kini sudah mulai berjalan kaki, mobil Abraham di parkir di Cargo, sebuah toko baju. Mereka mulai berjalan dari jl. Cisangkuy sampai keluar di sisi lain dari Gedung Sate yaitu Jl. Cilamaya, di lanjut menuju Lapangan Gasibu dan Jl. Japati yang persis ada di sebrang Lapangan Gasibu, dan kemudian berhenti di tukang kupat tahu yang berada di dekat Gedung Telkom. Setelah memesan Kupat Tahunya, mereka kemudian duduk di kursi panjang dengan meja di tengahnya, mereka duduk bersampingan beberapa kali mereka bercanda dan tertawa bersama. saat sedang menunggu, tiba-tiba saja datang dua orang wanita yang duduk persis di sebrang Anin dan Abraham.

"Pagi A" sapa seorang perempuan cantik yang duduk di hadapan Abraham, lelaki itu memang memasang wajah datar saat melihat ke arah dia. Anin mendengus sebal karena ada saja spesies wanita gatal yang berusaha mendekati Abraham.

"Kenalin, aku Sinta, ini temen aku Yuna. Aa nya siapa namanya?" katanya seraya menyodorkan tangannya untuk di jabat.

"Ini adiknya ya? Namanya siapa?" tanya perempuan bernama Yuna. Anin hanya memandang keduanya dengan tatapan malas.

Ponsel Abraham tiba-tiba berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Lelaki itu kemudian menggeser tombol itu untuk menerima panggilan video dari sang mama

"Hallo Abra, Anin mana?" tanya Fatma saat layar ponselnya hanya menampilkan wajah sang anak.

"Mama!" seru Anin seraya meraih ponsel Abraham. Pemiliknya hanya terkekeh melihat ekspresi sang istri yang terlihat senang saat sang mertua menanyakannya

"Anin, malem sampe jam berapa sayang?" tanya Fatma.

"Jam 9 kita sampe rumah abang ma" jawab Anin seraya menyuapkan Kupat Tahunya ke dalam mulutnya.

"Abra gak bikin kamu capek kan?" tanya Fatma.

"Enggak ma, kita langsung istirahat kok" jawab Anin lagi.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang