Abyasa memberikan selembar biodata dengan sebuah foto 3R di atasnya. Nares yang sudah terburu-buru datang dan membatalkan makan siang dengan kedua sahabatnya, Aldo dan Gandy. Wajahnya terlihat kesal karena sang kakek memanggilnya tiba-tiba.
"Maksud Kakek?" Ia menunjuk foto seorang perempuan yang diakuinya cantik. Namun karena polesan make up. Bisa jadi aslinya buruk rupa atau wajahnya biasa saja.
"Perjodohan. Pernikahan kalian sudah diatur sejak lama. Namanya Clarissa. Dia adalah cucu dari Bram, sahabat Kakek. kami sudah berjanji akan mengenalkan kalian berdua setelah dia lulus SMA."
Nares tertawa sumbang. "Baru lulus SMA?"
"Sudah beberapa tahun lalu. Gadis itu kini bekerja di perusahaan Bram, kakeknya. Dia bintang iklan produk kecantikan. Sabun. Shampoo."
Kedua alis Nares terangkat. Clarissa yang itu? Ia pernah mendengar Aldo dan Gandy membicarakan model yang sedang naik daun. Namanya Clarissa Paramita.
"Wuih. Nepotisme abadi. Tanpa bersusah payah, dia otomatis mendapat jabatan dan akan jadi pewaris perusahaan kakeknya. Bravo." Nares bertepuk tangan sarkas. "Meskipun di foto ini dia terlihat cantik. Tapi maaf Kek, aku nggak tertarik."
Nares langsung berdiri dari sofa beludru berwarna abu-abu di ruangan sang kakek. "Bukan berarti aku tidak menghormati pilihan Kakek. Hanya saja, aku masih bisa memilih perempuan mana yang aku mau. Untuk saat ini aku tidak mau berkomitmen hanya pada satu perempuan."
Nares berdiri dan melangkah pergi, namun Abyasa bisa membuat langkah Nares berhenti.
"Perempuan bukan pakaian yang bisa seenaknya kamu coba, lalu kamu tinggalkan begitu saja. Berapa banyak perempuan yang kamu buat menangis dan lukai hatinya. Dengan menikah, kamu bisa lebih bertanggung jawab dan menjaga martabatmu sendiri. Kakek membesarkanmu sejak kecil sampai sekarang, bukan untuk menjadikanmu pecundang."
Pecundang.
Loser.
Nares benci kata-kata itu. Ia tahu kalau ia berhutang budi pada kakek. Sejak kedua orangtua Nares wafat dalam tragedi kecelakaan di jalan tol, Nares kecil sudah hidup bersama sang kakek, Abyasa. Hidup mewah, bergelimang harta, tidak lantas menyilaukan Nares.
Ia banyak belajar sepak terjang bisnis karena sering ikut sang kakek dalam berbagai kesempatan. Mungkin dari luar, ia terlihat bermain-main dengan gayanya yang slengean. Tapi dari situ ia diam-diam belajar. Sampai akhirnya bisa mendirikan perusahaan sendiri sejak usia 18 tahun dan kini bisa lepas dari bayangan Abyasa Naratama.
"Setidaknya kamu bisa coba bertemu Clarissa pekan depan. Dia ada jumpa pers sekaligus Bram akan mengumumkan siapa penerus perusahaannya. Kalau pilihan Kakek salah, kamu bisa mundur. Tapi jangan menyesal, jika nanti gadis itu memilih lelaki lain untuk menjadi pasangan hidupnya."
Entah datang dari mana angin yang baru saja bertiup, isi kepala Nares mencetuskan hal nakal. Sepertinya tidak ada salahnya mencoba bermain-main dengan Clarissa. Selama ini kekasihnya adalah wanita berusia matang. Ia belum pernah menjalin hubungan dengan perempuan muda. Nares membalikkan badan dan tanpa malu ia mengambil map berwarna biru berisi biodata Clarissa.
"Nares pamit, Kek." Senyumnya menyeringai, membuat Abyasa hanya bisa mengelus dada.
Blam.
Suara pintu terdengar ditutup kasar. Semoga ada keajaiban untukmu, Nak. Untuk mengubahmu menjadi seseorang yang lebih baik. Abyasa berdo'a dalam hati.
○○○○○
Di tempat lain. Seorang perempuan dengan mahkota indah tergerai sempurna hingga ke bahu, berjalan sambil menghentakkan heelsnya dengan wajah kesal. Santi, asisten pribadi Clarissa sampai takut heels itu akan patah sebelum waktunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Cinta
General FictionNares, cucu pengusaha kaya raya bernama Abyasa Naratama yang terobsesi menjodohkan sang cucu dengan cucu dari Bram-sahabatnya. Clarissa adalah cucu Bram -sahabat Abyasa-. Bram menginginkan hal yang sama agar bisa menjadi satu keluarga dengan Abyas...