RC - 02

1.5K 188 19
                                    

🌷 Terima kasih teman-teman sudah membaca Part 1 dari Renjana Cinta.
Terharu. 🤧

Sudah lama Ummi nggak nulis. Maafin kalau chemistrynya nggak seperti dulu pas rajin Up.

Semoga suka dengan ceritanya.

♡♡♡ Selamat membaca ♡♡♡

○○○○○



Sudah beberapa malam Sekar menangis di kamar tidur. Dia tidak menyangka, waktu satu tahun begitu cepat berlalu. Beberapa hari lagi, dokter Sultan merampungkan tugas di desa tempat kelahiran Sekar.

Baginya, dokter tampan itu tidak hanya melambangkan kecerdasan, tapi juga kebaikan dan ketulusan melayani masyarakat. Tanpa memandang status ekonomi ataupun strata sosial. Bahkan dokter Sultan memberi Sekar pekerjaan menjadi asisten klinik praktek sore di rumah dinas yang bersebelahan dengan puskesmas.

Seseorang mengetuk pintu kamar Sekar dan tidak lain itu adalah Safira, sang bunda. "Sayang, kamu menangis lagi?". Bunda beranjak ke tempat tidur dan memeluk putrinya erat. "Karena dokter Sultan mau pulang ke Jakarta?"

Sekar malu-malu mengangguk. Gadis manis itu menghapus linangan air mata yang membuat pipinya basah.

"Bun. Apa boleh Sekar ke Jakarta? Di sana ada Kakek, kan? Sekar jadi pembantu di rumah Kakek juga nggak apa-apa. Nanti Sekar masak sendiri. Nggak akan buat malu Bunda dan Ayah." Kedua iris berwarna hitam memandang lekat ke Safira. Bertemu di kedua bola mata teduh yang selalu menyayangi putrinya. Baginya, Sekar adalah segalanya. Terlebih setelah suaminya tiada.

Safira memejamkan mata, berusaha menguasai emosi yang sejenak berkelabat di dalam dada. "Kakek nggak akan senang kalau kita ke rumahnya."

Hampir gigi Safira bertemu dan memunculkan bunyi gemeretak. Sungguh dia tidak mampu menjelaskan kebencian Kakek Sekar yang tidak juga hilang, meskipun kini Sekar sudah tidak lagi berusia remaja.

"Kenapa kita nggak berusaha bertemu Kakek, Bun? Apa Kakek marah ke keluarga kita? Bahkan saat ayah wafat, Kakek juga nggak datang ke sini."

Safira menahan sesak, teringat air matanya yang sampai kini seolah belum juga mengering. Setiap kali mengingat kejadian itu. saat motor suaminya masuk jurang dan jasadnya ditemukan sudah tak bernyawa. Yang pertama kali menemukan suaminya adalah dokter Sultan. Setahun lalu. Saat dokter baru itu datang ke desa dan baru akan pulang setelah berkeliling ke sekolah-sekolah untuk Bulan Imunisasi Anak Sekolah.

Sadar bundanya ikut menitikkan air mata, Sekar meminta maaf. "Bunda jangan sedih ya. Sekar nggak akan ninggalin Bunda. Tadi cuma bercanda, bilang mau pergi ke Jakarta."

Sekar anak kuat dan hebat. Sekar harus bisa jaga bunda. Seperti pesan ayah yang selalu dibisikkan di telinganya, setiap malam. Sebelum tidur. Bersama lantunan do'a yang kemudian menenggelamkannya dalam lautan mimpi dan dekapan sang bunda.

○○○○○

Di dalam rumah dinas dengan tembok bercat putih yang mudah luntur, sosok lelaki tegap berkulit cokelat tetap nekad bersandar di dinding. Membiarkan cat tidak permanen berkapur putih itu menyatu dengan kaos berwarna hitam yang ia kenakan.

Tidak terasa masa tugasnya di desa Bumi Jati akan berakhir. Tadi acara pelepasan di puskesmas dan dia menunggu gadis itu datang. Sultan memiliki tiga orang asisten. Ada Dwi, Intan dan terakhir Sekar. Entahlah. Ia bingung mendefinisikan perasaannya pada gadis yang terakhir ia sebut.

Sekar paling muda di antara ketiga asistennya di tempat praktek. Dia juga yang paling mudah diusili dan mudah percaya orang lain. Ada rasa khawatir saat ia pergi nanti, Sekar akan bertemu lelaki jahat yang bisa mempermainkan hati gadis itu. Sultan hanyalah seorang pendatang dan tidak seharusnya ia meninggalkan hati di tempat ini.

Renjana CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang