🌷 Ada yang menanti cerita ini? 😍
🌷 Votes yang banyak dan komen ya.
Love you all my lovely Readers ❤
°°°°°
Safira tertegun melihat meja makan yang sudah tertata rapi. Ada nasi putih mengebul di wadah sangku alumunium dan ayam goreng yang ada di atas piring berbentuk oval. Juga sayur sop dalam mangkuk. Tidak lupa sambal matang kesukaan Safira.
Hari ini dia memutuskan untuk izin tidak masuk karena kurang enak badan. Ditambah lagi pagi ini baru datang bulan. Dia baru menyadari emosinya kemarin ke Nares muncul, bisa jadi karena pengaruh menstruasi.
Dia tertidur pulas sampai tidak mendengar Sekar memasak dan menyiapkan sarapan untuknya. Ada selembar kertas di atas meja.
"Assalaamu'alaikum.
Bun, Sekar pamit pergi ke kota. Sama Dea. Ada bursa lowongan kerja di sana. Sekar nggak mau lama-lama nganggur. Insya Allah Sekar bisa jaga diri. Bunda istirahat ya. Sekar siapin vitamin di kotak obat buat Bunda."Safira tidak sanggup menahan butir air mata yang tiba-tiba menggenang di sudut kelopak matanya. Sendirian tanpa suami, membesarkan anak perempuannya yang kini beranjak dewasa. Ada rasa khawatir mengingat Cakra, kakak Dea sempat membawa pengaruh buruh untuk putrinya. Sampai memanfaatkan Sekar ikut demo di depan pabrik yang berakhir ricuh.
Jemarinya menelepon Dea karena belum menyimpan nomor HP putrinya yang baru. Ada lelaki baik yang menyukai Sekar dan membelikan putrinya ponsel. Seharusnya Safira bisa membelinya, tapi dari kemarin dia masih fokus untuk kesehatan Sekar. Khawatir biaya ke rumah sakit kurang.
"Assalaamu'alaikum. Dea. Ada Sekar? Kalian sudah sampai mana?"
"Wa'alaikumsalam. Masih di bus, Bunda. Sekar lagi tidur. Sebentar saya bangunkan." Dea sudah berteman akrab dengan Sekar dan memanggil Safira seperti Bundanya sendiri.
"Nggak usah dibangunin, De. Nanti tolong bilang ke Sekar buat telepon Bunda ya. Hati-hati di jalan."
Baru Safira hendak mengakhiri percakapan, dia baru berpikir. "De, siapa yang ajak duluan ke bursa kerja?"
Sadar nada bicaranya terdengar menyalahkan, Safira tidak bisa meralatnya lagi.
"Kami berdua kan nggak lanjut kuliah, Bun. Daripada nganggur, mending cari kerja. Ini inisiatif kami berdua, Bun."
"Oh, begitu."
"Kalau nanti kami melamar kerja ke Jakarta, Bunda izinkan kan? Orangtua Dea bilang boleh. Tapi kalau Sekar, dia nurut Bunda. Kalau Bunda bilang nggak boleh, dia nggak berangkat."
"Iya. Bunda pasti do'akan. Hati-hati di jalan ya De. Titip anak Bunda."
Pembicaraan mereka sebentar kemudian berakhir. Safira tidak banyak makan pagi ini. Dia masih memikirkan Sekar. Banyak hal yang belum bisa dia lakukan untuk Sekar. Termasuk membiayai kuliah Sekar tahun ini. Putrinya itu selalu bilang ingin kerja dulu, supaya tidak menjadi beban Safira. Sungguh dia tidak pernah menganggap putrinya sebagai beban.
Telepon berdering satu kali. Safira menatap nama di layar. Bu Cahya, wakil kepala sekolah.
"Assalaamu'alaikum. Selamat pagi Bu Cahya."
"Wa'alaikumsalam. Kabar Bu Fira bagaimana? Maaf saya baru membuka email sekolah dan membaca surat izin Fira. Apa kemarin kecapekan antar Sekar berobat? Sekar kabarnya gimana? Apa sudah sehat?"
Safira bersyukur guru-guru di SMA tempatnya bekerja, semua perhatian satu sama lain. Suasana kekeluargaan selama ini membuatnya betah mengajar di tempat ini. Bertahun-tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Cinta
General FictionNares, cucu pengusaha kaya raya bernama Abyasa Naratama yang terobsesi menjodohkan sang cucu dengan cucu dari Bram-sahabatnya. Clarissa adalah cucu Bram -sahabat Abyasa-. Bram menginginkan hal yang sama agar bisa menjadi satu keluarga dengan Abyas...