Sebelum membaca part ini, wajib Votes ☆☆☆, komen dan share cerita ini ya ke teman yang lain.Selamat membaca. ♡♡♡
°°°°°
Abyasa memaksa Nares menemani Bram dan Clarissa sampai turun di depan lobi restoran. Sekar belum terlihat. Padahal Nares penasaran ingin menanyakan pertemuan gadis itu dengan dokter Sultan. Apakah malam ini terjadi sesuatu atau tidak.
Sejak dulu sebenarnya Nares malas melibatkan diri dengan urusan orang lain. Tapi entah mengapa jika mendengar nama Sekar terngiang di kepalanya, rasa penasarannya langsung melangit hingga lapisan awan ketujuh.
Begitu pintu mobil dibuka oleh petugas Valet, Clarissa dan Bram langsung masuk ke dalam. Nares hanya diam tanpa sepatah kata pun. Clarissa tersenyum kecut, namun tetap pamit dengan sopan kepada Abyasa. Tidak lama mobil mereka pun pergi.
"Kamu bisa jelaskan ada hubungan apa kamu dengan gadis asing itu?"
Oh. Rupanya si kakek tua ini cukup peka dengan gestur Nares yang menatap Sekar penuh minat, meskipun gadis itu tidak sedikit pun membalasnya.
"Dia bukan gadis asing, Kek. Kami bertemu di pabriknya Gandy. Dia jadi perwakilan warga yang mendemo pabrik." Nares tersenyum membayangkan saat itu ia membenci Sekar dan memberi cap sombong. Ternyata antara benci dan ketertarikan itu beda tipis.
"Kamu benar-benar mirip almarhum Papamu. Sudah berulang kali Kakek jodohkan dengan perempuan cantik dan terpelajar, tapi pilihan hati dia justru jatuh pada perempuan biasa. Perempuan itulah yang membawa sial hingga merenggut nyawa Papamu di jalan tol."
Meski hanya bersama kedua orangtuanya sebentar saja, tapi ingatan Nares tentang kasih sayang mereka tidak pernah lekang oleh waktu.
"Tidak ada yang membawa sial pada keluarga. Semua sudah takdir. Tanpa Mama dan Papa, tidak akan ada Nares yang bertahun-tahun menemani Kakek hingga sekarang. Mengenai Sekar, dia jadi alasan kenapa Nares menolak perjodohan dengan Clarissa. Sebentar lagi kami akan sering bertemu di kantor."
Rolls Royce hitam yang dibawa driver pribadi Abyasa, Pak Marta, meluncur di depan lobi restoran.
"Silahkan Kakek pulang duluan. Nares harus balik ke dalam. Ada barang yang ketinggalan." Nares membukakan pintu untuk Abyasa. Sang kakek hanya diam dan tidak berkata apa-apa lagi.
Sebenarnya Nares hanya melakukan tipuan kecil seperti yang dulu sering ia lakukan saat kambuh keisengannya. Tadi sewaktu Sekar berhenti di meja Nares, ia melihat ponsel gadis itu hampir jatuh dari saku rok. Niatnya hanya ingin menyelamatkan supaya tidak jatuh. Tapi Sekar tidak menyadari kalau ponselnya sudah berpindah tangan.
Baru Nares akan melangkah masuk kembali ke dalam, seseorang turun dari mobil. Dokter Sultan. Rupanya lelaki ini baru akan pulang. Tadinya ia pikir, sudah pulang dari tadi.
"Pak Nares. Jangan coba-coba dekati tunangan saya, Sekar. Kalau anda tetap melakukannya, saya tidak segan-segan membuat perhitungan dengan anda." Telunjuk Sultan mengarah ke dada Nares.
"Baru bertunangan saja anda sudah bangga. Kalau Sekar sudah jadi istri anda, baru anda bisa mengikat dia selamanya." Nares tidak mau kalah.
Ia pergi meninggalkan Sultan yang masih memanggil namanya dari arah belakang. Nares memilih naik eskalator dan mendapati Sekar ternyata kembali lagi ke meja yang sama. Gadis itu tampak berjongkok mencari sesuatu di bawah meja.
Nares mengambil permen karet dari saku kemeja dan mengunyah. Lalu membuat gelembung di depan bibirnya dan berdiri beberapa meter di belakang Sekar. Seolah ia sedang menikmati pemandangan yang tampak lucu di depannya. Gelembung permen karet pun mendadak pecah ketika Sekar berdiri dan membalikkan badan dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Cinta
General FictionNares, cucu pengusaha kaya raya bernama Abyasa Naratama yang terobsesi menjodohkan sang cucu dengan cucu dari Bram-sahabatnya. Clarissa adalah cucu Bram -sahabat Abyasa-. Bram menginginkan hal yang sama agar bisa menjadi satu keluarga dengan Abyas...