RC Part 22

1.6K 119 28
                                    

"Di antara kegelapan,
Aku berusaha meraih lentera,
Untuk menuntunku ke jalan
kesabaran dan keikhlasan."

°°°°°

"Aku tidak minta kamu mencelakai Nares. Aku hanya minta kamu menakuti dia dengan membuat insiden ledakan di dapur." Suara Berliana cukup keras waktu dini hari, sampai membuat Bram terbangun.

Di dalam kamar, Clarissa tidak henti menangis karena berita kebakaran gedung NA Market langsung menjadi trending topic di dunia maya.

"Mami, aku memang cerita kalau Kak Nares memutuskan pertunangan sepihak, tapi bukan berarti aku minta dia kecelakaan. Bagaimana kalau dia sampai meninggal?"

Berliana menutup telepon setelah marah-marah ke orang suruhannya. Kepalanya sudah mau pecah lantaran berkas surat cerai dari suaminya hari ini sudah masuk ke pengadilan agama.

"Harga diri Mami terluka waktu kamu cerita. Memangnya siapa dia bisa memutuskan kamu seenaknya. Meskipun dia cucu sahabat Kakek, tetap saja Mami harus memberi dia pelajaran kalau kelakuannya seperti sampah. Ingat kamu Clarissa. Kamu bisa dapat lelaki lain yang jauh lebih mapan dari dia. Kamu nggak perlu merendahkan diri untuk mendapat cintanya."

Clarissa masih belum bisa menghentikan derai air mata. Dia takut kejahatan maminya akan tercium polisi. Bagaimana kelak nasib persahabatan Kakeknya dan Kakek Abyasa bisa tetap terjalin, kalau mami ketahuan berusaha melukai Nares.

"Mami hanya ingin menakuti dia supaya tidak main-main dengan keluarga kita. Mami sudah minta orang kepercayaan Mami untuk memanggil mobil pemadam kebakaran. Kamu tenang aja. Nggak akan ada korban jiwa."

Pintu kamar Berliana terbuka lebar, karena memang tidak dalam posisi terkunci. Wanita paruh baya itu terkejut setengah mati melihat siapa yang datang.

"Ana, siapa yang barusan kamu bicarakan?" Bram membuka pintu kamar lebar-lebar.

Berliana langsung berjalan di depan Clarissa. Memberi kode agar putrinya bungkam. Semua bisa runyam dan tidak berjalan sesuai rencana.

Dia juga sedang merancang strategi balas dendam untuk menjatuhkan bisnis suaminya dengan menyebar video asusila Emran. Tentu saja video itu terjadi saat Emran sedang mabuk dan bukan nama istri sahnya yang disebut-sebut. Tapi justru nama Safira yang masih membekas di ingatan sang suami.

"Bukan siapa-siapa, Pi. Ini masih pagi. Papi bisa tidur lagi. Tidak baik untuk kesehatan Papi bangun jam segini." Berliana merapikan gaun tidurnya dan pura-pura mengikat rambut agar tidak terlihat panik.

"Clarissa. Bisa jelaskan kepada Kakek. Kenapa kamu menangis? Apa yang sebenarnya kalian sembunyikan?" Nada bicara Bram mulai meninggi. Ia tidak sadar emosinya yang memuncak bisa membuat penyakitnya kambuh.

"Kakek. Aku... Bukan aku yang meminta Mami berbuat jahat sama Kak Nares."

Berliana langsung membalikkan badan dan menatap tajam ke putrinya.

"Apa maksudmu, Clarissa?" Ponsel milik Bram yang masih ia simpan di saku celana, mulai berdering.

"Halo." Bram mengenali suara di seberang. "Ya By. Ada yang bisa aku bantu?"

Berliana gemetar menyadari siapa yang sedang menelepon Bram. Papinya sengaja menyalakan loudspeaker agar putri dan cucunya bisa mendengar dengan jelas.

Suara di seberang mulai terisak. "Nares masuk rumah sakit, By. Kantornya kebakaran dan dia terjebak di dalam. Sepertinya... rencana pertunangan kedua cucu kita memang harus batal. Aku harus fokus mengurus Nares karena hanya dia satu-satunya keluarga yang aku punya." Bram mematung sesaat, masih memegang ponselnya dengan sedikit gemetar. Matanya memandang Berliana dengan tatapan menyelidik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Renjana CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang